Tanpa adanya tekanan, Luciano Spalletti kembali ke ibu kota Italia untuk menangani AS Roma. Sebelumnya, ia pernah berada di ibu kota Italia selama empat tahun dan telah meninggalkan banyak pencapaian hebat di sana. Selain menorehkan 11 kemenangan beruntun, Spalletti selalu mempertahankan Roma di papan atas dan mencapai kesuksesan di turnamen domestik.
Tapi saat itu, Spalletti harus puas dengan pemain-pemain seadanya macam Max Tonetto, Marco Cassetti, Matteo Brighi, dan lainnya. Sekarang, Spalletti bisa merasakan investasi yang ditanamkan pemilik klub. Dengan kondisi keuangan yang lebih baik di bawah James Pallotta, Presiden Roma saat ini, ia bisa mendapatkan banyak pemain kesukaannya. Spalleti pun bisa membangun Roma lebih mapan jika bisa bekerja sama dengan Direktur Olahraganya, Walter Sabatini.
Saat ini Roma sedang menderita kerugian sebesar 41 juta euro. Ini yang membuar mereka berencana "meng-uang-kan" tiga pemain mudanya pada bursa transfer musim panas nanti. Leandro Paredes, Antonio Sanabria, dan Umar Sadiq, siap dilego. Begitu juga dengan Juan Iturbe, Seydou Doumbia, dan Adem Ljajic, diharapkan bisa dipermanenkan kesebelasannya masing-masing. Mau tidak mau, langkah itu memang harus dilakukan Roma. Meskipun Paredes dan Sanabria terlihat sebagai permata masa depan yang nyata. Tapi rencana penjualan dilakukan untuk membebaskan ruang dalam kondisi keuangan klub.
Kendati demikian, sejauh ini Spalletti sudah bisa membangun Roma dengan baik dengan skuat yang ada. Contohnya, ia mengembalikan ketajaman Stephan El Shaarawy yang sempat melempem bersama AS Monaco. Ia juga meninggikan kembali nama Diego Perotti yang sempat sukses bersama Sevilla. Spalletti membangun kedua pemain itu dengan cara yang luar biasa.
Spalleti pun membuat Wojciech Szczesny tetap termotivasi untuk bertahan di Roma. "Kami datang dalam kondisi terbaik dan hanya ada satu hal dalam kepala kami: kemenangan," ujar Szczcesny. Penampilan Antonio Rudiger pun semakin baik dalam urusan membangun pertahanan yang solid.
Ya, Spalleti mulai membangun fondasinya untuk Roma sejak saat ini. Sebelum menjadikan Roma sebagai kesebelasan yang dibangun sesuai dengan kriterianya nanti, Pallotta pun menganggap pekerjaan Spalletti sunguh luar biasa sejauh ini. Ia merasa Roma memiliki mental yang berbeda dari sebelumnya, sehingga Roma berada di posisi yang dimana yang seharusnya bisa menguji tekad baru mereka.
Momentum Roma untuk Menyalip Napoli
Ketika meninggalkan Roma, Spalletti telah melihat Claudio Ranieri dan Rudi Garcia selalu gagal membawa klub ke tingkat yang lebih baik. Roma pun harus selalu puas menjadi runner-up di tangan kedua pelatih tersebut. Kendati demikian, kedatangan Spalletti kembali ke Roma bukan ditujukan untuk meraih Scudetto Serie-A 2015/2016, melainkan berjuang masuk ke zona Liga Champions. Sebetulnya, target itu cukup berat karena mesti bertempur sengit dengan Fiorentina dan Internazionale Milan.
Roma sudah membuang ambisinya meraih Scudetto musim ini, tapi mereka sedang berkembang di bawah arahan yang menyegarkan, untuk menggapai harapan-harapan yang tidak terbatas. Pada debutnya, Spalletti sempat merasa canggung. AS Roma pun ditahan imbang Hellas Verona dan dikalahkan Juventus pada laga selanjutnya.
Kendati demikian, Paulo Sousa, Pelatih Fiorentina, masih sempat mengatakan, "(Roma) masih kuat dan semakin kuat." Seperti dikutip dari Football-Italia. Perkataannya itu benar. Sousa harus rela melihat kesebelasannya dihajar 1-4. Kala itu kelemahannya pun mampu dieksploitasi dengan kejamnya oleh El Shaarawy, Mohamed Salah dan Perotti.
Sebelum mengalahkan Fiorentina, Roma sudah melakukan kekejamannya kepada Empoli, Palermo, dan Carpi. Setelah kegagalan di dua laga pertama, Spalletti membuat Roma menjadi raksasa yang tidak terbendung. Ia membawa kesebelasannya menorehkan delapan kemenangan beruntun, dengan rata-rata mencetak lebih dari dua gol.
Sayangnya, delapan kemenangan beruntun itu berhenti pada pekan ke-30. Roma mesti puas ditahan imbang Inter dengan skor 1-1. Tapi bagi Roma, hasil imbang itu bisa menjadi langkah ke arah yang lebih benar. Inter memang menampilkan permainan yang brilian saat itu, namun Spalletti mampu mejawabnya. Ia menunjukan bahwa sebetulnya Roma layak menang jika pertandingan tidak berhenti pada menit ke-93, mengingat Roma terus membombardir pertahanan Inter sampai laga berakhir.
Terakhir, Roma memenangi Derby della Capitale dengan skor 4-1. Kemenangan itu mengingatkan saat Roma mengalahkan Lazio dengan skor 5-1 pada 2002 silam. Tapi setelah derby, masih ada tujuh pertandingan yang bisa dikatakan sulit bagi Roma. Mereka harus menghadapi Bologna, Torino, Napoli dan Milan.
Di antara sisa pertandingan tersebut, Spalletti menganggap bentrokan paling penting akan terjadi pada Giornata ke-35 ketika Napoli mengunjungi Stadion Olimpico. Pertandingan itu akan menentukan nasib posisi dua kesebelasan di klasemen akhir nanti dan lolos ke Liga Champions musim depan secara otomatis.
Tapi Roma baru saja memiliki momentum, sedangkan Napoli tidak punya itu. Roma baru memenangi derby dengan skor besar yang menjadi dorongan untuk mereka. Sementara Napoli secara mengejutkan kalah dari Udinese. Kendati laga menghadapi Napoli akan menjadi penting, Roma pun harus terus mengambil poin ketika menghadapi kesebelasan lain, sehingga zona Liga Champions bisa berada di dalam genggaman mereka.
Roma Saat Ini adalah Ancaman Scudetto Musim Depan
Roma telah menyebarkan tekanan kepada Napoli dan juga Juventus. Tapi pada bentuk saat ini, Roma merupakan ancaman bagi semua kesebelasan di Italia. Ancaman itu begitu nyata. Mereka sudah tidak merayakan Scudetto selama 15 tahun. Memang, gelar Scudetto tidak datang dengan mudah untuk Roma.
Tahun ini pun sebetulnya bisa dikatakan jika Roma mengakhiri musim sebagai pecundang. Berkoar-koar akan mendapatkan Scudetto musim ini, namun keburu lesu di tengah jalan. Tapi setidaknya Roma ingin menjadi pecundang yang berakhir dengan kegagahannya. Selama dua musim beruturut-turut, Roma harus puas menjadi runner-up, sementara Juventus masih mendominasi panggung Serie-A.
Garcia telah membangun fondasi. Sekarang Spalletti hanya perlu mengarahkan mesin yang sudah diminyaki ini, ke arah yang benar. Sekali lagi, tekanan untuk Roma sudah muncul terlalu banyak. Tapi Spalletti sendiri bertindak cerdik. Tanpa tekanan ia menyatakan bahwa Roma akan kembali bersaing untuk Scudetto pada musim depan. Tapi sementara ini, ia telah membawa rasa baik-baik saja itu ke Stadion Olimpico.
Sementara itu ia hanya tetap fokus mempertahankan motivasi dan kenikmatan para pemainnnya. "Kami mulai dari awal, dan dan melihat siapa yang terbaik," ujar Spalletti.
Hasil baik akan didapatkan sangat baik pada waktunya, terutama untuk sembilan laga yang tersisa. Kendati demikian, kemungkinan besar itu memang sedikit terlambat. Andai saja satu laga di antara kekalahan itu menjadi satu kemenangan dan satu seri, Roma bisa menyamai Napoli. Tapi, Roma wajib berlari lebih kencang lagi jika ingin menyamai Juventus.
Sekarang Roma hanya terpaut tujuh poin di bawah Napoli dan 13 poin di bawah Juventus. Roma pun masih menyisakan satu laga dibanding dua klub tersebut. Beberapa pendukung Roma pun mulai percaya lagi jika kesebelasannya bisa melakukannya lebih. Namun, Spalletti dengan pengalamannya tahu bahwa kejayaan Roma tidak dibangun dalam sehari.
Setidaknya, Roma dapat menargetkan masuk ke Liga Champions musim depan. Apalagi Fiorentina dan Inter menunjukan tanda-tandan inkonsistensi. Jadi saatnya bagi Roma untuk menjaga inti keutuhan skuatnya. Itulah satu-satunya cara untuk menjadi penantang Juventus musim depan.
Melihat penampilan Roma seperti ini, mereka akan menjadi pesaing gelar yang serius untuk musim depan. Tapi sekali lagi, kemenangan saja tidak cukup untuk mereka. Para pendukung Roma pun mesti ingat jika Scudetto tidak akan datang terlalu cepat.
ed: fva
Komentar