Piala Dunia 2014 bukanlah edisi terbaik buat Jepang. Mereka cuma mendapatkan satu poin hasil satu kali imbang tanpa gol kala menghadapi Yunani. Sisanya, Jepang dikandaskan Pantai Gading 1-2 dan digilas Kolombia 1-4. Padahal, melihat pesaing mereka di grup, kans Jepang untuk lolos ke babak 16 besar masih terbuka.
Jepang memang masih beruntung. Setidaknya, saat tiba di bandara mereka tidak mendapatkan ancaman mati dari para penggemar, seperti yang terjadi pada kesebelasan negara Korea Selatan.
Faktanya kegagalan Jepang di Piala Dunia 2014 membawa dampak yang besar bagi bisnis penjualan merchandise. Tersingkirnya Jepang lebih awal, membuat semarak Piala Dunia di Jepang terasa kurang lengkap. Padahal, sejumlah cafe dan pusat perbelanjaan dihiasi dengan pernak-pernik kesebelasan negara Jepang. Malah, Adidas membuat kostum replika dengan Pikachu sebagai daya tarik utamanya.
Sepakbola terkadang bisa memacu nasionalisme seseorang, dan itu yang terjadi di Jepang. Rocketnews24 menuliskan bahwa mereka yang tidak senang-senang amat dengan sepakbola pada akhirnya tetap membeli kostum sebagai bentuk dukungan. Untuk itu, produksi kostum pun dibuat dengan jumlah yang besar.
Kegagalan Jepang, membuat banyaknya kardus berisi merchandise di toko-toko yang tak laku terjual. Di pusat perbelanjaan, kostum kesebelasan negara Jepang didiskon besar-besaran; âSaleâ begitu tulisannya.
Sialnya, pernak-pernik kesebelasan negara Jepang tidak hanya tercantum pada kostum atau yang berkaitan dengan sepakbola. Banyak juga yang menggunakan logo JFA pada keripik kentang, makanan ringan, kue pie, dan tentu saja boneka Pikachu. Kegagalan Jepang pun pada akhirnya membuat produk-produk tersebut didiskon besar-besaran.
Turun Harga Setiap Ganti Musim
Potongan harga juga diberlakukan bagi para penjual kostum, utamanya penjual kostum KW. Biasanya, potongan tersebut diberikan jelang musim berakhir atau saat dimulainya musim baru.
Kostum-kostum musim terdahulu dijual dengan harga lebih murah karena penggemar biasanya lebih memilih kostum yang baru. Atau bisa jadi, ada produksi berlebih sehingga kostum tidak terjual, karena pelanggan sudah memilikinya.
Penurunan harga yang tidak terlalu mencolok biasanya dilakukan oleh penjual kostum resmi. Situs Chelsea misalnya. Mereka menjual celana tandang untuk anak-anak musim lalu seharga 28 USD, sementara untuk celana tandang anak-anak musim ini dijual dengan harga 33 USD.
Di sebuah situs penjual kostum KW di Indonesia, kostum tandang AC Milan musim ini dijual dengan harga 125 ribu. Harga ini hampir sama dengan situs-situs penjual kostum KW lainnya. Untuk kostum tandang AC Milan musim lalu, dibanderol 85 ribu rupiah.
Contoh lain misalnya, sebuah akun di Instagram menjual kostum musim sebelumnya dengan paket seperti ini: 50 ribu untuk satuan, 100 ribu dapat tiga, dan satu lusin hanya 360 ribu. Bahkan, kostum ketiga AC Milan dijual amat murah: 20 ribu/pcs asal beli satu lusin. Hal tersebut seolah memperlihatkan kalau adanya penurunan permintaan dari pelanggan, sehingga harga pun mesti diturunkan.
Dijual Ulang
Hal berbeda terjadi di Bandung usai Persib berhasil menjadi juara Liga Indonesia 2014. League, sebagai penyedia kostum, menjual ulang kostum Persib musim 2014 dengan tambahan di bagian tertentu. Hal paling mengejutkan adalah harga yang dibanderol terbilang tinggi dan jauh dari harga sebelumnya.
Perbandingannya seperti ini. Dikutip dari situs Persib.co.id, kostum bertema âPersib Salawasnaâ tersebut dibanderol dengan harga 399 ribu untuk yang polos dan menambah 180 ribu untuk full patch. Sebut saja, total suporter Persib membutuhkan dana 580 ribu. Namun, tidak disebutkan jenis kostum tersebut apakah authentic atau yang replika.
Jika melihat harga pasaran untuk kostum di Indonesia, mestinya 580 ribu adalah untuk kostum authentic, karena sekelas kostum replika biasanya hanya dijual di bawah 200 ribu rupiah. Ini juga diperkuat dengan kostum authentic Persib musim ini yang dijual 499 ribu polos tanpa patch dan 249 ribu untuk replika.
Usai Persib juara, League membanderol harga kostum authentic seharga 1,299 juta rupiah dan yang replika 799 ribu rupah. Meskipun terlihat di luar nalar, League dalam keterangannya di situs Persib, menyatakan kalau kostum tersebut dibuat terbatas dengan 30 yang authentic dan 20 yang replika. Selain itu, disertakan pula paket foto pemain Persib dan juga voucher diskon.
Entah betulan terbatas atau memang tidak laku, kostum Persib 2014 tersebut faktanya masih dijual di situs resmi League (entah sudah habis atau tidak diketahui karena tidak ada notifikasi).
Harus Sukses
Melihat pengalaman di atas, tentu kita paham bahwa penjualan kostum bisa berdampak dari prestasi kesebelasan itu sendiri. Jepang yang gagal sedari awal membuat dus-dus kostum mereka menumpuk begitu saja di toko-toko karena tak ada yang membeli. Di sisi lain, League sampai mampu menjual ulang kostum musim 2014 dengan harga yang jauh lebih mahal (meskipun ada sejumlah keuntungan seperti jumlah yang terbatas dan foto pemain Persib, dan voucher diskon).
Walau terbilang mahal untuk kostum lokal, tapi seorang rekan yang merupakan pengoleksi kostum seringkali kesulitan mendapatkan kostum resmi yang replika maupun authentic. Pasalnya, di toko-toko resmi penyedia, kostum tersebut kerap habis karena permintaan yang besar.
Tentu hal ini mungkin (sekali lagi, mungkin) tidak akan terjadi andai Persib tidak mengalami kejayaan musim lalu, dan menjadi juara Piala Presiden musim ini. Yang jelas, bisnis klub akan sukses kalau klubnya juga sukses.
Pertanyaan pamungkasnya bagi kita semua adalah: Sudahkah kita benar-benar berkontribusi pada keuangan kesebelasan favorit kita (lokal maupun luar negeri, terutama yang lokal, ya) dengan membeli produk orisinil dan resmi?
foto:Â notesfromabigworld.wordpress.com
Komentar