Sebelum penyelenggaraan Piala Dunia untuk pertama kalinya pada 1930, FIFA telah mengumumkan bahwa piala yang diperebutkan, Piala Jules Rimet, bisa dibawa pulang oleh negara yang mampu menjuarai Piala Dunia sebanyak tiga kali. Piala tersebut bisa disimpan di negara tersebut selama-lamanya.
Piala Dunia memang tidak selamanya berlangsung mulus. FIFA pun sempat memutuskan tidak menyelenggarakan Piala Dunia karena terjadinya Perang Dunia kedua. Selain itu ketatnya persaingan antar negara membuat Piala Jules Rimet masih belum dimiliki oleh siapapun hingga 39 tahun lamanya. Baru pada 1970, Piala Jules Rimet berpindah dari lemari kaca di markas FIFA menuju Brasil. Kesuksesan Brasil tersebut tidak mudah diraih. Brasil membutuhkan waktu 40 tahun untuk membawa pulang piala yang diberi nama sesuai dengan nama presiden pertama FIFA tersebut. Dengan skuat yang diisi oleh Pele, Tostao, Jairzinho, dan Carlos Alberto, Brazil mengandaskan impian Italia untuk menjadi juara.
Sebelumnya, Piala Jules Rimet pernah hilang dicuri orang. Piala tersebut akhirnya bisa ditemukan kembali di Inggris pada 1966. Pencurian ini pun menjadi ketakutan terbesar Brasil. Anehnya, Brasil justru memilih menyimpan trofi di Rio de Janeiro, kota yang juga sarang beragam kasus kejahatan.
Pada 19 Desember malam menuju tanggal 20 Desember 1983, atau 13 tahun setelah Brasil menjuarai Piala Dunia, Piala Jules Rimet hilang. Piala tersebut dipertunjukkan di lantai tiga kantor Federasi Sepakbola Brazil, CBF, di Rio Rua da Alfandega, Rio de Janeiro. Penjaga keamanan pun berhasil dilumpuhkan oleh pencuri yang dikabarkan terdiri dari beberapa orang. The Guardian melansir bahwa setelah mengikat penjaga keamanan, para pencuri berhasil membuka bingkai kayu yang ditutup oleh kaca antipeluru.
Pagi harinya, pencurian tersebut membuat geger seluruh penjuru Brasil pada 20 Desember. Bank Negara Bagian Rio pun akan memberikan hadiah besar bagi siapa saja yang berhasil mengembalikan Piala Jules Rimet dalam kondisi semula.
Dalam buku, The Theft of the Jules Rimet Trophy, Martin Atherton menuliskan bahwa presiden CBF saat itu, Giulite Coutinho, meminta seluruh rakyat Brasil membantu melacak Piala Jules Rimet. âNilai spiritual dari piala ini jauh lebih besar daripada nilai materialnya,â jelas Coutinho seperti dituliskan dalam buku terbitan tahun 2008 ini.
Polisi pun langsung melakukan penyeledikan untuk melacak keberadaan pencuri. Beberapa penjaga keamanan yang disekap pun diminta keterangannya terkait kronologis kejadian. Sehari setelah kejadian, dua orang yang sebelumnya bekerja di CBF sebagai petugas kebersihan pun ditangkap.
Pele mengatakan seperti dilansir FourFourTwo, dampak dari perampokan tersebut cukup luas. âPerampokan Piala Jules Rimet menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi bukan karena keputusasaan dari para pencuri tapi merupakan akibat dari kemiskinan yang terjadi di Brazil,â ujar legenda Santos tersebut.
Hingga kini, piala tersebut tidak ditemukan. The Guardian pun meyakini bahwa piala yang juga membawa sejarah sepakbola dunia tersebut telah dilebur dan dijual sebagai bullion atau logam mulia (dengan tingkat kemurnian minimal 99,5 %). Jika dihitung, dengan kurs rupiah sekarang Piala Jules Rimet diperkirakan bernilai seharga 3,3 miliar.
Merujuk apa yang diucapkan Pele, nilai material dari piala tersebut tidak sebanding dengan sejarah di dalamnya yang terkandung jerih payah pesepakbola Brasil untuk menjadi yang terbaik di dunia; karena piala adalah simbol kejayaan, dan kejayaan tak pernah bisa ditukar dengan uang.
Komentar