Filipina boleh saja tidak lolos ke Piala Dunia 2018 Rusia. Itu adalah hal yang terlalu jauh untuk mereka raih dalam waktu yang sangat dekat. Tapi, sekarang mereka memiliki sebuah mimpi yang baru, dan sang pelatih, Thomas Dooley, percaya bahwa mimpi Filipina bisa diraoh andai tetap mempertahankan performa yang baik seperti ketika menaklukkan Korea Utara 3-2 di Manila. Mimpi apakah itu? Berlaga di Piala Asia.
Hah, Piala Asia? Ah, jangan mimpi Filipina. Filipina kan hanya tim kecil di wilayah Asia Tenggara. Bahkan, dulu saja sering dibantai sama Indonesia dengan skor yang besar di ajang Piala Tiger (sekarang berubah menjadi Piala AFF). Tidak salah tuh, bermimpi masuk ke Piala Asia? Toh, sepanjang gelaran Piala Asia yang dimulai sejak tahun 1956, Filipina tidak pernah lolos babak kualifikasi ataupun ikut serta. Jangan mimpi!
Eits, tunggu dulu. Apa benar seperti itu? Apa benar Filipina adalah tim yang lemah? Coba pikirkan kembali matang-matang. Tim mana yang sejak gelaran Piala AFF 2010 sampai Piala AFF 2014 rutin menembus babak semifinal? Filipina! Negara mana yang sempat merepotkan Indonesia di babak semifinal Piala AFF 2010? Filipina! Negara mana yang membantai Indonesia 0-4 di ajang Piala AFF 2014? Sudah jelas, Filipina!
Melihat prestasi Filipina yang sudah mulai menanjak sejak 2010 - menembus babak semifinal Piala AFF 2010, 2012, dan 2014 - adalah hal yang lumrah kalau sekarang Filipina mulai berharap untuk mengikuti ajang turnamen yang levelnya lebih tinggi dibandingkan sekadar kompetisi antar negara Asia Tenggara. Filipina sudah bisa untuk bermimpi menapakkan kakinya di ajang Piala Asia, sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.
The Azkals, julukan timnas Filipina, memliki peluang untuk tampil di Piala Asia 2019 setelah dalam kualifikasi Piala Dunia 2018 Grup H menduduki peringkat ketiga di bawah Uzbekistan dan Korea Utara. Pencapaian ini membuat mereka dinyatakan bisa berkompetisi di Piala Asia namun harus melalui fase kualifikasi dari babak ketiga. Tetap saja, ini prestasi yang cukup membanggakan bagi Filipina.
Filipina, seperti yang diketahui oleh khalayak, merupakan tim yang dahulu pernah menyandang status sebagai tim 'anak bawang' Asia Tenggara. Sebelum tahun 2010, Filipina masih berada di bawah bayang-bayang Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Indonesia yang dianggap sebagai kekuatan besar sepakbola Asia Tenggara. Perlahan semua itu berubah saat Filipina mulai menerapkan sistem naturalisasi yang membuat timnas Filipina diperkuat oleh pemain-pemain yang malang melintang di sepakbola Eropa.
Manuel Ott, Neil Etheridge, Misagh Bahadoran, Patrick Riechelt, dan tentu saja duet kakak-beradik James dan Phillip Younghusband adalah sederet nama-nama pemain naturalisasi yang membuat kekuatan timnas Filipina menjadi bertambah berkali-kali lipat. Hal ini tentu saja memicu para warga Filipina yang sebelumnya tidak menyukai sepakbola, menjadi suka akan sepakbola dan mulai berbondong-bondong mendukung timnas Filipina. Selain itu, dua nama di belakang layar timnas Filipina juga tidak boleh dilupakan. Mereka adalah Dan Palami dan Thomas Dooley.
Pengaruh kedatangan Dan Palami di tahun 2009
Dan Palami adalah orang yang mulai menjabat sebagai manajer timnas Filipina sejak 2009. Saat itu, ia menggunakan strategi naturalisasi untuk memperkuat timnas Filipina yang akan berlaga di ajang Piala AFF 2010. Nama-nama pemain yang disebutkan sebelumnya di atas adalah nama-nama yang berhasil ia temukan saat berkeliling dunia mencari pemain berbakat yang memiliki darah Filipina.
"Saat itu, tak ada yang mau menjadi manajer timnas karena prestasi sepakbola Filipina yang tak kunjung membaik. Akhirnya, saya pun ditunjuk oleh PFF (PSSI-nya Filipina) untuk menjadi manajer, dan strategi naturalisasi ini pun muncul," ungkapnya.
Hasilnya, Filipina mampu menembus semifinal Piala AFF 2010 dan 2012. Hal ini membuat perhatian warga Filipina yang sebelumnya begitu menggilai olahraga basket mulai sedikit teralihkan ke sepakbola. Masyarakat mulai mencari-cari info tentang timnas Filipina dan mulai menonton setiap pertandingan timnas Filipina.
Thomas Dooley yang Meracik Filipina Menjadi Tim Kuat
Satu nama lagi yang tidak boleh dilupakan adalah Thomas Dooley. Pelatih yang pernah melatih timnas Amerika Serikat dan juga klub FC Saarbruecken ini juga adalah satu nama dibalik keberhasilan Filipina mencapai semifinal Piala AFF 2014. Ia langsung ditunjuk oleh Dan Palami untuk menangani timnas Filipina pada 2014, empat bulan sebelum AFC Challenge Cup 2014 dimulai.
"Kami butuh sebuah katalis dan saya rasa dengan mengontrak Dooley saya akan membantu saya untuk meningkatkan prestasi tim. Pilihan saya jatuh pada Dooley. Pengalamannya sebagai pemain dan kemampuan berbahasanya yang baik akan sangat membantu," ujar Palami.
Hasil racikan Dooley pun langsung terlihat. Di ajang Piala AFF 2014, mereka mampu menembus babak semifinal setelah menjadi runner-up grup A di bawah Vietnam. Di babak semifinal mereka bertemu dengan tim kuat, Thailand. Mereka gagal melaju ke babak final setelah dikalahkan Thailand dengan total agregat 0-3.
Tapi, racikan Dooley ini cukup membuat Dan Palami puas. Kembali menapaki babak semifinal selama tiga kali gelaran Piala AFF berturut-turut adalah sebuah pencapaian yang luar biasa bagi Filipina. Di 2016 nanti, Filipina berpeluang untuk meraih gelar juara karena Piala AFF akan diselenggarakan di Filipina, meskipun Filipina sendiri masih dipertanyakan kesiapannya mengingat tidak adanya stadion yang representatif di Filipina.
***
Dengan sederet pemain naturalisasi di atas, dan juga adanya Dan Palami dan Thomas Dooley, Filipina mulai bermimpi untuk tampil di Piala Asia, turnamen level Asia yang belum pernah mereka cicipi. Dengan perkembangan yang sekarang sedang dijalani, dan juga kepercayaan dari sang pelatih dan pemain untuk menyongsong Piala Asia, bukan tidak mungkin Filipina akan mengibarkan nama mereka di Piala Asia 2019.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
(sf)
Sumber: CNN, ESPN FC
foto: philnews.ph
ed:Â fva
Komentar