Bruce Banner, atau lebih dikenal dengan Dr. Banner (atau Bruce oleh orang-orang terdekatnya), hanyalah seorang ilmuwan biasa. Ia bersama rekan-rekannya, termasuk Betty Ross yang juga merupakan kekasihnya, melakukan penelitian tentang sinar gamma dan ia mencari tahu bagaimana sinar gamma dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Bruce Banner dan rekan-rekannya bekerja dengan sangat keras dalam penelitian itu. Pada suatu saat yang mereka lakukan tidak berjalan dengan lancar. Sinar gamma yang digunakan dalam penelitian itu terancam meledak dan melukai para penelitinya.
Oleh karenanya, Bruce mengorbankan diri dan merelakan dirinya terpapar radiasi sinar gamma. Tanpa diduga, meski mendapatkan banyak sekali paparan radiasi sinar gamma, ia masih hidup. Hanya saja, paparan radiasi sinar gamma itu berakibat buruk kepada dirinya. Saat marah, dirinya akan berubah menjadi The Hulk, manusia berbadan besar berwarna hijau. The Hulk akan mengamuk begitu saja tanpa memedulikan apa atau siapa pun yang berada di sekitarnya. Parahnya, kadang emosi Bruce tidak terkontrol dan ia akan dengan mudahnya mengamuk, apalagi ia memiliki masa lalu yang kelam yang berhubungan dengan ayahnya yang juga seorang ilmuwan.
Jika kita berbicara tentang Bruce yang bertransformasi menjadi Hulk, di dunia sepakbola ada satu pemain yang seperti itu. Pemain asal Brasil namun juga memiliki kewarganegaraan Spanyol dan sekarang membela timnas Spanyol ini memiliki sesuatu yang sama seperti Bruce. Saat mereka marah dan emosi, maka mereka akan mengamuk dengan sendirinya dan tidak memedulikan apapun di sekitarnya; menjadi seorang Hulk. Nama dari pemain itu adalah Diego da Silva Costa, atau yang lebih dikenal dengan nama Diego Costa.
Pemain ini memang memiliki karier yang cukup mentereng, utamanya saat membela Atletico Madrid dan Chelsea. Saat membela Atletico, meski di awal-awal kedatangannya hanya seorang penghangat bangku cadangan, perlahan-lahan ia mulai menunjukkan tajinya sebagai salah seorang penyerang mumpuni. Ia menjadi bagian dari skuat Atletico Madrid yang menjuarai La Liga musim 2013/2014. Di musim itu, ia mencetak 36 gol dari 51 penampilannya bersama Atleti di semua kompetisi yang membuat Atletico juga mampu mencapai babak final Liga Champions Eropa dan juga mencapai babak semifinal Copa del Rey.
Namun, catatan baiknya selama membela Atletico ini juga sejalan dengan rekam jejak  perkelahiannya dengan pemain lain selama masih di Atletico. Salah satu perkelahian yang cukup menyita perhatian adalah saat ia menjalani laga melawan Real Madrid dalam pertandingan La Liga musim 2012/2013. Saat itu Costa merasa bahwa dirinya diludahi oleh Sergio Ramos sehingga dirinya melakukan tindakan balasan dengan sedikit menampar muka Ramos.
Dari video di atas, dapat terlihat bahwa Costa akan menjadi pemain yang meledak-ledak ketika dipantik sedikit emosinya. Sama halnya seperti Bruce yang akan menjadi Hulk dan meledak-ledak penuh kemarahan saat dirinya dipancing sedikit emosinya oleh orang lain.
Ternyata, hal ini tidak hanya terjadi saat ia masih membela panji Atletico Madrid. Ketika memutuskan untuk hijrah ke Liga Primer Inggris dan membela Chelsea di musim 2014/2015 pun sikap-sikap emosional Costa masih terlihat. Dan yang paling dikenal adalah saat ia berkonfrontasi dengan Gabriel Paulista saat Chelsea jumpa dengan Arsenal dalam lanjutan Liga Primer Inggris musim 2015/2016. Urusan Costa saat itu sebenarnya dengan Laurent Koscielny dan Koscielny tidak terpancing emosi. Namun Gabriel yang berusaha menengahi malah terpancing emosi dan karenanya, begitu juga Diego Costa.
Bahkan, bukan hanya ketika melawan Arsenal saja. Pada saat pertandingan melawan Everton di babak delapan besar Piala FA ia kembali berulah. Ia berkonfrontasi dengan Gareth Barry, gelandang Everton, dan karena tersulut emosi, ia tertangkap oleh kamera sedikit menggigit Barry. Meski Barry mengakui bahwa Costa tidak menggigitnya, tetap saja ini merupakan bentuk dari emosi yang tersulut.
Terlihat dari dua video di atas, bahwa sifat Hulk miliki Diego Costa rupanya masih ada saja di dalam dirinya. Ia masih mudah tersulut emosi, yang pada akhirnya membuat ia menunjukkan rasa amarahnya tanpa memedulikan keadaan sekitarnya. Yang penting emosinya terlampiaskan. Begitu mungkin.
Tapi, seperti halnya Bruce yang mudah tersulut emosi karena memiliki masa lalu yang kelam, Jair Costa, suadara kandung dari Diego Costa pun mengakui bahwa sedari kecil ia memang sudah temperamen seperti itu, karena keinginannya untuk selalu menang dalam setiap pertandingan dan tampaknya akan sulit baginya untuk menghilangkan sifat buruknya itu.
"Ini (Costa mudah terpancing emosinya) bukan sesuatu yang baru bagi saya. Sedari kecil memang ia sudah seperti itu. Setiap kali bermain bola, ia akan mudah tersulut emosi dan pada akhirnya ia akan berkelahi dengan anak-anak lain. Mungkin, ini karena dirinya selalu ingin menang dalam setiap pertandingan, maka ia akan mudah tersulut emosi jika ada sesuatu yang tidak menguntungkan baginya," ujar Jair.
"Namun tetap, determinasi tinggi inilah yang membuatnya menjadi pemain yang hebat. Ia akan berusaha terus untuk mengobrak-abrik pertahanan lawannya sampai ia meraih kemenangan," tambahnya.
Jika melihat ujaran kakaknya di atas, bisa dilihat bahwa Costa dan Bruce memang memiliki kemiripan. Saat kecil, mereka sudah memiliki kenangan yang buruk, sehingga itu berpengaruh terhadap masa dewasa mereka. Jika Bruce dipapar sinar radiasi, Costa dipapar oleh matahari panas yang masuk di sela-sela favela Brasil, keduanya menghasilkan hasil yang sama; Hulk di lapangan sepakbola.
(sf)
foto: express.co.uk
(pik)
Komentar