Federasi Sepakbola Eropa, UEFA, dikabarkan tengah mempertimbangkan usulan untuk mengubah format Liga Champions dengan perubahan pada format pada penyisihan grup. Nantinya, direncanakan tim yang keluar dari babak penyisihan akan dipangkas menjadi 16 tim saja. Perubahan ini didasari atas permintaan klub-klub besar Eropa yang menghendaki pendapatan yang lebih besar dari kompetisi Eropa sebagaimana pendapatan mereka yang kian tertinggal oleh klub-klub Liga Primer Inggris.
UEFA juga sedang mempertimbangakan usulan untuk mengubah format kompetisi menjadi semacam dua liga kecil. UEFAÂ direncanakan akan mengumumkan format baru setidaknya setelah kontrak kerjasama komersial mereka berakhir yaitu di musim 2017/2018.
Salah seorang juru bicara UEFA mengatakan kepada The Guardian,"UEFA sedang  dalam kontak konstan dengan semua stakeholder, termasuk klub, pada semua hal sepakbola. Oleh karena itu, rencana untuk mengubahi format kompetisi klub akan kami koordinasikan dan negosiasikan bersama-sama dengan mereka. Saat ini tidak ada usulan konkret karena kami masih berada di awal dari siklus baru (2015-2018) dari kompetisi klub kami( Liga Champions)."
Usulan perubahan di Liga Champions ke depan mungkin juga mencakup tambahan fase sistem gugur tambahan sebelum babak fase grup. Jika ada satu babak tambahan atas 16 klub unggulan mungkin mengikuti kompetisi pada saat ini dan tidak bertemu satu sama lain. Klub-klub besar Eropa percaya sistem ini akan memungkinkan mereka memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menghindari tim yang memiliki profil lebih rendah di penyisihan grup, yang dalam format delapan tim akan berarti 14 pertandingan, bermain kandang dan tandang.
Persoalan Liga Champions yang terkadang menyuguhkan kekuatan tim yang jomplang menjadi salah satu faktor. Contohnya, Real Madrid yang pada Liga Champions musim 2008/2009 berjumpa klub asal Belarusia, BATE Borisov. Laga ini membuat antusiasme penonton berkurang atau dalam kata lain, menghasilkan keuntungan finansial yang sedikit bagi klub. Inilah yang menjadi salah satu alasan klub Eropa yang lebih mapan menginginkan pendapatan yang besar dari laga-laga yang diharapkan mempertemukan tim besar pula.
Faktor keuntungan finansial juga menjadi salah satu penyebab kuat dipertimbangkannya  perubahan format Liga Champions. Penghasilan tinggi klub-klub Premier League yang didapat dari hak siar mencapai 5,14 miliar poundsterling sedangkan dari hak siar luar negeri mereka mencapai 3 miliar Poundsterling. Malah, di musim depan, bonus untuk tim juara Premier League adalah sebesar 150 juta poundsterling. Tim yang terdegradasi pun akan mendapat bonus sebesar 100 juta poundsterling.
Selain itu, jauhnya perbedaan penghasilan yang didapat dari uang hadiah tiap musim di Premier League jauh lebih besar daripada uang yang didapat di kompetisi Eropa. Pendapatan tiket dan merchandise yang didapat sekitar 15 hingga 20 juta Pounds, berbeda hal dengan yang terjadi di Premier League.
Sebagai contoh, Aston Villa yang musim ini hampir pasti terdegradasi, akan menerima uang bonus sekitar 60Â juta pounds. Sementara hadiah yang akan diterima dari menjuarai Liga Champions hanya berkisar di angka 40-50 juta Poundsteling, sepertiga hadiah juara Liga Inggris.
Sebagian kalangan berpendapat bahwa inilah langkah awal UEFA untuk menggelar wacana European Super League. Pada awal Maret, petinggi dari klub âBig Fiveâ liga Inggris yaitu Chelsea, Manchester United, Manchester City, Arsenal, dan Liverpool, membicarakan tentang Liga Champions dengan pengusaha Amerika Serikat, Charlie Stillitano, yang juga pemilik Relevent Sport, penyelenggara turnamen pra musim International Champions Cup. Namun mereka menyangkal ini adalah pembicaraan mengenai rencana pembentukan Liga Super Eropa.
Layak nantikan apakah dalam beberapa musim kedepan perubahan format Liga hampions ini akan benar-benar terjadi serta menghasilkan kompetisi yang lebih seru dari sebelumnya.
Foto: gettyimages
[tr]
ed:Â fva
Komentar