Usai sudah petualangan Steve McLaren di Newcastle United. Setelah didapuk sebagai manajer Newcastle sejak pertengahan tahun 2015, belum genap satu tahun ia sudah harus mengakhiri kepemimpinannya sebagai manajer dengan status yang cukup menyedihkan; dipecat.
Bahkan setelah McLaren dipecat, penggantinya langsung diumumkan, yaitu Rafael Benitez yang merupakan mantan manajer Liverpool dan Chelsea. Sungguh masygul sekali mungkin perasaan McLaren.
Memang gembar-gembor pemecatan McLaren ini sudah berhembus kencang semenjak kekalahan Newcastle atas Bournemouth di kandang dalam laga lanjutan Liga Primer Inggris minggu lalu. Yang membuat bingung orang-orang adalah perkataan dari manajemen Newcastle yang mengatakan mereka akan tetap mempertahankan McLaren apapun yang terjadi, namun tanda-tanda pemecatan McLaren makin hari makin terlihat.
Jumat (11/3) malam menjadi hari terakhir bagi McLaren bersama Newcastle United. Dirinya terlihat pergi meninggalkan markas Newcastle dengan sebuah mobil, memberikan sebuah pandangan tajam kepada para wartawan yang mengerubutinya, dan langsung saja berlalu. Di sisi lain, penggantinya Rafael Benitez sudah memimpin sesi latihan Sabtu pagi di saat McLaren masih berkutat dengan kesedihan dan kekesalannya karena dipecat.
Tapi, yang terjadi sudahlah terjadi. Ada pertemuan, ada juga perpisahan. Itu adalah hal yang terelakkan dalam hidup. Seseorang tidak bisa berada di satu tempat yang sama dalam waktu yang lama. Ia harus berpindah jika memang dirasa lingkungan di tempatnya tinggal sekarang sudah tidak lagi mendukung dirinya. Mencari tempat yang baru dan meninggalkan tempat yang lama.
Dalam sebuah perpisahan, ada kesedihan yang mendalam ketika seseorang pergi dari suatu tempat menuju ke tempat yang lain. Apalagi jika memang di tempat tersebut seseorang menggoreskan sebuah pengalaman dan kenangan yang indah, pasti yang ditinggalkan akan merasakan kehilangan yang cukup mendalam. Berbeda jika meninggalkan kenangan dan pengalaman yang buruk, maka jangan harap kalau perpisahan indahlah yang akan datang.
Nah, bagaimana dengan seorang Steve McLaren? Apakah ia menggoreskan hal yang indah atau sebaliknya?
Start yang buruk di awal musim
Jika ingin melihat goresan seperti apa yang McLaren tinggalkan di klub ini, maka pertama-tama mari kita lihat sepuluh pertandingan pertama Liga Primer Inggris yang dilakoni Newcastle. Apa hasil yang ditorehkan kesebelasan yang bermarkas di St. James Park ini? Hanya satu kemenangan, tiga hasil imbang, dan enam kali kalah. Bisa Anda terka first impression apa yang diberikan McLaren kepada pendukung Newcastle? Buruk!
Benar-benar sebuah first impression yang buruk dari seorang Steve McLaren untuk Newcastle. Ibaratkan seperti perkenalan dengan seseorang yang baru kita kenal, dan kita melakukan hal yang memalukan di depannya, maka akan muncul sebuah impresi buruk yang akan membuat image kita rusak di depan matanya. Inilah yang dialami oleh Steve McLaren. Impresi buruk yang ia berikan membuat ia sedikit dipertanyakan kapabilitasnya oleh para pemainnya, yang berujung kepada pemberontakan-pemberontakan kecil yang terjadi di dalam internal Newcastle.
Tapi, pangkal dari semua itu sebenarnya satu, first impression yang buruk. Kalau saja McLaren mampu memberikan impresi baik, mungkin Newcastle tidak akan begitu suram di musim ini.
Terus berada di papan bawah
Dalam 28 pertandingan hanya mencatatkan enam kemenangan, enam hasil seri, dan 16 kekalahan tentunya membuat Newcastle sulit untuk beranjak dari zona degradasi. Ini tentunya adalah sebuah keanehan tersendiri bagi manajemen dan suporter Newcastle. Newcastle yang biasanya minimal berada di papan tengah, sekarang menjadi salah satu kandidat tim yang akan terdegradasi.
Tentunya ini bukan hal yang bagus. Manajemen tidak suka ini. Suporter pun sama. Suporter mana yang bahagia terus-terusan di papan bawah, apalagi selama satu musim penuh? Tentunya untuk suporter seperti kesebelasan Newcastle, ingin timnya minimal berada di papan tengah. Namun, suporter Newcastle tidak mengalami hal itu musim ini. Mereka harus tega melihat kesebelasan yang mereka sayangi jatuh terjerembab di papan bawah. Lalu, siapa yang patut dipersalahkan?
Salah satu jawabannya, selain juga pemain, adalah Steve McLaren. Meskipun kesalahan tidak bisa ditimpakan kepada McLaren sepenuhnya, setidaknya ia punya semacam tanggung jawab atas buruknya performa Newcastle musim ini yang membuat mereka menjadi akrab dengan zona degradasi.
***
Sudah jelas, jika melihat segala yang dilakukan McLaren di atas, akan sangat sulit baginya mendapatkan salam perpisahan yang indah dari pendukung Newcastle. Bahkan para pendukung Newcastle, justru akan lebih bersemangat menanti apa yang bisa diberikan Benitez dengan situasi seperti sekarang ini. Perpisahan yang tidak mengenakkan tentunya bagi McClaren.
(sf)
foto: chroniclelive.co.uk
Komentar