Bukan AC Milan jika tidak mengumbar citra yang glamor. Kota Milan memiliki nama yang terdengar mewah di telinga dunia. Memancarkan kemewahan yang berkali-kali lipat. Di sana terdapat banyak gedung tinggi menjulang, teras-teras berteralis, kebun mawar dan belukar yang sangat indah. Tidak akan kaget bila Milanello dimiliki oleh seorang bangsawan dengan dana abadi yang menggunung dari seorang pria bernama Silvio Berlusconi.
Sejak Berlusconi membeli Milan pada pertengahan 80-an, ia mengimpor jagoan-jagoan Belanda seperti Marco Van Basten, Frank Rijkaard dan Ruud Gullit, hingga mendatangkan Alessandro Nesta, Rui Costa dan lainnya. Saat merajai Eropa pada awal 2000-an, Carlo Ancelotti tak tergantikan sebagai pelatih Milan selama delapan musim.
.
Namun dalam dua tahun terakhir, Berlusconi tak lagi mudah percaya pada pelatih pilihannya. Masimilliano Allegri, Clarence Seedorf dan Filippo Inzaghi, silih bergantian memimpin Milan. Sampai pada akhirnya memberikan tongkat kepercayaan kepada Sinisa Mihajlovic, pelatih yang membawa Sampdoria melejit pada musim lalu. Tapi toh akhirnya Mihajlovic bernasib sama dengan tiga pendahulunya, bahkan bisa dibilang lebih ironis.
Pelatih asal Serbia itu tak kuasa menahan keinginan instan Berlusconi. Sampai pada akhirnya sang adipatilah yang menentukan nasib klub milikinya sendiri. Mengejutkan ketika Mihajlovic resmi dipecat beberapa waktu lalu. Meskipun Berlusconi meyakinkan semua orang bahwa Mihajlovic akan bertahan setelah Coppa Italia 2015/2016, tapi yang jelas itu tidak pernah terjadi. Berlusconi seperti tidak ingin kalah cepat dari rencana Mihajlovic yang ingin mundur pada akhir musim ini.
Bahkan jauh sebelum putusan mengejutkan itu, muncul nama Eusebio Di Francesco, Pelatih Sassuolo, sebagai calon pengganti Mihajlovic. Tidak sedikit juga yang meramalkan Di Francesco akan berada dalam kemewahan dalam karier kepelatihannya secara cepat. Tapi Di Francesco bukan pengganti Mihajlovic. Nyatanya, Berlusconi menunjuk Cristian Brocchi yang sebelumnya melatih Milan Primavera. Tahapan kariernya mengingatkan kepada Inzaghi.
Sementara saat ini Mihajlovic hanya bisa berkata, "Saya harap Cristian (Brocchi) yang terbaik. Saya berbicara kepadanya hari ini dan berharap dia mendapat keberuntungan, karena dia pria yang baik dan pelatih yang baik. Saya harap ia bisa membawa ke kualifikasi Eropa dan memenangkan Coppa Italia," ujar Mihajlovic seperti dikutip dari Football-Italia.
Ucapan mantan pelatih Sampdoria itu layaknya seorang mantan kekasih. Begitu munafik ketika mengatakan "berharap yang terbaik" walau itu sakit. Ya, pada intinya Mihajlovic telah disakiti Milan sebagai mantan kekasihnya dalam dunia sepakbola. Memang saat ini Milan sedang tidak baik dari tujuh laga terakhir tanpa kemenangan. Posisinya di peringkat enam klasemen sementara Serie-A 2015/2016 pun masih stagnan. Mereka bisa disalip Sassuolo yang cuma tertinggal satu poin di bawahnya. Milan mengoleksi 49 poin dan Sassuolo menguntit dengan 48 poin.
Di balik sisi buruk, ada juga sisi baik dari tangan Mihajlovic. Memperkenalkan Guanluigi Donnaruma sebagai kiper utama adalah poin pertama. Mihajlovic pun meloloskan Milan ke final Coppa Italia, meskipun diuntungkan karena selalu bertemu dengan lawan yang relatif mudah.
Keberadaan Mihajlovic jugalah yang membuat Milan memenangkan bek potensial, Alessio Romagnoli. Ia berpotensi besar untuk menjadi salah satu pilar di dinasti Milan yang baru. Sehingga Mihajlovic tidak harus disalahkan untuk segala sesuatu yang belum beres ini. Tapi itu semua dirasa tidak cukup bagi para petinggi klub.
Padahal, Mihajlovic sendiri ditunjuk menjadi pelatih ketika Milan berada di masa sulit. Mental kesebelasan pun sedang lemah sebelum ia datang. Sementara Mihajlovic tiba dengan menanamkan beberapa kebanggaan dan kehormatan dalam skuatnya. Terlalu banyak kerugian untuk Milan jika tidak membantu perjuangannya. Tentu perlu beberapa waktu untuk membangun kembali klub yang menderita selama tiga tahun lebih.
Tidak peduli siapapun yang mengambil alih Milan, dengan adanya Berlusconi dan selalu melempar komentar negatif terus-menerus, hanya akan mendorong klubnya lebih jauh ke dalam penurunan. Pada intinya, akan selalu sulit menjadi pelatih kesebelasan berjuluk I Rossoneri itu. Terutama jika Berlusconi menonton dan mengkritisi setiap langkahnya terlalu jauh.
Dan itulah yang mungkin akan terus dilakukan Berlusconi sampai ia mendapatkan mungkin pelatih sekelas Josep "Pep"Guardiola atau Jose Mourinho. Mungkin dengan merekrut pelatih yang sudah matang, bisa menjadi solusi kepuasan Berlusconi saat ini. Tapi tunggu dulu, toh Berlusconi hanya menunjuk pelatih yang sedang berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini. Ia menunjuk pelatih yang bisa dikatakan pasrah begitu saja ketika ditawari Milan. Pasrah karena diiming-imingi melatih kesebelasan besar dan bertabur bintang, sehingga sah-sah saja menerima bayaran yang dirasa cukup mengebulkan dapurnya.
Dalam hal ini, mari sedikit mengupas tentang pendapatan tiga pelatih Milan sebelumnya. Milan membayar Seedorf 2,5 juta euro permusim, Inzaghi dibayar 1,5 juta euro per musim dan Mihalovic mendapatkan 2,3 juta euro permusim. Bahkan jika uang itu dijumlahkan, masih belum cukup untuk membayar Carlo Ancelotti saat menukangi Real Madrid (hampir 10 juta euro per tahun) atau Pep Guardiola yang dibayar selangit oleh Manchester City (hampir 19 juta euro per tahun!).
Mungkin inilah salah satu alasan Berlusconi membidik Di Francesco untuk masa mendatang. Atau memilih Brocchi untuk menjadi caretaker saat ini. Tapi perlu diingat oleh Brocchi bahwa Berlusconi bukanlah orang penyabar. Brocchi pun sudah mengungkapkan pesimistisnya dalam tujuh laga terakhir Milan di Serie-A. Dan jika sistem Berlusconi seperti itu terus berlanjut, Milan hanya akan menjadi komidi putar yang terus mengganti pelatihnya.
Komidi Putar AC Milan
Ceritaby Randy Aprialdi 14/04/2016 14:06
Komentar