Rudi Garcia tengah menanti waktu satu bulan yang dibebankan kepadanya. Situasi Garcia saat ini jauh berbeda dari dua musim sebelumnya. Dulu, ia masih termotivasi dan memiliki kemampuan taktikal yang sulit diterka lawan-lawannya di Serie-A. Tapi pada kondisi terakhir, Garcia seolah menjadi bangkai dari Barcelona yang kemudian dimakan Atalanta. Kekalahan dari Atalanta di kandang sendiri semakin memberatkan tujuan utama Roma musim ini: Scudetto!
Jauh dari perkiraan, sekarang mereka harus mati-matian mengejar ketertinggalan dua poin dari Fiorentina di peringkat ketiga. Garcia sendiri masih diberi nafas di AS Roma. Lain halnya jika Garcia bekerja di bawah kendali presiden klub semacam Maurizio Zamparini (Palermo), misalnya.
Baca juga : Satu Bulan AS Roma untuk Rudi Garcia
Tapi Garcia tidak bisa disalahkan sendirian. Walter Sabatini, Direktur Olahraga Roma, layak mendapat sorotan, terutama pada dua jeda transfer terakhirnya. Januari 2014 menjadi krusial pada musim lalu, ketika Roma melepas Mattia Destro untuk digantikan Victor Ibarbo, hanya karena mereka terkesima melihat penyerang asal Kolombia tersebut mengecoh Leonardo Bonucci, bek Juventus.
Lalu pada bursa transfer musim panas lalu, Sabatini seolah hanya fokus pada lini serang, sementara pertahanan Roma semakin bobrok. Mereka pun kebingungan setelah Yanga-Mbiwa pergi dan terutama sepeninggal Alessio Romagnoli. Khusus nama terakhir, Roma telah kehilangan calon tongkat estafet dari Francesco Totti, Daniele De Rossi dan Alessandro Florenzi. Kepergian bek muda asli Italia itu justru digantikan pemain dari negara lain yang baru pertama kali mencicipi Serie-A, yaitu Antonio Rudiger dari Stuttgart.
Lini belakang Roma tidak hanya keropos, tapi kurang subtitusi yang mumpuni. Mereka terkadang terlalu berisiko dengan memainkan Alesssandro Florenzi dan Daniele De Rossi di lini belakang, walau dua pemain tersebut tidak terlau buruk dalam posisi di belakang pada satu musim terakhir ini.
Tapi Roma tetaplah membutuhkan asupan pemain belakang baru. Contoh sederhananya adalah situasi Douglas Maicon, full-back kanan. Sekarang, ia hanya terlihat seperti sesorang yang sedang berjalan di lapangan, berada di rumput hijau hanya untuk menghibur dirinya sendiri, tanpa menjalankan rencana taktis tertentu dari Garcia. Bahkan, mungkin butuh beberapa menit agar Maicon bisa kembali lagi ke posisinya.
Klub berjuluk I Lupi (Si Serigala) tersebut juga terkendala dengan masalah di luar pertandingan. Wojciech Szczesny, kiper Roma, mengulang kasusnya seperti masih berstatus pemain Arsenal. Dirinya ketahuan merokok usai dikalahkan Barcelona. Alhasil, ia pun tidak diturunkan melawan Atalanta sebagai hukuman. Walau pihak klub berdalih keputusan itu berdasarkan 'alasan teknis'.
Protes dari Para Pendukungnya
Situasi-situasi Roma sejauh ini tentu tidak memuaskan para pendukungnya. Sekitar 50 pendukung datang menuju tempat latihan Totti dkk., di Trigoria. Mereka memblokade akses jalan menuju tempat latihan tersebut. Di sanalah mereka menyimpan sekitar 50 kilogram wortel di dalam keranjang. Selain itu, para suporter membentangkan spanduk raksasa bertulis "Selamat menikmati makananmu, kelinci!"
Spanduk itu mereka simpan di pinggir jalanan, tentu dengan wortel-wortel yang berserakan. Polisi pun datang untuk membereskan sisa-sisa aksi ketidakpuasan para suporter I Lupi tersebut. Para demonstran menganggap jika Roma saat ini bukanlah seperti seekor serigala. Akan tetapi situasi sekarang lebih menggambarkan jika I Lupi adalah seekor kelinci.
Tidak cuma soal performa, para Ultras Roma menegaskan tetap tidak akan datang menonton pertandingan langsung di stadion. Mereka memperpanjang aksi boikot minimal sampai menghadapi Spezia dalam Coppa Italia pada 16 Desember mendatang. Sebelumnya para Ultras sempat dibujuk agar kembali lagi mendukung Totti dkk di Stadion Olimpico secara langsung. Atau sebagai gantinya, mereka akan diberikan jatah kursi pada sektor selain Curva Sud (selatan) pada laga melawan Spezia nanti.
Mengingat situasi Roma saat ini sedang membutuhkan dukungan, "Ini tidak masuk akal untuk memasuki sektor lain stadion setelah berjuang selama berbulan-bulan untuk curva kami. Ini tidak masuk akal karena tidak ada yang berubah. Kami akan kembali ke stadion jika semuanya kembali seperti sebelumnya," tulis sebuah peryataan dari Ultras Roma. "Jadi dalam pertandingan Roma-Spezia, Curva Sud akan tetap tinggal di rumah! Kita tetap menunggu sebuah sinyal dari klub," sambungnya, seperti dikutip dari Footbal-Italia.
Baca juga : Musim lalu skuat AS Roma pernah mendapatkan aksi boikot dari para ultrasnya ketika pertandingan masih berlangsung.
Sementara itu, aksi protes para Ultras Roma dikomentari oleh Sabatini. Dirinya menegaskan jika I Lupi akan kembali kepada treknya, yaitu memburu kemenangan. "Wortel tidak ada dalam menu kita. Tim ini sangat sensitif dan menyadarinya. Semua bisa mulai kembali dari edukasi cara mengkritik. Skuat membutuhkan kritik berpendidikan untuk lebih baik. Ayo jangan depresi, kita harus mengambil kembali tempat kita. Kita harus percaya kepada tim," tegasnya.
Tentunya para suporter tidak akan percaya begitu saja kepada perkataan Sabatini. Pembuktian Roma dalam waktu dekat ini adalah bertandang ke markas Torino pada sabtu (5/11) nanti. Jika mereka adalah kelinci, maka tirulah Bugs Bunny sebagai kelinci pintar dan cerdik dari Looney Tunes.
Komentar