Mudik bagi sebagian besar orang Indonesia adalah sebuah ritual yang dilakukan utamanya ketika hariâhari besar datang menjelang, seperti Idul Fitri, Imlek, ataupun Natal. Oleh karenanya, jangan heran jika ketika mudik tiba, begitu banyak orang-orang dari daerah perantuan memenuhi jalanan hanya untuk kembali bersua dengan sanak famili yang menanti di kampung halaman dengan segala hal yang membuat kita merindukan rumah.
Mudik adalah saat segala keluh kesah perihal kehidupan dan pekerjaan di tanah rantauan dibagikan kepada khalayak keluarga di rumah. Sembari menyeruput secangkir teh dan memakan cemilan khas keluarga di rumah, semua pengalaman yang pernah terjadi dan dialami oleh seseorang di rantauan akan dibagikan kepada keluarganya di rumah, diolah sedemikian rupa menjadi sebuah cerita sore menjelang malam yang indah untuk didengarkan. Masa mahal inilah yang begitu dinantikan oleh setiap orang, makanya saat mudik tidak akan dilewatkan begitu saja.
Inilah juga sekarang yang sedang dilakukan oleh Tommy Oar, pemain timnas Australia dalam skuat Piala Dunia 2014 dan Piala Asia 2015. Tommy Oar sekarang sedang mudik dari tanah rantauannya di Eropa dan kembali ke Australia untuk membela Brisbane Roar, klub yang membesarkan namanya saat dia pertama kali berkarir di sepakbola professional pada 2008.
Tommy Oar yang mulai beranjak dewasa
Semenjak muda, Tommy Oar memang sudah menunjukkan bakat cemerlang di Australia. Membela Brisbane Roar semenjak usia 17 tahun, Oar sering disandingkan dengan legenda yang terkenal di sekitaran rumahnya, yaitu Harry Kewell. Posisi Oar memang hampir mirip dengan sang legenda, yaitu beroperasi di sayap kiri.
Bersama Brisbane Roar, dari 2008 sampai 2010, sayang, ia hanya mencatatkan 19 penampilan dan mencetak dua gol serta satu assist. Meski dianggap sebagai pemain berbakat, orang rumah menganggapnya belum cukup pengalaman dan hanya menurunkannya sesekali. Itulah yang membuatnya berpikir untuk merantau keluar rumah selama beberapa tahun. Dan tepat saja, saat usianya 20 tahun, dia memutuskan untuk merantau ke Belanda.
Tommy Oar di Masa Perantauan Bagian I (Belanda)
Setelah menjalani trial bersama dengan rekan-rekannya yang lain, yaitu Michael Zullo dan Adam Sarota, akhirnya Tommy Oar resmi menjadi pemain FC Utrecht, sekaligus menasbihkan dirinya sebagai pemain rantauan dengan kontrak selama lima tahun. Namun di sinilah, dia banyak belajar dan mengasah dirinya, yang membuat dirinya menjadi lebih dewasa sebagai pesepakbola dan juga manusia.
Pada musim 2012/2013 Eredivisie, Tommy Oar adalah bagian dari tim sukses FC Utrecht sepanjang sejarah, dengan mencetak 63 poin saat itu dan membuat FC Utrecht berhak untuk ikut kualifikasi Liga Eropa karena berhasil menjadi pemenang dalam kualifikasi lokal Eredivisie menuju kompetisi Eropa. Di musim ini juga lah, dan juga musim-musim ke depan, Tommy Oar mulai sedikit berganti posisi.
Mencetak banyak assist selama di FC Utrecht, ia pun mulai bergeser dari sayap menjadi seorang gelandang tengah. Pemindahan posisinya ini juga didorong oleh catatannya selama membela FC Utrecht, dengan tampil dalam 117 pertandingan, mencetak lima gol dan 23 assist selama lima musim membela FC Utrecht. Merasa ingin mencari tempat rantauan baru, meski sebenarnya dia sukses di Belanda, akhirnya ia menyeberang ke tanah Inggris.
Tommy Oar di Masa Perantuan Part II (Inggris)
Pada musim awal musim ini, karena ingin mencari tantangan baru, Oar bergabung dengan Ipswich Town dengan kontrak selama dua tahun. Di sini, ia merasakan tantangan yang sebenarnya. Tanah Britania dengan lingkungannya yang keras menguji Tommy Oar.
Sayang, di sini dia gagal dan hanya bertahan dalam waktu yang tidak lama, selama satu setengah tahun saja. 22 Januari 2016 ia meminta pemutusan kontrak karena merasa tidak kerasan di tanah rantauannya yang kedua ini. Selama di Inggris, ia hanya mencatatkan sembilan penampilan dan hanya mencetak satu gol tanpa mencetak assist.
Sempat digosipkan akan merantau kembali ke tanah Tiongkok, ternyata ia memutuskan untuk mudik sejenak ke rumahnya, yaitu Brisbane Roar yang sekarang sedang berjuang di A-League. Mungkin, ia hanya ingin istirahat sejenak.
Sekarang, Oar sedang berada di rumahnya, yaitu Brisbane Roar. Ia diharapkan untuk membagikan pengalaman dan kisah hidupnya selama berada di tanah rantau, sembari duduk santai di pinggir lapangan menikmati minuman dan makanan khas Australia. Manajer Brisbane Roar, Craig Moore, mengharapkan pengalaman yang akan dibagikan oleh Oar ini akan menjadi pelecut semangat tim Brisbane Roar untuk berprestasi di A-League musim ini.
âTommy adalah pemain yang berkualitas dan pernah berada di level sepakbola yang tinggi. Semoga ia bisa memberikan pengaruh disini,â ujar Moore.
Masih ada saat bagi Roar untuk berbincang santai dan ngobrol senja bersama Oar sampai akhir musim 2017/2018. Setelah itu, Tommy Oar mungkin saja akan merantau kembali keluar rumah. Sekarang, biarkan dia menikmati saat-saat mudiknya.
(sf)
foto: fourfourtwo.com
Komentar