Italia dikalahkan Jerman dengan skor 1-4 dalam laga persahabatan pada Rabu (30/3) dini hari. Berdasarkan BBC, ini merupakan kemenangan pertama Jerman dalam hampir 21 tahun terakhir.
Kesebelasan negara Jerman telah bertarung dengan berbagai kesebelasan lain di berbagai kompetisi. Secara tidak langsung, mereka memelihara permusuhan ataupun ketidaksukaan terhadap negara lain yang pernah mereka hadapi. Salah satunya adalah Belanda yang pernah dijajah Jerman pada Perang Dunia II. Saat Perang Dunia II usai, dendam sebagai negara terjajah masih terbawa. Tak heran, timnas Belanda sangat kesal saat dikalahkan Jerman (saat itu masih bernama Jerman Barat) di final Piala Dunia 1974.
Selain Belanda, Jerman pun ternyata memiliki hubungan yang kurang baik dengan timnas Inggris. Hal ini diakibatkan oleh kekesalan Jerman (saat itu juga masih bernama Jerman Barat) akibat gol kemenangan Inggris yang dicetak Geoff Hurst yang mereka anggap sebagai gol yang tidak sah. Saking kesalnya, orang-orang Jerman sampai menyebut gol yang dicetak oleh Hurst itu sebagai "Wembley-Tor", sebuah sindiran atau olok-olok kepada timnas Inggris.
Namun, dari semua timnas yang ada di dunia, Jerman juga ternyata menyimpan sebuah rasa takut yang tak terlihat kepada satu negara. Ketika melawan timnas negara ini, tak jarang mesin-mesin pemain Jerman langsung "aus" dan berakibat kepada kekalahan yang harus diderita oleh timnas Jerman. Timnas manakah itu? Kalau melihat catatan pertemuan timnas Jerman dengan timnas lain, maka akan ditemukan satu timnas yang sering merepotkan Die Mannschaft yakni timnas Italia, Gli Azzuri.
Gli Azzuri memang merepotkan bagi timnas Jerman. Rekor pertemuan antara Jerman dan Italia di pertandingan resmi saja menguntungkan bagi timnas Italia, dengan Italia mencatatkan 15 kemenangan sedangkan Jerman hanya tujuh kemenangan. Ini belum termasuk dengan pertemuan Jerman dan Italia di babak persahabatan, sulit sekali Jerman mengalahkan Italia.
Lalu, kenapa pertemuan antara Jerman dan Italia ini menjadi begitu sangat menegangkan sekaligus berat bagi timnas Jerman? Mari kita kembali ke tahun 1929, saat Jerman dan Italia bertanding di Stadion Filadelfia, Turin, markas kebesaran Torino saat itu. Saat itu, Jerman berhasil mengalahkan Italia 2-1 lewat gol yang dicetak oleh Josef Hornauer dan dan Ernst Albrecht. Namun, yang menjadi bintang dalam pertandingan itu adalah Heiner Stuhlfauth, kiper timnas Jerman yang tinggi dan penuh dengan intimidasi.
Sejak saat itu, pertandingan Jerman melawan Italia menjadi pertandingan yang menarik. Pertemuan keduanya semakin meruncing saat semifinal Piala Dunia 1970. Saat itu, Jerman harus mengakui keunggulan Italia dengan skor 4-3 dan Italia berhak untuk maju ke babak semifinal.
Tapi, pihak Jerman menganggap bahwa Italia tidak pantas memenangi pertandingan karena mereka bermain curang dan kasar. Para pemain Die Mannschaft pun menyalahkan wasit yang memimpin pertandingan saat itu, Arturo Yamasaki. Mereka menganggap Yamasaki memimpin pertandingan dengan tidak becus dan cenderung memihak Italia, sehingga Yamasaki mereka labeli sebagai "wasit terburuk sepanjang turnamen".
Gianni Rivera, pemain terbaik timnas Italia saat itu pun dicap sebagai pemain yang kasar oleh para pendukung Jerman setelah menendang dengan keras pemain Jerman, Berti Vogts. Der Kaizer, Franz Beckenbauer pun harus bertanding dengan menggunakan pelindung lengan setelah bahunya mengalami dislokasi akibat pelanggaran dari Pierluigi Cera di menit ke-65. Inilah kenapa timnas Jerman sangat kesal.
Untung saja, timnas Italia kalah oleh Brasil di final dengan skpor 1-4 sehingga Jerman tidak menuntut terlalu jauh. Intinya, mereka sama sekali tidak menerima kemenangan timnas Italia atas Jerman yang saat itu meraih peringkat ketiga setelah mengalahkan Uruguay 1-0 di babak perebutan peringkat ketiga.
Tapi, Italia tidak banyak omong. Mereka tetap adem ayem saja menanggapi tudingan dari timnas Jerman itu dan tetap bergerak. Mungkin, seperti yang dikutip oleh Gianluca Vialli dalam buku The Italian Job, itu memang sudah menjadi kultur sepakbola Italia; menghalalkan segala cara agar meraih kemenangan, karena bagi mereka sepakbola adalah sebuah pekerjaan, bukan permainan semata.
Baca Juga:The Italian Job (2006) Bedah Kultur Sepakbola Italia dan Inggris Lewat Perjalanan Vialli
Inilah yang mereka buktikan ketika kembali bertemu dengan Jerman di Piala Dunia 1982. Jerman (saat itu bernama Jerman Barat) bertemu kembali dengan Italia di babak final Piala Dunia 1982. Kali ini, Jerman kembali kalah dengan skor 1-3, dan Italia menjadi juara dunia. Tidak seperti saat Piala Dunia 1970, kali ini Italia dipuji karena permainan indahnya yang dipimpin oleh Paolo Rossi. Jerman? Mereka menerima hujatan dari pers karena dianggap bermain dengan tidak niat.
Singkat cerita, persaingan mereka pun mereda dan Jerman berhasil memperbaiki rekor buruk mereka atas Italia dengan mengalahkan Italia di Avelino pada tahun 1986 dan pada tahun 1995 di Muenchen. Tapi, api persaingan itu bangkit kembali saat Piala Dunia 2006 yang diadakan di tanah Jerman.
Jerman yang dipimpin Juergen Klinsmann saat itu diharapkan mampu memperbaiki rekor pertemuan Jerman dan Italia yang buruk. Di sisi lain, Italia yang saat itu sedang diguncang kasus calciopoli tentu saja ingin kembali ke Italia dengan membawa gelar juara. Para fans tentunya begitu tegang menyaksikan pertandingan ini.
Pertandingan pun berjalan dengan alot. Jerman benar-benar kesulitan menembus pertahanan Italia yang dikawal oleh Fabio Cannavaro dkk. Belum lagi penampilan penjaga gawang Gianluigi Buffon yang begitu prima makin membuat gawang terasa jauh bagi Jerman. Di sisi lain, Italia hanya sesekali mengandalkan serangan balik lewat umpan terukur Andrea Pirlo,
Saking alotnya pertandingan, pertandingan pun sampai dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Di sinilah akhirnya mesin Jerman mulai aus, dan Italia berhasil mencetak gol lewat Fabio Grosso dan Alessandro Del Piero. Italia menang dan melaju ke babak final. Setelahnya, kita semua tahu; Italia menjadi juara dunia.
Hal yang sama terjadi di Piala Eropa 2012 yang diselenggarakan di Polandia-Ukraina. Jerman yang berhasil melaju ke semifinal harus kembali bertemu Italia. Dengan pemain yang lebih segar dari sewaktu Piala Dunia 2006 lalu, Jerman dengan percaya diri menatap babak semifinal kali ini. Namun, apa yang terjadi?
Italia, dengan Mario Balotelli-nya waktu itu berhasil menghancur leburkan pertahanan Jerman dan membuat Jerman harus meraih kekalahan dengan skor 2-1. Lagi-lagi, Jerman kalah dari Italia dan membuat mesin Jerman aus di sebuah turnamen.
***
Setelah berbagai kekalahan yang diterima oleh Jerman atas Italia, muncullah sebuah rivalitas antara Jerman dan Italia. Bahkan, orang Jerman sampai bersumpah bahwa mereka tidak akan makan pizza lagi, saking kesalnya mereka akan timnas Italia yang selalu menghentikan langkah mereka.
Namun, semalam mesin Jerman tengah panas-panasnya. Cukup sudah mesin mereka aus oleh Jamie Vardy dan kolega. Menghadapi Italia, mereka sukses membalaskan dendam.
(sf)
foto: telegraph.co.uk
ed:Â fva
Komentar