Seorang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan pasti sudah paham dengan yang namanya jam kerja. Bukan hanya karyawan, para pegawai negeri sipil pun pasti sudah sangat paham dengan jam kerja ini. Jam kerja umumnya dimulai dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, ada juga yang berlangsung dari jam 9 sampai jam 5. Intinya delapan jam kerja; penerapannya tergantung perusahaan masing-masing.
Nah, selama jam kerja ini, biasanya para karyawan menyibukkan diri dengan pekerjaan mereka masing-masing. Para karyawan telah diberikan job description tentang pekerjaan yang harus mereka lakukan selama jam kerja itu. Job description ini diberikan dan sengaja dibuat berbeda-beda tergantung dengan keahlian si karyawan. Biasanya, pembagian jadwal ini dilakukan oleh sang bos perusahaan. Sang bos lazimnya sudah paham akan kemampuan karyawannya sehingga mereka mampu membuat job description dengan sangat baik untuk masing-masing karyawannya.
Nah, hal yang sama juga berlaku di Premier League, dan juga liga-liga di negara lainnya macam La Liga, Bundesliga, Eredivisie, Serie A, Ligue 1, dsb. Di liga-liga tersebut, banyak sekali perusahaan (klub) yang tersebar di beberapa daerah. Perusahaan-perusahaan itu memiliki karyawan (pemain) dan setiap karyawan memiliki job description nya masing-masing yang sesuai dengan keahlian mereka. Agar anda lebih mengerti, mari ambil contoh dari salah satu liga di atas, yaitu Premier League.
Premier League memiliki banyak sekali perusahaan yang bernaung di dalamnya. Perusahaan-perusahaan tersebut ada yang bermarkas di Manchester, Liverpool, London, Newcastle, dan ada juga yang bermarkas di Leicester dan juga Birmingham. Semua perusahaan itu memiliki karyawannya masing-masing dengan job description yang harus dilakukan. Jam kerja mereka? Jam kerjanya adalah jadwal Premier League sepanjang satu musim. Itu jam kerja mereka.
Sekarang, tak terasa jam kerja para karyawan yang bekerja di perusahaan di bawah naungan Premier League akan segera usai. Jika menggunakan perhitungan delapan jam maka Premier League sekarang sudah lewat sedikit dari pukul dua siang. Di jam-jam itulah biasanya para karyawan sudah mulai tidak fokus bekerja dan mulai berpikir untuk segera pulang ke rumah. Hal ini juga yang sering dirasakan oleh para karyawan yang bekerja di perusahaan di bawah naungan Premier League.
Tapi ada salah satu karyawan yang masih semangat untuk bekerja meskipun ia tahu jam kerjanya sebentar lagi akan segera usai. Karyawan itu bernama Jamie Vardy, dari perusahaan Leicester City. Perusahaan ini, dibanding perusahaan-perusahaan di daerah lain, sedang menonjol karena begitu rajinnya karyawan mereka dalam bekerja.
Hal ini juga ditopang oleh bos mereka, Claudio Ranieri, pun begitu paham bagaimana mengatur keadaan perusahaannya sehingga perusahaannya tetap ayem tentrem tanpa gangguan, di saat perusahaan lain mungkin sedang mengalami perpecahan akibat adanya permusuhan antar karyawan satu dengan yang lain, ataupun permusuhan antara karyawan dan bos. Inilah yang membuat perusahaan Leicester City menjadi salah satu kandidat perusahaan terbaik di Premier League.
Vardy sang karyawan tampaknya tahu akan hal ini. Oleh karenanya, ia mengingatkan kepada rekan kerjanya yang lain bahwa jam kerja belum selesai, dan masih ada yang harus dikerjakan oleh mereka sampai nanti jam kerja mereka berakhir. "Masih banyak pekerjaan sulit sampai jam kerja kami berakhir nanti. Jangan sampai di akhir jam kerja ini pekerjaan bagus yang sudah kalian lakukan sejak pagi hari menjadi berantakan. Ayo nikmati pekerjaan kalian sampai jam kerja berakhir," kira-kira begitu ucapannya kepada rekan kerjanya yang lain.
Ucapan karyawan Vardy ini memang ada benarnya. Jangan sampai semangat kerja di pagi dan siang hari menjadi hilang di sore hari, sebagaimana yang dialami oleh kebanyakan karyawan di perusahaan yang lain, yang berujung kepada pekerjaan yang tidak selesai yang harus diselesaikan ataupun hasil pekerjaan yang buruk saat jam kerja selesai nanti.
Vardy sang karyawan ini tentu banyak berkaca kepada perusahaan-perusahaan lain, seperti perusahaan asal London Utara ataupun perusahaan yang berlokasi di daerah pelabuhan, Liverpool, di mana karyawan-karyawan mereka kerap dihinggapi inkonsistensi performa kerja di akhir-akhir jam kerja, yang mengakibatkan pekerjaan harus diselesaikan di esok harinya dan di jam kerja selanjutnya.
Karyawan Vardy tentu tidak ingin hal itu terjadi, sehingga ia mengajak teman-temannya untuk fokus menyelesaikan pekerjaan merka sampai akhir jam kerja nanti. Vardy, yang juga sudah melakuka pekerjaannya dengan cukup baik selama jam kerja ini dengan mencetak banyak angka, meminta teman-temannya untuk melakukan hal yang sama.
"Mari berkonsentrasi terhadap job description kita, dan berikan 100% kemampuan dalam pekerjaan kita," ajak Vardy sang karyawan.
Sore sudah akan menjelang. Jam kerja Premier League sudah hampir usai. Karyawan dari kantor lain sudah mulai memikirkan apa yang akan dilakukan saat pulang ke rumah nanti, dan pekerjaan apa yang harus dilakukan keesokan harinya. Tapi Vardy masih memikirkan pekerjaan hari ini, karena ia merasa jam kantor belum usai sepenuhnya.
(sf)
foto: fourfourtwo.com
(pik)
Komentar