Advertorial. Sejak tahun 2012 lalu, Indonesia telah memasuki periode bonus demografi yaitu sebanyak 49,6 persen. Hal ini berarti jumlah penduduk Indonesia yang produktif lebih banyak daripada penduduk yang tak produktif. Pada tahun 2010, proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 66,5 persen.
Proporsi ini akan terus meningkat mencapai 68,1 persen pada tahun 2028 sampai tahun 2031. Kontribusi penduduk berusia produktif ini terlihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang stabil. Fenomena ini terlihat juga di beberapa negara yang perekonomiannya terdorong oleh peningkatan jumlah penduduk, seperti Brasil, Rusia, dan India.
Angka-angka di atas memperlihatkan bahwa kita kini hidup dalam era ketika pemuda menjadi kekuatan dan tulang punggung bangsa.
Di kala negara-negara Eropa mengalami tingkat kesuburan paling rendah, negara Indonesia dengan angkatan kerjanya seharusnya bisa berbicara banyak di pentas internasional. Namun seperti dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, bonus demografi ibarat pedang bemata dua.
Satu sisi bisa menjadi berkah, jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik.
Kualitas kehidupan menjadi utama. Bonus demografi akan menjadi bencana jika kualitas kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya, dan pemuda pada khususnya, tidak meningkat. Hal ini juga yang menjadi cita-cita pemerintahan Presiden Jokowi dalam visi Nawacitanya, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
Dalam konteks olahraga, saat ini olahraga harus dilihat sebagai sebuah kewajiban meningkatkan kesehatan dan keberdayaan masyarakat, dan bukan hanya untuk meningkatkan prestasi atau membawa nama Indonesia di mata internasional. Menjalani hidup yang bahagia dan berkecukupan melalui olahraga adalah hak dari setiap masyarakat.
Prestasi akan mengikuti jika masyarakat kita sudah bisa memiliki budaya olahraga yang baik. Tak ada salahnya kita berkaca dari negara Jepang yang memang memiliki budaya berolahraga yang baik. Hampir 60% masyarakat Jepang setidaknya berolahraga rutin satu minggu sekali. Hal ini berdampak pada kesehatan masyarakat Jepang, di mana sekarang ini ada lebih dari 50.000 orang tua di seluruh Jepang yang usianya mencapai angka di atas 100 tahun, yang menjadkan negara tersebut menjadi negara dengan tingkat umur tertinggi (the most lifelong).
Olahraga sendiri tidak hanya mengembangkan kemampuan fisik para pemuda yang nantinya akan membentuk masa depan bangsa dan dunia, tapi juga berkontribusi kepada perkembangan fisik dan mental seseorang dengan membentuk kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, disiplin, dan juga semangat bersikap adil (fair play).
Olahraga juga merangsang kemampuan praktis seseorang untuk berpikir dan membuat keputusan. Entah itu di lapangan hijau ketika bermain sepakbola, bermain tenis meja, atau sedang memanjat tebing, olahraga selalu memaksa para pelakunya untuk terus berkonsentrasi dan mencari solusi-solusi terbaik untuk memenangi satu pertandingan atau menyelesaikan suatu tantangan.
Kementerian Pemuda dan Olahraga berupaya mengubah cara pandang masyarakat terhadap olahraga ini dengan cara mendekatkan kembali masyarakat kepada olahraga. Misalnya saja program Satu Lapangan Satu Desa. Program ini kami rancang bukan hanya untuk mencetak atlet-atlet sepak bola untuk mengangkat nama Indonesia, tapi juga mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk secara rutin meningkatkan kualitas kehidpan.
Pada suatu lapangan bukan hanya terdapat sarana untuk berolahraga tapi juga tempat masyarakat berinteraksi, memperkuat restorasi sosial Indonesia, dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga. Pada 2018 nanti masyarakat Indonesia akan menyambut tamu dari berbagai belahan Asia yang akan berkompetisi pada ajang Asian Games 2018. Akan tetapi, ajang ini jangan sampai hanya berakhir hingga ketika para kontingen pulang ke negaranya masing-masing.
Asian Games 2018 juga harus mewariskan semangat berolahraga kepada masyarakat, dan mengubah paradigma bahwa hak untuk berolahraga hanya sekadar untuk para atlet di tingkat elit.
Karena dengan masyarakat yang turun ke lapangan-lapangan lah maka Indonesia bisa menggaungkan nama di dunia internasional dan membangun kedigdayaan. Tak ada cara yang lainnya.
Ayo Olahraga!
Advertorial.
Komentar