Laga Liverpool vs. Mancester United pada ajang perempat final Europa League menyuguhkan cerita menarik dari tribun stadion. Beberapa hari sebelum laga ini, penggemar Manchester United diramaikan dengan kabar bahwa klub mereka memberi inisiatif untuk membuat "Wall of White" untuk menyambut laga perdana mereka melawan Liverpool di kancah Eropa. Wall of White ini adalah sejenis koreografi untuk membuat pemandangan serba putih apabila dilihat dari kejauhan dengan memakai pakaian putih pula.
Pakaian putih yang dimaksud adalah seragam tandang MUÂ musim ini yang diproduksi oleh Adidas, produsen apparel asal Jerman. Rencana ini langsung ramai diperbincangkan oleh penggemar Red Devils di linimasa twitter.
Pihak klub akan memberikan jersey away secara cuma-cuma kepada pemegang tiket musiman (season ticket) atau yang telah memasan tiket laga Liverpool vs. Manchester United sebelumnya dengan mengisi tautan pada surat elektronik yang mereka dapatkan.
Menurut kebanyakan dari mereka, ini bukan merupakan ide yang bagus. Sebab, penggemar Mancester United tidak memiliki kebiasaan untuk mengenakan kostum tandang saat awaydays. Apalagi firm hooligan MU justru dikenal dengan pakaian serba hitam: Men In Black.
Sebelumnya, Manchester United pernah melakukan aksi koreografi yang menuai pujian pada laga di turnamen Eropa, seperti di semi-final Champions League 2008 lalu melawan Barcelona.
Banyak dari suporter Manchester United yang mengganggap ini hanyalah sebuah bentuk marketing antara Adidas sebagai sponsor penyedia apparel dan DHL sebagai sponsor layanan pengiriman. Namun mengutip Independent, pihak klub menyebutkan bahwa ide tersebut adalah inisiatif dari klub untuk membuat atmosfer yang lebih baik dalam menyambut laga penting di ajang Eropa.
Chants Menyinggung Tragedi Hillsborough dan Heysel
Benar saja, "Wall of White" akhirnya tidak terlihat. Tidak ada koreografi istimewa seperti yang digembar-geborkan sebelumnya. Kostum tandang berwarna putih puntidak banyak terlihat di tribun pendukung tandang stadion Anfield, tapi pendukung tim tamu terbukti bisa mengimbangi berisiknya penggemar tuan rumah.
Sejumlah legenda Manchester United pun hadir seperti Garry Pallister, Denis Irwin, serta Andy Cole. Mereka terlihat membaur dengan pendukung lainnya di tribun tandang Anfield.
Namun, nyanyian penggemar MU justru menyinggung tragedi Hillsborough dan juga tragedi Heysel yang terkait dengan kematian penggemar The Kop.
âThe Sun was right, youâre murderersâ dan juga âsit down if youâre murderersâ terdengar dinyanyikan oleh tidak sedikit dari penggemar MU sepanjang babak pertama. Nyanyian tersebut mengusik kematian 96 pendukung Liverpool di Hillsborough dan 39 nyawa hilang di stadion Heysel, Brussel empat tahun sebelumnya.
Mantan pemain Liverpool dan timnas Inggris, Stan Collymore angkat bicara melalui akun twitternya. Menurut Collymore, nyanyian tersebut hanya berlaku bagi orang-orang yang menyanyikannya, bukan seluruh pendukung tim tersebut.
Namun, Collymore mengakui nyanyian tersebut tidak patut dan dapat mencederai hubungan baik antara kedua klub yang terjalin. Bahkan ia memposting beberapa gambar milik Manchester United dan Liverpool yang membuktikan bahwa baik kedua tim punya hubungan yang baik dan saling menghormati.
">March 10, 2016Anyone singing about either tragedy associated to either club iâm doesnât represent majority of fans or clubs themselves. Simple.
â Stan Collymore (@StanCollymore) https://twitter.com/StanCollymore/status/708033711871234051
">@samf765 .Tonightâs songs are grossly unpleasant.
Sectarianism/Racism is the illegal demonisation of one part of society by another https://twitter.com/samf765
â Stan Collymore (@StanCollymore) https://twitter.com/StanCollymore/status/708034275858374656">March 10, 2016
">March 10, 2016
https://twitter.com/Kg9wTZthss
â Stan Collymore (@StanCollymore) https://twitter.com/StanCollymore/status/708034869104869376
">March 10, 2016https://twitter.com/0jakSqmEmhâ Stan Collymore (@StanCollymore) https://twitter.com/StanCollymore/status/708035967534436352
Sejauh ini, belum ada tindakan lebih lanjut dari asosiasi sepakbola Inggris, FA dan juga UEFA mengenai aksi tak layak ini. Perlu ada tindak lanjut, mengingat ini adalah laga penting yang merepresentasikan sepakbola Inggris di benua biru.
Namun sejatinya fanatisme jangan sampai membutakan nurani dan kemanuasiaan. Juga harus disadari bahwa kematian banyak fans Liverpool di masa lalu sebenarnya tidak pantas terjadi. Sudah semestinya semua suporter berterima kasih atas pelajaran yang didapatkan oleh tragedi tersebut atas keamanan dan fasilitas stadion di Inggris yang menjadi lebih layak.
Foto: guardian, twitter
[tr]
ed:Â fva
Komentar