Kalau sudah cinta, apalagi yang datang dari lubuk hati paling dalam, apapun yang dilakukan pasti akan terlihat baik dan hebat. Cinta terkadang membuat seseorang menjadi buta. Namun, di satu sisi, cinta juga bisa menimbulkan harapan bahwa orang yang diberikan cinta itu pasti akan membalas dengan sebuah cinta yang lebih besar. Tapi jangan salah. Kadang ada juga cinta yang malah berujung menjadi sebuah kisah perjuangan yang berakhir dengan kesedihan: bertepuk sebelah tangan.
Tapi tidak seperti yang dialami oleh Werder Bremen. Kesebelasan asal utara Jerman ini tampaknya sudah betul-betul jatuh hati dengan seorang Peru bernama Claudio Pizarro. Entah apa yang sudah dilakukan oleh Pizarro, meskipun sudah berulang kali putus-nyambung dengan Bremen, tapi entah kenapa cinta para pendukung Bremen belum hilang untuk seorang Pizarro.
Kedatangan Kembali Pizarro ke Bremen
When the sunshine beckons to you, and your wings begin to unfold.
The thoughts you bring and the song you sing are gonna keep me from the cold.
Pizzaro tidak muda lagi. Ia sudah berusia 37 tahun dan tengah memasuki masa senjanya sebagai pesepakbola. Namun, sambutan pendukung Bremen saat ia mendarat di Bandara Bremen pada September 2015 begitu luar biasa. Sambutan ini lebih meriah daripada kedatangannya pertama kali di Bremen pada 1999, saat ia masih muda dan segar.
Apa yang terjadi di Bandara Bremen terbilang tidak lumrah. Soalnya, di Jerman masyarakatnya lebih tenang karena cuaca yang begitu lembut. Pengecualian untuk Bremen, pada September tahun 2015 itu, mereka menyambut kembali cinta mereka yang kembali lagi ke tanah Jerman utara: seorang Claudio Pizarro.
"Sambutan dari suporter ini membuatku merinding. Mereka sangat luar biasa. Berkerumun di bandara hanya untuk menanti kedatanganku," ujar Pizarro seperti yang dilansir oleh The Guardian.
Saat datang di bulan September, Pizarro berada dalam ketidakjelasan setelah dilepas Bayern Muenchen. Ia akhirnya menerima pinangan Werder Bremen, klub lamanya sekaligus klub pertama tempat ia memulai perjalanannya di Bundesliga. Singkat kata, September 2015, Pizarro kembali ke Weserstadium. Para suporter pun sudah siap untuk mendukung Pizarro keluar dari masa suramnya, karena mereka sudah kadung cinta kepada Pizarro meskipun ia beberapa kali meninggalkan Weserstadium untuk pindah ke Bayern Muenchen ataupun ke Chelsea.
Selain itu, kedatangan Pizarro pun digadang-gadang akan menyelamatkan klub Bremen dari kemuraman jurang degradasi yang sudah menanti Bremen. Pizarro pun menjadi tumpuan harapan suporter Bremen yang ingin melihat Bremen keluar dari zona degradasi.
Cinta membutuhkan kesabaran dan penantian
And if the soul is hidden among you, and its words may ruin my soul.
You can fill me up with what you've got, cause my heart's been keeping old.
Ternyata, butuh waktu lama bagi Pizarro untuk kembali menunjukkan tajinya di Bremen. Absen mencetak gol sejak didatangkan pada September sampai awal November, para suporter yang mencintainya mulai mempertanyakan ke mana jiwa mudanya yang dulu sempat membara bersama Bremen. Ke manakah kemampuan hebatnya itu pergi? Orang-orang yang cintanya mulai berkurang mengatakan bahwa itu adalah karena faktor usia Pizarro yang sudah 37 tahun. Pizarro sudah tua dan uzur.
Tapi, Pizarro tak patah arang, Ia tetap bermain. Suporter yang mencintainya dari lubuk hati terdalam tetap mendukungnya. Sampai akhirnya tepat sebelum libur musim dingin, ia mencetak gol ke gawang Augsburg yang juga jadi gol penentu kemenangan Bremen atas Augsburg di kandang Augsburg. Namun lagi-lagi, itu riak semata. Saat Pizarro mencetak gol, kesebelasan malah kalah berkali-kali dan hanya meraih satu hasil seri dan satu kemenangan dalam empat pertandingan saat Pizarro mencetak gol.
Akhirnya, mata suporter yang mencintai Pizzaro mulai beralih. Mereka tidak lagi menyalahkan Pizarro. Mereka mulai mempertanyakan kredibilitas pelatih Werder Bremen, Viktor Skrupnik. Mereka mulai tidak yakin akan kinerjanya sebagai pelatih. Pizarro? Tetap bermain dan dielu-elukan.
Pizarro yang menjadi penyelamat bagi semua
I don't know where you come from, oh no, I haven't got a clue
All I know is I'm in love with someone who loves me too
Saat itu pertandingan melawan Darmstadt di Weserstadium, dan skor masih 2-1 untuk keunggulan Darmstadt. Bremen masih dalam kondisi tertinggal. Suporter mulai ketar-ketir, takut Bremen tidak dapat mencetak gol. Namun, siapa sangka, Pizarro muncul sebagai penyelamat setelah mencetak gol lewat sundulan pada menit ke-89. Pizarro menyelamatkan karier Viktor Skrupnik, bahkan menyelamatkan Bremen.
Bremen terus menanjak. Setelah seri dengan Darmstadt, mereka juga mengalahkan kesebelasan kuat, Bayer Leverkusen, bahkan sampai dua kali. Sekali di DFB Pokal dengan skor 3-1, di mana Pizarro mencetak gol lewat penalti, lalu juga di ajang Bundesliga dengan skor 4-1 di mana Pizarro mencetak hattrick. Pizarro mengantarkan Bremen menuju semifinal DFB Pokal, membantu Bremen naik ke peringkat ke-15 klasemen sementara, dan juga menunjukkan rasa cintanya kepada suporter dengan tetap mencetak gol.
Sejak saat itu, Pizarro sudah berjanji akan menjaga cinta suporter kepada dirinya, dengan tetap mencetak gol. "Saya merasa sangat baik dan saya ingin terus mencetak gol untuk suporter. Saya tidak merasa tua. Saya merasa seperti seorang Claudio Pizarro," sebuah ikrar yang diucapkan Pizarro setelah mencetak hattrick ke gawang Leverkusen
***
Claudio Pizarro masih bisa melakukan banyak hal sebelum musim ini berakhir. Pizarro masih bisa membuktikan cintanya kepada suporter dengan terus mencetak gol yang dapat membantu Bremen keluar dari jurang degradasi. Pizarro masih bisa menolong dan membantu menyelamatkan harapan semua orang di Weserstadium.
He is Pizarro, and his way are high and steep
He is Pizarro, and I believe, I do believe him when he shoots
(sf)
foto: goal.com
<fva>
Komentar