Kehilangan Morgan Schneiderlin di awal musim 2015/16 sempat dianggap kiamat kecil oleh pendukung Southampton. Bagaimana tidak, meski bukan penduduk asli Southampton maupun binaan klub berjuluk The Saints tersebut, Schneiderlin merupakan salah satu pemain sentral yang telah memperkuat tim ini sejak musim 2008/09.
Manajemen Southampton pun dituntut untuk dapat menambal sektor yang ditinggal Schneiderlin ditambah juga Jack Cork yang pindah ke Swansea City, yakni gelandang tengah. Dua pemain berposisi gelandang tengah pun didatangkan, yakni Jordy Clasie dan Oriol Romeu, meski demikian kedua pemain tersebut tampaknya berbeda tipe dengan Schneiderlin. Keduanya perlu adaptasi dengan taktik yang digunakan oleh Ronald Koeman.
Tak ayal, ketimbang berjudi memasang keduanya, Koeman pun memasang James Ward-Prowse, pemain asli akademi Southampton yang dapat bermain di beberapa posisi di lini tengah. Meski Ward-Prowse dipilih, bukan berarti masalah Southampton selesai. Pasalnya Ward-Prowse bukan sosok yang bisa diandalkan kala klub mengalami kebuntuan seperti halnya Schneiderlin, ia pun hanya mencetak satu gol di liga sejak musim 2012/13.
âAku merasa mencetak gol bukan tugas utamaku, tapi berkontribusi kala tim sedang mengalami kebuntuan merupakan beban yang harus aku tanggung. Aku akan berusaha mewujudkan hal itu dengan bekerja keras sebelum, saat, dan sesudah bermain,â ujar Ward-Prowse.
Kerja keras memang telah menjadi ciri khas Ward-Prowse sejak ia kecil. Bersama teman kecilnya, Alex Oxlade-Chamberlain, ia selalu menghabiskan hari dengan dua jam lebih perjalanan pulang pergi menggunakan kereta untuk menuju Marchwood, markas latihan Southampton dari rumahnya di Portsmouth.
Perjalanan yang ia mulai sejak berumur delapan tahun itu, tak akan terwujud jika ia tak pergi ke Fratton Park, kandang Portsmouth, bersama ayahnya yang seorang pengacara.
âSejak kecil, aku menyukai menendang balon dan kaos kaki hingga semuanya berantakan. Lalu hingga suatu hari ayah yang pendukung Portsmouth mengajakku pergi ke Fratton Park. Di bangku penonton, ayah menyuruhku duduk di pangkuannya sambil memberiku permen. Sejak saat itu, aku berpikir bahwa Portsmouth adalah tempat yang tepat untukku,â ungkap Ward-Prowse.
Ia pun memutuskan bergabung dengan akademi Portsmouth, namun salah satu pemandu bakat Southampton melihat bakatnya dengan menawarinya bermain di klub yang merupakan rival sekota Portsmouth tersebut. Ayah Ward-Prowse langsung menerimanya, karena yakin bahwa anaknya akan lebih berkembang jika berlatih di akademi Southampton.
âPilihan yang diberikan oleh ayahku sangatlah benar, aku merasa bahwa klub ini sangat berkembang sekarang. Aku merasa bahwa penghargaan terbesar adalah bermain untuk klub ini,â jelasnya.
Ward-Prowse bercerita bahwa kedatangan Mauricio Pochettino pada 2013, membuat semakin berkembang. Ia berkata bahwa Pochettino selalu menyarankan untuk berlatih tendangan bebas, karena merasa ia memiliki kemampuan yang baik dalam melepas bola lambung.
Kepergian Pochettino ke Tottenham pun tak terlalu disesali oleh Ward-Prowse, pasalnya penggantinya Ronald Koeman juga banyak membantunya dalam belajar melakukan tendangan bebas.
âKedatangan Ronald di tim membuatku banyak belajar darinya mengenai apa saja yang tidak diajarkan oleh YouTube. Dia juga memberi saran bagaimana bola seharusnya ditaruh dan melakukan mind games dengan kiper lawan sebelum menendang,â tuturnya.
Ward-Prowse menambahkan bahwa Koeman tak hanya membantu saat ia berlatih. Hingga ia dipercaya bermain saat melawan Liverpool dan bertemu Steven Gerrard, pemain idolanya selain David Beckham.
âAku hanya dapat berkata 'wow' dan berpikir mengenai sosok yang aku idolai sejak kecil. Aku ingin berbicara kepadanya, tapi hanya mendapatkan kaus yang ia kenakan,â ujarnya.
Melihat sosok Gerrard, ia pun selalu terpacu untuk tampil lebih baik di tiap pertandingannya. Ia berharap dapat terus untuk menanggulangi permasalahan buruknya performanya tiap di depan gawang.
âAku ingin menunjukkan sesuatu kepada klub yang telah mempercayaiku dan sesuatu yang ingin aku gapai di klub ini. Mereka (staf kepelatihan Southampton) telah menghabiskan banyak waktu dan pengorbanan karena telah membuatku seperti sekarang. Aku ingin membayar semuanya karena aku merasa dalam waktu dekat aku akan sesuai dengan yang mereka inginkan,â tutur Ward-Prowse.
Ucapan Ward-Prowse pun jadi kenyataan kala Southampton menjamu West Bromwich Albion (16/1), meski turun sebagai gelandang tengah, ia mampu mencetak dua gol dan membuat timnya meraih kemenangan kedelapan musim ini dan salah satu golnya pun terjadi lewat situasi tendangan bebas, hal yang ia latih sejak lama.
Permainan Ward-Prowse pun istimewa di laga tersebut. Jadi, rasanya tak perlu heran melihat namanya berada dalam shortlist pemain Inggris di Piala Eropa 2016 nanti.
Sumber: Daily Mail, The Telegraph
Komentar