Kepolisian Korsika, daerah di kepulauan Prancis, terkejut dihadapkan dengan serangan dari sekelompok orang bertopeng yang berjumlah sekitar 100 orang. Mereka menyerang kantor polisi Korsika dengan melempar bom molotov dan benda-benda keras lainnya. Api pun menyala dijalanan sekitar kantor polisi Kosrika akibat beberapa lemparan bom molotov saat itu.
Diduga jika serangan tersebut dilakukan para Ultras SC Bastia. Tindakan itu menyusul dengan adanya penangkapan delapan anggota mereka karena perkelahian ketika mengalahkan tuan rumah Reims di Stadion Auguste-Delaune II, Minggu (14/2). Selain menuntut pembebeasan delapan rekannya, Ultras Bastia juga meminta pertanggung jawaban rekannya yang terluka serius. Salah satu anggotanya terluka di bagian kepala dan mengakibatkan gangguan di penglihatan.
Serangan tersebut dikabarkan mendapat sorotan dari Kementrian Dalam Negeri Prancis. Mereka meminta kubu Bastia melakukan tindakan kepada suporter garis kerasnya itu. Ultras Bastia memang dikenal dengan perbuatan rusuhnya, terutama bentrok dengan aparat kepolisian. Serangan ke kantor polisi itu pun bukan yang pertama kalinya pada musim ini.
Simak beberapa cerita tentang Ultras pada tautan ini.
Polisi pernah menggunakan gas air mata untuk meredam aksi liar mereka. Bentrokan itu terjadi ketika Bastia menghadapi Paris Saint-Germain (PSG) di Stadion Furiani pada 17 Oktober 2015. Awal kerusuhan terjadi karena Ultras Bastia tidak menerima kekalahan 2-0 atas PSG. Rasa tidak terima itu karena Ultras Bastia tidak menyukai kesebelasan dari Ibu Kota Prancis itu. Mereka pun mengamuk di sekitaran Stadion Furiani hingga bentrok dengan kepolisian.
Sebelumnya, delapan dari dua ribu suporter Bastia juga terluka karena bentrok dengan polisi saat laga melawan AS Monaco pada September 2015. Bentrokan itu dipicu karena invasi lapangan setelah menyingikirkan Monaco dari Coupe de Ligue. Kemudian mereka bentrok dengan polisi dengan cara mencopoti kursi stadion dan melemparkannya. Sama seperti PSG, Ultras Bastia juga tidak memiliki hubungan harmonis dengan Monaco.
Perjuangan Dari Pulau Kosrika
Bastia memiliki jumlah pendukung yang besar dari Korsika, sebuah pulau mediterania dan kolektivitas wilayah Prancis. Maka, letak Kosrika dengan Prancis berbeda karena mereka tinggal di sebuah pulau yang berseberangan dengan Marseille. Sementara letak pulau Korsika lebih dekat dengan Italia, terutama wilayah Sardinia Utara dan Genoa.
Awalnya, Pulau Kosrika merupakan bagian dari Sardinia Utara, namun terpaksa dilepas kepada Prancis untuk melunasi hutang yang dikontrak dengan Genoa pada 1969. Tapi masyarakat Pulau Kosrika menolak pemerintahan Prancis karena status otonomi yang terbatas. Mereka menganggap jika Pulau Kosrika kurang berkembang dibandingkan dengan kawasan mediterania Prancis lainnya.
Penolakan-penolakan itu memunculkan berbagai macam gerakan nasionalis Kosrika. Mereka mendukung pergerakan-pergerakan soal kebebasan Pulau Kosrika dari Prancis. Mereka pun memiliki bahasa dan simbol sendiri di Pulau Korsika. Bahasa mereka masih menggunakan bahasa Tuscan dari Italia ketimbang berbicara dengan bahasa Prancis.
Soal simbol pun mereka memiliki simbol lokal sendiri, yaitu kepala hitam yang mengenakan ikat kepala warna putih di atas matanya. Hal itu melambangkan tentang pembebasan orang-orang Kosrika. Simbol ini juga terdapat di logo Bastia.
Tentu saja tensi politik ini merambah ke dunia sepakbola. Simbol Pulau Korsika kerap ditunjukan oleh Ultra Bastia yang dikenal dengan nama Furiani. Mereka punya kebencian kepada PSG karena ibu kota Prancis memiliki tensi politik panas dengan Pulau Kosrika.
Sementara Bastia memiliki rivalitas besar dengan Nice. Pertemuan kedua kesebelasan ini disebut-sebut dengan Derby de la Mediterranean. Pada derby itu juga mencakupi Monaco dan Olympique de Marseille. Tentu saja kebencian Ultras Bastia kepada mereka juga sama.
Sebetulnya Bastia memiliki derby tersendiri dengan AC Ajaccio yang sama-sama dari Pulau Kosrika. Tapi tensinya tidak sepanas menghadapi Derby de La Mediterranean atau saat melawan PSG. Bahkan Furiani dengan Ultras Ajaccio pernah bersatu atas nama perlawanan politik, dalam upaya pembebasan Pulau Korsika. Sehingga bukan tanpa alasan jika mereka pernah sama-sama berjuang untuk pembebebasan Pulau Kosrika, walau panas di dalam lapangan sepakbola.
Sumber lain: Daily Mail, ESPN FC, Goal, Wikipedia.
Komentar