Apa momen berkesan yang pernah terjadi di Stadion Stade de France? Banyak dari Anda mungkin akan menjawab momen saat Zinedine Zidane dan kolega menghempaskan perlawanan Brasil 3-0 saat merengkuh gelar Piala Dunia 1998. Namun, kalau Anda orang Rusia, mungkin Anda akan memiliki momen yang berbeda.
Banyak orang Rusia yang mengingat kemenangan 3-2 mereka atas Prancis dalam babak kualifikasi Piala Eropa 2000. Ini momen yang mengesankan buat mereka karena Prancis adalah juara dunia 1998, sementara Rusia baru berusia seumur jagung setelah pecah dari Uni Soviet. Adalah Aleksandr Panov, bintang timnas Rusia saat itu yang mampu membawa Rusia mengalahkan Prancis di Stade de France, meski pada akhirnya, semua tidak berjalan baik, entah itu bagi Rusia ataupun Panov sendiri.
Rusia Memasuki Babak Kualifikasi Piala Eropa 2000
Di babak kualifikasi Piala Eropa 2000, Rusia berada di Grup 4 bersama Ukraina, Prancis, Islandia, Andorra, dan Armenia. Kala itu, Rusia ditangani oleh manajer asal Ukraina, Anatoliy Byshovets yang pernah mengantarkan Uni Soviet meraih medali emas di Olimpiade 1988 Seoul dan juga merupakan pelatih timnas CIS (Commonwealth of Independent States), tim pengganti Uni Soviet yang tercerai-berai sebelum Piala Eropa 1992.
Satu grup dengan tim yang meraih gelar juara dunia 1998, membuat Rusia tampil buruk dan angin-anginan. Kalah dari Prancis 2-3 di Moskow, ditumbangkan oleh Ukraina di Kiev dengan skor 2-3, lalu kalahan atas Islandia 0-1 dalam partai tandang akibat gol bunuh diri yang memalukan. Atas hasil yang mengecewakan ini, Anatoliy Byshovets pun dipecat dan digantikan oleh pelatih Spartak Moskow, Oleg Romantsev.
Setelah melakukan pergantian pelatih, Rusia mulai meraih kemenangan secara beruntun, yaitu atas Andorra dengan skor 6-1 dan atas Armenia dengan skor 3-0. Hal ini membuat Rusia tetap memiliki peluang untuk lolos ke Piala Eropa 2000, setelah partisipasi pertama mereka di Euro 1996 hanya terhenti sampai babak penyisihan grup setelah Rusia tidak mampu melewati hadangan Jerman, Republik Ceko, dan Italia.
Hanya saja, sebelum lolos ke Piala Eropa 2000, ujian berat sudah menanti Rusia karena lawan yang akan mereka hadapi adalah timnas Prancis, juara dunia 1998 yang saat itu berambisi untuk mengawinkan gelar juara dunia 1998 dengan gelar Piala Eropa 2000. Apalagi pertandingan dilakukan di Stade de France, kandang Prancis. Rusia harus menemui jalan yang terjal sebelum lolos ke Piala Eropa 2000.
Saat Mendebarkan Melawan Prancis di Stade de France
Akhirnya hari yang dinantikan pun datang. Saat itu, lazimnya orang-orang memfavoritkan Prancis daripada Rusia, karena status mereka sebagai juara dunia dan juga pemuncak Grup 4. Namun, di sisi lain, Rusia pun membutuhkan kemenangan untuk dapat melaju ke putaran final Piala Eropa 2000 yang digelar di Belgia-Belanda.
Alkisah, pertandingan pun dimulai. Pertandingan berjalan alot di babak pertama dan sulit bagi kedua kesebelasan untuk mencetak gol. Derita untuk timnas Rusia datang dpadamenit ke-26 saat bintang mereka yang juga membela klub Celta Vigo, Aleksandr Mostovoi, harus keluar lapangan akibat cedera paha yang ia derita. Romantsev bingung, dan akhirnya ia menjatuhkan pilihannya kepada Aleksandr Panov, pemain muda berusia 23 tahun asal Zenit St. Petersburg yang memiliki julukan Roket Kolpino.
Ini adalah perjudian yang dilakukan oleh Romantsev. Meskipun Panov berhasil mengantarkan klubnya, Zenit, meraih Piala Liga Rusia tahun 1999, Panov baru membela timnas sebanyak empat kali dan tidak memiliki pengalaman timnas sama sekali. Tapi, siapa sangka, masuknya Roket Kolpino di pertengahan babak pertama itu membawa sebuah perubahan bagi Rusia.
Pada menit ke-40, Rusia melakukan serangan dari sisi sebelah kiri pertahanan Prancis. Yeger Titov menerima bola sodoran Valery Karpin di sisi kiri. Setelah itu, Titov langsung melepaskan umpan ke dalam kotak penalti yang menyentuh tangan Vincent Candela. Wasit tidak memberikan hukuman handball , karena bola yang diberikan Titov mengalir ke arah Panov yang langsung dieksekusi ke arah gawang. 1-0 untuk Rusia.
Rusia bergembira. Prancis terkejut. Sampai babak pertama selesai, keunggulan untuk timnas Rusia bertahan.
Di babak kedua, Prancis mulai menunjukkan mental juaranya. Meski sempat shock, perlahan mereka langsung mengejar ketertinggalan mereka. Pada menit ke-48, tendangan bebas Emmanuel Petit mengalir deras ke gawang Rusia setelah membentur kaki dari Sergei Semak. Les Bleus berhasil menyamakan kedudukan 1-1. Gol Prancis bertambah lagi pada menit ke-54, setelah aksi solo run Sylvain Wiltord di lini pertahanan Rusia yang diakhiri dengan sebuah eksekusi kaki kanan membuat kedudukan menjadi berbalik 2-1 untuk keunggulan Prancis.
Mental Rusia tidak turun. Rusia justru malah menjadi semangat mengejar ketertinggalan. Pada menit ke-74, umpan panjang dari Dmitri Kleshtov mencapai seorang Aleksandr Panov. Panov membawa bola ke dalam kotak penalti, lalu mengeksekusi bola dengan kaki kanannya dan gol. Kedudukan imbang menjadi 2-2.
Akhirnya, drama yang sebenar-benarnya drama terjadi pada menit ke-87. Ilya Tsymbalar mendapatkan bola di sisi kanan pertahanan Prancis. Ia mengirimkan umpan ke dalam kotak penalti. Panov berusaha untuk meraih bola, namun gagal karena didorong oleh bek Prancis. Bola lalu bergulir ke arah Valery Karpin, dan tanpa basa-basi Karpin langsung menghujamkan bola ke gawang. Gol, 3-2 untuk Rusia. Keunggulan ini bertahan sampai pertandingan usai, dan Rusia pun membuka jalannya sendiri untuk lolos ke Piala Eropa 2000.
"Saya menghitung tiap detik sampai peluit panjang berbunyi. Saat pertandingan masuk injury time 4 menit, rasanya seperti lima tahun," ujar pelatih Rusia, Oleg Romantsev seperti dilansir oleh ESPN FC.
Rusia Setelah Mengalahkan Prancis
Setelah mengalahkan Prancis 3-2, Rusia langsung mendapat sorotan. Tim ini menjadi pusat perhatian karena berhasil mengalahkan sang juara dunia dengan skor 3-2. Tapi, apa semuanya berakhir bahagia untuk Rusia? Tidak.
Di babak kualifikasi, Rusia tidak lolos ke putaran final setelah di pertandingan terakhir kualifikasi hanya meraih hasil imbang melawan Ukraina. Rusia harus mengakhiri babak kualifikasi grup 4 di bawah Prancis dan Ukraina sebagai juara dan runner-up grup 4.
Di sisi lain, Aleksandr Panov, pemain bintang dalam pertandingan Rusia melawan Prancis, langsung dikontrak oleh St. Etienne pada tahun 2000. Tapi, di sana ia sama sekali tidak bersinar dan sulit untuk beradaptasi. Lebih parahnya lagi, Panov terkena hepatitis dan pada akhirnya harus dipulangkan kembali ke Kolpino, St. Petersburg.
Bukan akhir yang indah untuk Rusia.
***
Sudah 16 tahun berlalu sejak kejadian Stade de France tersebut, dan orang-orang banyak yang beranggapan bahwa apa yang terjadi di Stade de France pada 5 Juni 1999 itu hanya sebuah kebetulan belaka, bahkan orang Prancis pun tidak mengingatnya sama sekali.
Tapi, impresi yang berbeda ditunjukkan oleh warga Rusia. Mereka akan tetap mengingat bahwa kejadian itu adalah kejadian yang luar biasa, melebihi momen saat Prancis mengalahkan Brasil 3-0 di ajang PD 1998. Mengapa? Karena hanya pada saat itu lah, Rusia mampu mengalahkan negara juara dunia, dengan perjuangan yang hebat dan tak kenal lelah.
(sf)
foto: uefa.com
ed:Â fva
Komentar