Dele Alli banyak disebut-sebut sebagai pemain usia di bawah 20Â tahun yang paling tajam saat ini. Bagaimana tidak, pemain kelahiran Milton Keynes ini terbilang rajin mencetak gol untuk ukuran anak baru gede. Total Alli telah mencetak tujuh gol dari 23 penampilannya di Liga Primer Inggris.
Musim perdananya di kompetisi tertinggi Liga Primer sejauh ini bahkan berjalan luar biasa. Beberapa media Inggris juga menggadang-gadang Alli akan menjadi penerus gelandang Inggris yang terbukti kuat dan pintar mengkreasi serangan, seperti halnya Steven Gerrard, Frank Lampard, dan Paul Scholes.
Penampilan Alli pun menjadi bukti nyata, bahwa pemain usia di bawah 19 tahun kini tidak bisa dianggap sebelah mata dalam sepakbola. Beberapa di antara mereka kini bahkan mampu menembus starting eleven beberapa kesebelasan besar seperti Kingsley Coman di Bayern Munchen dan Timo Werner di VfB Stutgart.
Tapi jika melihat statistik lima kompetisi besar Eropa, nyatanya Alli bukan pemuda tertajam (sebagai gelandang mungkin iya). Masih ada sosok yang lebih tajam dibandingkan Alli, dia adalah Antonio Sanabria, yang mencetak 10 gol dari 16 laga di La Liga bersama Sporting Gijon.
Sanabria mengawali karier sepakbola di Cerro Porteno, salah satu klub sepakbola Paraguay pada periode 2004 hingga 2007. Bakat sepakbolanya yang istimewa membuatnya pindah ke klub Spanyol, La Blanca Subur, sebelum hijrah ke akademi Barcelona La Masia, pada tahun 2009.
Tak betah menunggu untuk bermain di tim utama Barcelona, Sanabria memutuskan pindah ke AS Roma pada Januari 2014. Kekecewaan pun muncul dari jajaran manajemen Barcelona perihal kepindahan Sanabria. Salah satunya dari Josep Maria Bartomeu, yang mana ia mengungkapkan bahwa alasan utama Sanabria pindah bukan karena kesempatan bermain di utama yang tak kunjung didapatkannya, melainkan masalah gaji yang terlalu sedikit.
âKami mencoba untuk membuatnya tetap berada di Barcelona, bahkan kami telah mencoba semuanya untuk menjaganya dengan menawarkan semuanya yang kami punya, tapi dia sudah berpikir matang untuk memutuskan pindah,â imbuh Bartomeu.
Sementara itu, agen Sanabria, Raul Verdu, mengatakan bahwa Sanabria tak melihat masa depannya di Barcelona mengingat ia tak pernah diberi kesempatan bermain di level senior.
âSanabria berharap untuk dapat merasakan bermain di tim utama seperti halnya Munir El Haddadi dan Sandro Ramirez, tapi ia malah terus menerus dipaksa untuk bermain di tim B. Masa depan Sanabria di klub ini sudah tak ada lagi. Meskipun ia baru bermain di tim B dalam satu musim, namun sekarang semua telah berakhir,â ujar Verdu per Desember 2013 lalu.
âDia ingin segera berkotum tim utama Barcelona sesegera mungkin. Tapi nyatanya, tak ada kesempatan yang diberikan kepadanya,â ungkapnya.
Kepindahannya ke AS Roma sempat mengagetkan. Pasalnya Arsenal dikabarkan juga mengincarnya. Rekan senegara Sanabria yang sudah berada di AS Roma, Leandro Paredes pun disebut-sebut menjadi alasan di balik hijrahnya Sanabria.
Meski resmi bergabung Roma di Januari 2014, ia harus menghabiskan sisa musim 2013/2014 di Sassuolo dengan status pinjaman. Keberadaan tiga striker yang lebih senior di Sassuolo, Simone Zaza, Domenico Berrardi, dan Sergio Floccari membuat kesempatan bermain Sanabria tak lebih baik dibanding Barcelona.
Sanabria akhirnya kembali ke Roma di musim 2014/2015. Sekali lagi, ia tak mendapatkan jatah bermain reguler. Hingga ia akhirnya memilih untuk bermain di AS Roma Primavera, demi menjaga kesempatannya untuk menembus skuat inti AS Roma yang saat itu dilatih Rudi Garcia.
Setahun di tim primavera, Rudi Garcia memindahkan Sanabria ke Sporting Gijon pada musim ini. Bersama Alen Halilovic yang berstatus pinjaman dari Barcelona, ia menjadi tulang punggung tim dengan mencetak 10 gol dari 16 laga.
Kendati masih berusia 19 tahun, nyatanya Sanabria menjadi kunci permainan Gijon. Selain 10 gol sejauh ini, yang membuatnya menjadi pencetak gol terbanyak tim, ia juga membuat 1,9 tendangan per pertandingan, lebih banyak ketimbang pemain Gijon lainnya.
Komentar