Bagi pecinta sepakbola yang besar di era 90-an akhir dan awal 2000-an pasti tidak asing dengan nama Middlesbrough. Boro, begitu sapaan akrabnya, saat itu merupakan salah satu kekuatan tim papan tengah yang selalu menjadi kuda hitam dalam Liga Inggris.
Meski bukan kesebelasan besar, beberapa nama top sempat berseragam Boro. Misalnya saja nama-nama seperti Juninho Paulista, Fabrizio Ravanelli, dan Gaizka Mendieta di akhir-akhir keberadaan Boro di Premier League.
Middlesbrough kala itu mengalami peningkatan popularitas sejak tampil di dua partai final, yaitu di Piala FA dan Piala Liga 1996/97. Namun sayang waktu itu gol Fabrizio Ravanelli di final leg pertama tidak bisa menolong Boro karena kalah di leg kedua atas Leicester City yang digelar di stadion Hillsborough.
Sementara di ajang Piala FA, musim tersebut Boro kalah oleh Chelsea yang dilatih oleh pemain sekaligus manajer, Ruud Gullit. Gol Roberto Di Matteo dan Eddie Newton membuat Boro pulang dengan medali runner-up.
Boro akhirnya menjuarai Piala Liga yang kala itu baru berganti nama menjadi Carling Cup pada musim 2003/04. Gelar ini menjadi major trophy bagi Boro setelah puasa gelar selama 128 tahun. Saat itu gol dari gelandang timnas Belanda, Boudewijn Zenden dan Joseph-Desire Job menjadi pahlawan kemenangan.
Tentu saja yang aling fenomenal adalah prestasi Boro yang berhasil melaju ke Final UEFA Cup 2005/06. Boro yang diperkuat nama-nama seperti Mark Viduka, Gareth Southgate, Jimmy Floyd Hasselbaink, Fabio Rochemback, Stewart Downing, dan juga pemain muda berbakat Adam Johnson harus takluk 0-4 atas tim wakil Spanyol, Sevilla. Pemain andalan, Gaizka Mendieta, kala itu tidak bisa tampil karena mengalami cedera patah tulang telapak kaki.
Setelah mengalami capaian sensasionalnya dalam beberapa tahun terakhir, akhirnya prestasi Boro merosot karena Steve McClaren dipanggil melatih timnas Inggris dan posisinya digantikan oleh Gareth Southgate. Dua musim berada di papan bawah, akhirnya Boro turun ke divisi Championship di musim 2008/09 dan belum pernah naik lagi ke Premier League hingga kini.
Lebih dari 6 musim berkutat di level kedua kompetisi sepakbola Inggris, membuat pemilik Boro, Steve Gibson melakukan banyak peningkatan di tim sejak tiga musim lalu. Boro mendatangkan nama-nama mentereng di dalam jajaran non-pemain, di antaranya Aitor Karanka (sebelumnya menjadi asisten Jose Mourinho di Real Madrid), Peter Kenyon (eks-Chief Executive Manchester United dan Chelsea) dan agen pemain ternama, Jorge Mendes, sebagai penasehat resmi klub yang berkaitan dengan transfer. Selain itu, pelatih asal Uruguay, Leo Percovich, dipilih untuk menjadi pelatih kiper dan asisten. Percovich dan Karanka bertemu di Colorado Rapids kala Karanka bermain di MLS sebelum ia pensiun.
Semenjak kedatangan Karanka, aroma spanyol di tubuh Boro kini cukup kental. Ada empat nama pemain dan juga dua pelatih yang dibawa oleh Karanka. Nama-nama seperti Daniel Ayala dan Damia Abella menjadi pemain pilihan Karanka, sementara kiper muda Tomas Mejias menjadi back-up dari Dimitri Konstantopoulos, Nama pemain Spanyol terakhir adalah Kike Sola yang dipinjam dari Athletic Bilbao, Januari lalu.
Sebenarnya, Boro pada musim 2014/15 lalu, nyaris promosi ke Premier League andai tidak dikalahkan Norwich di final play-off Championship. Kala itu permainan Boro berantakan lantaran Daniel Ayala harus diusir wasit Mike Dean.
Tidak mau mengulang kesalahan yang sama, Steve Gibson, menargetkan Boro promosi otomatis ke Premier League. Di Championship, peringkat pertama dan kedua akan langsung promosi sedangkan peringkat tiga hingga enam akan mengikuti babak play-off dalam sistem semifinal, di mana juaranya akan menjadi tim ketiga yang promosi ke Premier League.
Nama-nama beken direkrut. Salah satunya adalah Stewart Downing. Kehadiran Downing yang sempat menjelajah ke berbagai klub di Premier League setidaknya menambah suntikan moral bagi para pemain, terutama pemain muda Boro. Eks-gelandang Three Lions tersebut dibeli Boro dari West Ham senilai 5 juta Poundsterling.
Juninho Paulista, menjadi ikon Middlesbrough di akhir 90-an
Downing mengungkapkan bahwa ambisinya dan klub adalah untuk membawa Boro kembali bermain di Premier League. âSaya pikir Boro punya kans yang bagus untuk promosi dan saya ingin menjadi bagian dari itu,â ungkap Downing kepada Guardian.
Ambisi Middlesbrough untuk kembali ke Premier League juga diperlihatkan dengan merekrut striker haus gol, Jordan Rhodes, dari Blackburn Rovers pada bursa transfer musim dingin ini. Rhodes juga nampak ingin meningkatkan peluangnya bermain di Premier League, karena ia sudah membuktikan kualitasnya di Championship.
Gibson sendiri bukan nama yang asing bagi penggemar Middlesbrough. Steve Gibson adalah pendukung Middlesbrough sejak kecil dan setelah mencapai kesuksesan finansialnya, ia membeli 90 mayoritas saham klub yang dulu bermarkas di Ayresome Park ini pada tahun 1994.
Dengan posisinya yang kini berada di peringkat dua klasemen semantara Skybet Championship, peluang Boro untuk kembali ke pentas Premier League sangat terbuka lebar. Sisa sekitar 10 laga kedepan harus benar-benar mereka jaga, agar kerinduan seluruh penggemar sepakbola dan juga penggemar Boro tentunya, untuk menyaksikan tim ini berlaga di Premier League bisa terbayar.
Foto: dailymail, bookies.com, tfcorp.net
[tr]
Komentar