Oleh:Â Fakhrurroji*
Sunderland menang 2-1 atas Manchester United. Kemenangan ini tentu mengejutkan karena Sunderland adalah tim penghuni zona degradasi, sementara MU adalah tim yang kaya dengan sejarah kejayaan. Kekalahan MU tersebut dikomentari bek Sunderland yang juga pernah mengabdi untuk Setan Merah sejak 1999 hingga 2011, John OâShea. OâShea menganggap kalau aura MU sebagai tim juara sudah pudar.
***
Semua manager di dunia, dalam bidang apapun, selalu menginginkan bakat-bakat terbaik mengisi tim yang mereka pimpin. Secara umum, bakat dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah high potential. Kelompok ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan terbaik di manapun ia bekerja. Istilah untuk kelompok ini adalah âKacang Hijauâ. Jika Anda melemparkan âSi Kacang Hijauâ ini ke mana saja, maka ia akan tumbuh dengan sempurna.
Kelompok kedua adalah kelompok promotable. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan terbaik hanya di bidang yang menjadi keahliannya. Sementara itu, kelompok terakhir adalah kelompok expert resources, yaitu seseorang yang menjadi master di satu bidang saja, dan bidang yang dikuasainya merupakan bidang yang sangat langka untuk bisa dikuasai oleh orang lain.
Konsep pengelolaan bakat menjadi keniscayaan yang melekat pada peran seorang manager. Masalahnya adalah bakat yang tersedia amatlah terbatas jumlahnya. Para manajer tentu menginginkan bakat yang tergolong kelompok high potential dan expert resources.
Di sepakbola, pemain yang tergolong sebagai high potential hampir dikatakan tidak ada, kecuali Anda bisa memberitahukan kepada saya jika ada seorang pemain yang luar biasa hebat sebagai kiper, bek, gelandang, dan striker sekaligus. Di sepakbola, yang paling realistis adalah expert resources yang mungkin didapatkan dengan biaya yang sangat mahal. Pesepakbola yang bisa dikategorikan sebagai expert resources di antaranya seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Gianluigi Buffon, Sergio Ramos, Â hingga Andrea Pirlo. Mereka adalah ahli di posisi dan perannya masing-masing.
Untuk menjadi ahli atau master pada satu bidang, Anda perlu mendedikasikan diri pada satu bidang tertentu saja, atau dengan kata lain menjadi spesialis. Bertentangan dengan spesialis, ada generalis, yang bisa menguasai hampir semua bidang, namun sayangnya tidak menjadi ahli dalam bidang apapun. Generalis seperti ini umumnya dikenal dengan istilah Jack of All Trade. Dan dari semua pemain sepakbola didunia yang memiliki karakteristik sebagai Jack of All Trade, yang paling kesohor adalah John OâShea, mantan pemain Manchester United yang kini masih tercatat sebagai pemain Sunderland.
John OâShea adalah sosok Jack of All Trade yang paling pas untuk dikupas secara tuntas. John OâShea bisa bermain di banyak posisi: bek kanan dan kiri, bek tengah, serta gelandang bertahan. Dalam beberapa kesempatan, OâShea pun pernah bermain sebagai gelandang kiri dan kanan meski dalam jumlah pertandingan yang terbatas. Jangan lupa pula kalau OâShea pernah menjadi kiper menggantikan Edwin Van Der Sar pada musim 2006/2007 dalam satu pertandingan. Pada intinya, John OâShea bisa bermain di mana saja.
John OâShea memiliki keunggulan di ukuran fisiknya dengan tinggi mencapai 1,9 meter dan beragam kebisaan (bukan keunggulan) lainnya. Tentunya, Sir Alex Ferguson bukan pelatih yang sembarangan dalam memilih seorang pemain. Bukti statistik menyatakan bahwa Sir Alex memberikan kesempatan sebanyak 256 pertandingan liga kepada John OâShea dari total 13 musim John OâShea berseragam Manchester United.
Pada musim 2002/2003, John OâShea memainkan 52 pertandingan, musim 2003/2004 jumlah pertandingan yang dimainkan menurun jadi 49 pertandingan, lalu menjadi 37, 47, 49, 38, 54, 18, 32 pada musim-musim selanjutnya. Total John OâShea memainkan 393 pertandingan untuk Manchester United di semua ajang. Padahal John OâShea terbilang bukan menjadi pemain kunci Manchester United, ya setidaknya tidak sevital peran Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic kala kedua pemain itu berada pada masa jayanya.
Ditambah lagi John OâShea dapat dikategorikan sebagai pemain yang lambat. Duetnya dengan Wesley Brown lebih banyak melakukan blunder dan membuat Alex Ferguson serta para penggemar berpotensi terkena serangan jantung daripada membuat aksi-aksi yang memukau.
John OâShea adalah Jack of All Trade dan Master of None sejati. Cara termudahnya, adalah dengan menanyakan pertanyaan sederhana, adakah pemain lain yang lebih hebat di posisi yang biasa OâShea mainkan? Banyak. Di posisi bek kanan, ada Gary Neville. Di pos bek tengah ada Rio dan Vidic. Bahkan, di posisi aslinya pun masih ada nama Patrcie Evra yang dianggap lebih baik darinya. Daftar nama pemain yang lebih baik dari John OâShea bisa terus bertambah dan bertambah jika Anda membandingkan dengan pemain lainnya dari kesebelasan lainnya.
Tapi barangkali dengan keserbabisaannya (bukan keserbaunggulannya) John OâShea menjadi ban serep yang sempurna di bangku cadangan. Kebisaan John OâShea bermain di berbagai posisi membuat dirinya setara dengan 4-5 pemain cadangan. Jika tiba-tiba pemain inti terkena cedera ataupun kartu merah di tengah-tengah pertandingan, maka ada John OâShea yang siap menjadi tambal sulamnya. Ia memang bukan pemain yang hebat, tapi jelas bukan pemain yang jelek kualitas permainannya. Barangkali itulah keunggulan John OâShea yang bisa kita simpulkan.
Tapi lantas apakah salah menjadi seorang John OâShea? Apakah salah menjadi Jack Of All Trade? Jika Anda menjawab bahwa menjadi Jack of All Trade tidak akan bisa berprestasi sebagai individu, jawabannya mungkin: ya. Namun, sebagai tim, OâShea telah memenangi 15 piala bersama Manchester United yakni lima gelar Premier League, satu trofi Piala FA, tiga Piala Liga dan tentu termasuk di antaranya adalah âSi Kuping Besarâ alias gelar juara Liga Champions. Bersama MU, OâShea pun pernah mempersembahkan gelar juara Piala Dunia Antarklub. Coba bandingkan dengan pemain sekaliber Buffon yang hingga tulisan ini dibuat, belum pernah sekalipun memenangi Liga Champions. Sebuah prestasi yang hebat bukan untuk pemain yang dibilang biasa-biasa saja.
Dengan segala teori manajemen khususnya sumber daya manusia, bahwa menjadi generalis atau Jack of All Trade tidak akan memiliki prestasi sebagus para spesialis, maka John OâShea telah membuktikan dengan segala keserbabisaannya, ia bisa berkontribusi dan berprestasi untuk Manchester United. Artinya menjadi biasa-biasa saja pun bisa jadi luar biasa.
foto: thenorthernecho.co.uk
*Penulis merupakan pegawai bank, praktisi corporate communication yang juga pemerhati tata kelola perusahaan dan mencintai sepakbola. Berakun twitter @RojiHasan
Komentar