Setelah melalui perjuangan panjang selama empat tahun, Pep Guardiola akhirnya resmi ditunjuk sebagai manajer Manchester City. Pep akan menangani City selama tiga tahun mulai dari musim 2016-2017 menggantikan Manuel Pellegrini yang sudah menangani City selama tiga tahun terhitung mulai Juli 2013. Kedatangan Pep ini melengkapi trisula kemanajeran yang dulu pernah membawa Barcelona meraih treble winners, yaitu Txiki Begiristain (direktur teknik) dan Ferran Soriano (CEO).
Rencana mendatangkan Pep ini sebenarnya sudah diusahakan oleh City semenjak 2013 lalu, tepat ketika mereka memecat Roberto Mancini. Sayangnya, keinginan itu ditolak Pep dan City pun menjatuhkan pilihannya kepada Manuel Pellegrini yang pada akhirnya mampu membawa City meraih trofi Premier League pada musim 2013-2014 dan juga trofi Piala Liga Inggris di musim yang sama.
Namun pencapaian Pellegrini bersama City masih belum memuaskan manajemen Man City. Yang membuat Pellegrini gagal adalah, selain tidak adanya trofi yang didapat musim lalu, Pellegrini pun gagal mempersembahkan trofi Liga Champions Eropa bagi City, sesuatu yang sangat didambakan oleh Syeikh Mansour, pemilik City. Inilah yang mungkin menjadi dasar alasan kenapa City memutus kontraknya bersama Pellegrini akhir musim ini.
Dan tepat pada musim depan, City akan memulai sebuah arah yang baru, dinakhodai oleh manajer yang pernah juara bersama Barcelona dan Bayern Muenchen, yaitu Pep Guardiola. Bersamaan dengan kedatangan Guardiola, sebuah mimpi dititipkan kepadanya, mimpi yang berusaha untuk diraih City beberapa tahun terakhir: trofi Liga Champions. Trofi itu akan menambah indahnya lemari trofi Manchester City, yang sudah mulai berhias trofi Piala Liga dan Liga Primer.
Lalu, apakah mimpi itu bisa terealisasi? Sebuah pertanyaan yang akan muncul di benak para pendukung City bersamaan dengan kedatangan Guardiola. Mimpi ini hanya akan menjadi angan belaka jika Pep gagal merealisasikannya, seperti halnya yang pernah dilakukan oleh Mancini dan Pellegrini yang gagal membawa trofi Liga Champions Eropa ke City.
Namun, jika menilik modal yang dimiliki Guardiola, ada alasan bagi para pendukung untuk berharap pada Guardiola. Selain kucuran modal yang tak terbatas yang dimiliki oleh Syeikh Mansour, Guardiola juga diwarisi pemain-pemain bintang yang siap untuk dia poles menjadi sebuah tim juara, Warisan pemain-pemain ini kebanyakan adalah pemain yang masih bertahan dari era Mancini sampai Pellegrini yang siap untuk perubahan di era Guardiola nanti.
Sosok-sosok seperti Sergio Aguero, David Silva, Vincent Kompany, Fernandinho, Pablo Zabaleta, dan Kevin de Bruyne adalah sosok jaminan mutu yang siap untuk dipoles menjadi sebuah tim juara. Dengan sentuhan tangan magis Pep, bukan tidak mungkin pemain-pemain ini akan menjadi lebih menakutkan. Warisan pemain ini pulalah yang Pep rasakan saat menangani Barcelona di 2008 lalu dan Bayern Muenchen di 2013 lalu.
Namun, tantangan lainnya pun menanti Pep. Liga Inggris yang disebut oleh Louis Van Gaal sebagai ârat-raceâ ini menjanjikan sebuah persaingan ketat. Sementara Pep selama ini terbiasa hanya menjalani persaingan yang melibatkan dua tim seperti yang dialami oleh Muenchen dan Dortmund di Jerman serta Madrid dan Barca di Spanyol. Hal ini akan menjadi sesuatu yang baru bagi Pep di mana Liga Inggris selalu menyajikan kejutan dan menuntut sebuah konsistensi di setiap minggunya.
Patut kita nantikan, apakah Pep dapat merealisasikan mimpi City meraih trofi Liga Champions Eropa? Ataukah dia akan berakhir seperti Mancini dan Pellegrini, terseret dalam sebuah ârat-raceâ tanpa bisa menjadi pemenang.
Komentar