Persija Jakarta pada Piala Presiden lalu tampil begitu mengecewakan sehingga gagal lolos dari babak grup. Namun perubahan yang dilakukan pada Piala Jenderal Sudirman kali ini membuat kesebelasan berjuluk Macan Kemayoran tersebut tampil lebih baik dan berhasil lolos ke babak delapan besar.
Sriwijaya FC dan Persipasi Bandung Raya berhasil ditekuk meski skuat yang kini dibesu Bambang Nurdiansyah ini harus kalah dari Arema Cronus dan Persegres Gresik. Banyak yang beranggapan, salah satu kunci sukses Persija adalah lini depan, namun jangan juga lupakan lini belakang mereka yang mampu membuat gawang Andritany Ardhiyasa hanya kebobolan tiga gol dari empat pertandingan.
Perubahan mendasar Persija dari Piala Presiden ke Piala Jenderal Sudirman adalah dari segi formasi dan pemain. Saat di Piala Presiden, Persija terlihat menggunakan hanya satu gelandang bertahan,  yakni Amarzukih. Sementara itu di Piala Jenderal Sudirman, Persija menggunakan dua gelandang bertahan, yakni Amarzukih dan Syahroni. Bambang Nurdiansyah selaku pelatih menjadikan keduanya sebagai antisipasi jika kedua bek sayap mereka terlambat turun.
Sementara itu lini depan Persija di Piala Jenderal Sudirman terlihat cukup superior. Pacho Kenmogne yang dipasang sendirian di depan, membuat striker asal Kamerun terlihat bisa bebas bergerak kemanapun untuk mencari ruang. Selain itu mobile-nya Muhammad Ilham, Dedi Hartono, dan Ramdani Lestaluhu yang memberikan support dari lini kedua membuat beban kerja Kenmogne tak terlalu berat. Kurangnya gol memang menjadi persoalan, namun hal ini patut diwajarkan mengingat Kenmogne baru bergabung di saat-saat terakhir menjelang Piala Jenderal Sudirman digelar.
Hal inilah yang tak terlihat saat Persija bermain di Piala Presiden, gaya bermain James Koko Lomell yang saat itu diandalkan Persija sangat berbeda dibandingkan dengan Kenmogne. James Koko lebih suka menahan bola, menunggu rekannya untuk mencari ruang. Kenmogne rajin mencari bola.
Di lini tengah, Raphael Maitimo jelas menjadi pembeda. Tak adanya pemain yang berfungsi sebagai kreator serangan menjadi alasan Persija gagal di Piala Presiden. Peran Mbida Messi yang saat itu diharapkan oleh Rahmad Darmawan tak terlalu terlihat.
Saat ini, peran Maitimo terlihat sangat vital bagi Persija. Tak hanya untuk membuat skema serangan, Maitimo yang didorong lebih maju juga diharapkan untuk mencetak gol seperti saat melawan Persegres dan Persipasi Bandung Raya. Catatan statistiknya per pertandingan juga bagus, seperti akurasi umpannya yang mencapai 84% per pertandingan.
Aksi Dedi Hartono di sisi sayap pun membuat lini serang Persija di kedua sisi lebih hidup. Tak seperti ketika mengandalkan Nur Iskandar di Piala Presiden, adanya Dedi Hartono mengurangi tugas Ramdani Lestaluhu yang selama Piala Presiden begitu diandalkan sebagai pintu masuk ke kotak penalti.
Lini belakang juga tak luput dari perhatian Bambang Nurdiansyah dengan mendatangkan O.K. John yang sebelumnya bermain di Mitra Kukar dan Maman Abdurrahman untuk meringankan kinerja Gunawan Dwi Cahyo yang ditinggal Alan Aciar. Trio bek inilah yang membuat lini belakang Persija hanya mampu dibobol lawannya tiga kali. Belum lagi penampilan Andritany Ardhiyasa yang sempat menepis penalti Asri Akbar saat berhadapan dengan Sriwijaya FC.
Meski mencatatkan dua kemenangan dan dua kekalahan, skuat Persija di Piala Jenderal Sudirman bisa dibilang lebih baik dibandingkan saat di Piala Presiden. Dua kemenangan yang telah diraih Persija saat ini tentunya jauh lebih baik dari torehan mereka di Piala Presiden yang mencatat dua kali hasil imbang dan sekali kekalahan.
Persija masih belum padu dengan pelatih dan pemain baru mereka. Meskipun begitu, potensi yang dimiliki kesebelasan ibu kota ini sangatlah besar jika menilik performa mereka selama babak grup. Jika selama jeda ini dimanfaatkan dengan baik untuk mematangkan permainan, jangan heran jika Persija tampil lebih garang dari babak grup.
foto: ligaindonesia.co.id
Komentar