Manchester United akan melawat ke White Hart Lane untuk menghadapi Tottenham Hotspur pada Minggu (10/4) malam WIB. Kedua tim berambisi meraih poin penuh di laga ini dengan alasan yang sama: terus merengsek ke papan atas. Spurs ingin memapras jarak dengan Leicester City guna menjaga asa meraih juara, sedangkan United ingin naik ke posisi empat besar.
Spurs akan habis-habisan untuk memenangkan laga ini. Tapi, perjuangan Spurs tidak akan mudah. Absennya Jan Vertonghen masih belum dapat digantikan dengan baik oleh Kevin Wimmer. Lima pertandingan terakhir di semua ajang, Spurs bahkan sudah kebobolan enam gol.
Ambisi Spurs untuk meraih poin penuh bertambah berat karena sejarah pertemuan kedua tim di White Hart Lane lebih berpihak kepadaUnited. Kesebelasan yang bermarkas di Old Trafford itu bahkan belum pernah mengalami kekalahan di White Hart Lane sejak Mei 2001 (menang 8 Imbang 6). Nyaris 1,5 dekade United tak pernah pulang dengan tangan hampa jika bermain di White Hart Lane.
Manajer Spurs, Mauricio Pochettino, pun berujar bahwa catatan buruk Spurs melawan United di White Hart Lane bisa saja berubah. Ia pun meminta anak asuhnya untuk lebih fokus menjalani pertandingan. Katanya, “Penting bagi kami untuk fokus dan mempersiapkan pertandingan ini. Jika kami dapat melakukan itu, saya yakin kami akan menghapus catatan buruk kami ketika menghadapi mereka (United) dan mendapatkan tiga angka.”
Di sisi lain, United masih akan ditinggal Wayne Rooney, Phil Jones, dan Luke Shaw. Meski demikian, absennya ketiga pemain tersebut tampaknya bakal mampu ditutupi rekan-rekannya. Hal ini bisa dibuktikan dari lima pertandingan United terakhir yang berhasil dituntaskan dengan meraih empat kemenangan.
Laga kedua tim ini pun diyakini bakal ketat. Pasalnya, kedua tim sama-sama memiliki ketangguhan di lini belakang. Spurs dan United merupakan dua tim dengan catatan kebobolan paling sedikit. Spurs hanya kebobolan 25 gol dari 32 pertandingan, sedangkan United hanya kemasukan 27 gol dari 31 partai.
Berikut bedah lini belakang masing-masing tim.
Counterpressing Menguatkan Lini Belakang Spurs
Musim ini, Spurs menerapkan sebuah taktik bernama counterpressing, sebuah taktik untuk merusak momentum lawan ketika menyerang sekaligus mengincar kesempatan untuk melakukan serangan balik. Selain efektif dalam menyerang, taktik ini ternyata juga cukup efektif untuk menggalang pertahanan.
Dengan menggunakan taktik counterpressing, para pemain Spurs harus memiliki kecepatan untuk bertransisi, baik ketika bertahan maupun menyerang. Ketika kehilangan bola dalam menyerang, para pemain harus langsung mengubah mindset mereka dari bertahan ke menyerang. Ruang-ruang yang mereka tinggalkan ketika menyerang harus segera diisi untuk menutup kemungkinan serangan balik lawan.
Meskipun sedikit terdengar menakutkan karena risiko yang tinggi jika ruang yang ditinggalkan itu tidak ditutup dengan baik, tapi justru para pemain Tottenham berhasil melakukan hal ini dengan baik di musim ini. Ketika diserang balik, para pemain yang bertugas untuk menyerang langsung menutup ruang yang ditinggalkan ketika menyerang.
Dalam penerapan counterpressing, ada dua posisi yang memainkan peranan penting, yaitu fullback (kiri dan kanan) dan gelandang bertahan. Jika pemain yang menghuni posisi ini tidak melakukan transisi dengan baik, maka akan tercipta lubang kosong yang bisa dieksploitasi oleh lawan untuk kemudian dimanfaatkan menjadi gol.
Bagusnya, pemain-pemain Spurs yang menghuni posisi tersebut mampu menjalankan perannya dengan baik. Dua bek kiri Spurs, Danny Rose dan Ben Davies, serta dua bek kanan, Kieran Trippier dan Kyle Walker mampu mengisi posisi ini dengan baik.
Tidak hanya permainan kedua fullback Spurs yang menjadi kunci counterpressing. Nama Eric Dier juga tidak bisa dilepaskan dari taktikcounterpressing ini. Dalam taktik ini, Dier kerap difungsikan menutup posisi kedua pemain sayap ketika tim melakukan transisi dari bertahan ke menyerang.
Selain kuat di lini belakang, Spurs juga menerapkan pendekatan secepat mungkin merebut bola dari lawan, bahkan ketika bola masih berada di daerah permainan lawan. Hal ini pun dibuktikan dengan catatan defensif beberapa pemain depan Spurs. Seperti Erik Lamela dan Christian Eriksen yang telah mengoleksi 42 dan 30 tackle sepanjang musim ini, sekaligus menjadikan keduanya masuk enam besar pemain tengah dan depan yang paling banyak melakukan tackle musim ini.
Manchester United Andalkan Trio di Lini Belakang dan Penguasaan Bola
Pertahanan kuat United tidak muncul secara tiba-tiba. Pertahanan kuat Setan Merah bahkan sudah terlihat sejak paruh musim pertama. Mereka bahkan sempat menjadi tim yang paling sedikit kebobolan pada pekan ke 14 dengan hanya kebobolan sembilan gol.
Ada pernyataan Louis Van Gaal jelang lawan West Bromwich Albion (07/11/2015) yang menarik. Kala itu Van Gaal berkata: “Kami harus mencetak lebih banyak gol, saya setuju dengan itu. Tapi sebenarnya kami hanya perlu mencetak satu gol lebih banyak dari lawan kami. Itu lah yang saya pikirkan.”
Dan, pernyataan Van Gaal pun menghadirkan analogi yang cukup sederhana: United hanya butuh menang 1-0.
Pondasi kuat pertahanan United sendiri tidak bisa dilepaskan dari tiga nama di lini belakang United. Yakni, kiper David De Gea, Chris Smalling, dan Daley Blind. Ketiganya bersama Juan Mata, bahkan menjadi pemain dengan penampilan di atas 25 laga di Liga Primer untuk United.
Keberadaan ketiganya di pos paling belakang United mampu membuat beberapa lawan mereka selalu kesusahan untuk melesakkan gol ke gawang United. Bahkan striker Everton yang sudah mencetak 18 gol di musim ini, Romelu Lukaku, tidak mampu melepaskan satu pun tembakan tepat sasaran.
Bukan hanya Lukaku yang tidak mampu berbuat apa-apa ketika menghadapi United musim ini. Beberapa nama penyerang top Liga Primer, seperti, Jamie Vardy, Sergio Aguero, dan Harry Kane, lebih sering garuk-garuk lantaran frustrasi menghadapi kokohnya tembok lini belakang United.
United di musim ini dikenal sebagai tim yang memainkan penguasaan bola. Menurut Whoscored, United menjadi tim keempat dengan rata-rata penguasaan bola terbanyak di Liga Primer Inggris. Penguasaan bola United yang menjadi kunci kekuatan Setan Merah selain trio di lini belakang.
Guardian menggambarkan penguasaan bola United bertujuan untuk membuat lawan lebih sedikit melakukan penguasaan bola. Sebab, jika lawan mereka tidak mampu melakukan penguasaan bola, maka secara otomatis lawan mereka tidak akan mampu mencetak gol.
Keunggulan Spurs di Lini Tengah
Duel Spurs melawan United tidak hanya perang antara dua tim dengan pertahanan kuat. Pertandingan ini juga akan menyajikan adu taktik antara dua manajer yang kerap memainkan 4-2-3-1 sebagai formasi utamanya.
Jika menilik dari kelebihan dan kekurangan masing-masing komposisi dan kinerja para pemain, United nampaknya bakal kesulitan. Pasalnya, ketiga gelandang serang, Dele Alli, Erik Lamela, dan Christian Eriksen, tidak hanya pandai dalam menciptakan peluang, tapi juga handal dalam melakukan penetrasi dan sepakan jarak jauh.
Kecepatan dan keberanian ketiganya diharapkan mampu membantu Harry Kane di lini depan. Sebab, jika hanya mengandalkan Kane, United diprediksi tidak akan kesulitan. Pertemuan pertama di Old Trafford pun bisa menjadi contoh. Saat itu, Kane yang dipasang sendirian di lini depan tidak mampu berperan banyak untuk Spurs.
Meski demikian, Spurs tidak boleh sombong. United bisa saja menang jika tidak hanya mengandalkan aksi individu para pemainnya, semisal Jesse Lingard dan Anthony Martial. Sebab, Spurs bukan tim yang benar-benar kokoh. Di balik kelebihan mereka dalam mengantisipasi serangan balik, Spurs nyatanya lemah jika menghadapi tim yang memainkan permainan 1-2.
Jika Mata mampu mengatur ritme serangan, mengkondisikan agar para pemain United bisa bermain agak rapat di pertahanan Spurs, yang dari sanalah umpan-umpan pendek bisa diperagakan, United punya peluang untuk menggoyahkan pertahanan Spurs.
Kesimpulan
United dalam kondisi yang baik karena tren penampilan mereka yang meningkat dalam lima terakhir. Namun, secara taktikal, Tottenham diyakini bakal mendapatkan tiga angka di laga ini. Pasalnya, Liverpool yang juga memainkan pressing, tidak mampu dikalahkan United dalam dua pertandingan terakhir di UEFA League. Masa, Liverpool saja bisa mengalahkan United, sementara Tottenham tidak bisa?
Komentar