“Cintaku pada Chang Eu yang mendorongku berbuat demikian, Kakak. Sampai saat ini aku tidak menyesal mencintai Chang E, walaupun cintaku itu bertepuk sebelah tangan. Sebab, dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir”
Ucapan ini dikeluarkan oleh Jenderal Tian Feng, panglima kenamaan kahyangan dalam masa reinkarnasinya sebagai siluman babi yang bertugas untuk menemani Tong Sam Cong ke Barat mencari Kitab Suci bersama Sun Go Kong dan Wu Ching. Saat itu, ia sedang mengobrol dengan Go Kong, yang ia sebut sebagai kakak pertama, perihal pertanyaan Go Kong tentang mengapa ia sampai nekat melanggar peraturan kahyangan hanya untuk mengubah takdirnya dengan Chang Eu.
Jadi, Tian Feng itu sangat mencintai adik Chang Eu, seorang dewi cantik yang tinggal di bulan. Suatu waktu, adik Chang E terjatuh dari bulan. Tian Feng yang melihat kejadian itu dari kahyangan langsung bergerak untuk menyelamatkan Chang E yang jatuh menuju bumi, Sayang seribu sayang, langkah Tian Feng itu terlambat sepersekian detik dari Wu Kang yang juga melihat kejadian yang sama. Wu Kang dan Chang E pun saling jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tian Feng pun gagal. Namun, ia tidak menyerah. Ia akhirnya memutuskan untuk memutar roda waktu supaya waktu kembali ke masa lampau agar ia bisa menyelamatkan Chang E. Beberapa kali ia mencoba, beberapa kali juga ia gagal. Akhirnya, perbuatannya ini diketahui oleh dewa kahyangan. Dewa kahyangan pun akhirnya menghukumnya dengan hukuman 1000 reinkarnasi supaya ia merasakan 1000 tahun penderitaan patah hati! Beruntung, ketika menjalani masa reinkarnasi itu, ia terpeleset jatuh ke lubang reinkarnasi binatang yang menjadikannya babi. Ia pun mendapatkan tugas mulia dari kahyangan untuk menemani Tong Sam Cong mencari Kitab Suci ke Barat bersama Go Kong dan Wu Ching.
Begitulah kisah singkat dari Cu Pat Kay, yang begitu menderita karena cintanya yang tulus kepada Chang E, meski pada akhirnya bertepuk sebelah tangan. Sudah berjuang sekuat tenaga, tapi, karena memang takdir tidak mempersatukan mereka berdua, akhirnya Pat Kay pun pasrah dan memilih untuk menemani gurunya berkelana ke Barat.
***
Jauh dari tempat terjadinya kisah Pat Kay di Asia Timur, di Eropa sana, ada juga kisah serupa yang dialami oleh pesepakbola yang bermain di Eropa. Jika dirunut, banyak sekali kisah dimana cinta seorang pemain kepada klub seringkali harus bertepuk sebelah tangan. Entah itu karena usia yang sudah menua, ataupun karena suratan takdir, yang membuat pemain dan klub itu harus berpisah seperti kisah Panglima Tian Feng dan Adik Chang Eu, yang harus berpisah karena takdir.
Di London, kisah ini sekarang sedang dan mungkin akan dialami oleh seorang John Terry, pemain asal London, Chelsea. Sejak tahun 2000, ia sudah membela Chelsea. Sampai sekarang, ia pun masih tetap membela panji The Blues. Bersama klub asa London itu, ia sudah mencatatkan penampilan sebanyak 669 kali sejak tahun 2000 dan sudah mencetak 63 gol.
Saking cintanya ia kepada The Blues, ia sudah melakukan banyak hal demi klub yang bermarkas di Stamford Bridge ini. Jika Tian Feng sampai rela memutar roda waktu agar ia bisa menyelamatkan Chang Eu, Terry sampai rela berpeluh-peluh keringat di dalam lapangan hanya agar dapat memberikan sesuatu yang berharga bagi Chelsea, yaitu sebuah gelar.
Hasilnya? Berbagai gelar prestisius sudah ia daratkan semasa ia berseragam Chelsea. Gelar Liga Primer Inggris, gelar Piala FA, gelar Piala Liga Inggris, bahkan sampai gelar juara Liga Champions Eropa pun sudah ia persembahkan untuk klub berlambang Singa Biru ini. Tak tanggung-tanggung, gondolan trofinya selama berseragam biru-biru ini mencapai angka 16 trofi. Luar biasa apa yang ia berikan kepada Chelsea, atas dasar cinta yang begitu tulus.
Namun, cinta Terry sekarang sedang diuji. Banyak isu beredar, bahwa manajemen klub Chelsea tidak akan memperpanjang kontraknya lagi musim depan. Bahkan, pihak resmi Chelsea sampai mengeluarkan sebuah pernyataan bernada, “Kami akan lihat sampai beberapa waktu ke depan perihal masalah kontrak dengan Terry ini,”. Sebuah pernyataan yang mencerminkan ketidakseriusan Chelsea dalam memperpanjang kontrak pemain yang pernah menghabiskan masa peminjaman di Nottingham Forrest ini.
Sama seperti saat adik Chang Eu jatuh cinta kepada Wu Kang karena Wu ia yang menyelamatkannya terlebih dahulu, manajemen The Blues pun seperti tidak melihat usaha Terry dan berbagai gelar yang sudah ia berikan selama kurang lebih 16 tahun. Mereka lebih tertarik kepada bakat-bakat muda karena mereka jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap bakat-bakat muda tersebut. Terry pun perlahan-lahan terlupakan, meski sempat membuat catatan manis bersama The Blues.
***
Mungkin, jika Terry ingin dan kuasa, ia akan coba memutar roda waktu, seperti yang dilakukan oleh Pat Kay agar bisa menyelamatkan adik Chang Eu. Terry akan memutar roda waktu, dan memberikan gelar lebih banyak lagi kepada Chelsea agar ia kelak bisa pensiun di klub biru-biru, seperti halnya pemain-pemain lain yang pensiun setelah membela satu klub dalam beberapa dekade pengabdiannya di dunia sepakbola.
Namun, melihat apa yang dialami oleh Frank Lampard, tampaknya, Terry pun harus bersiap, jika kelak ia akan keluar dari Chelsea. Klub yang ia besarkan sekaligus membesarkan namanya. Suatu hari nanti, mungkin saja ia akan bercerita kepada rekan-rekannya yang juga bergelut di dunia sepakbola, Iker Casillas atau Raul Gonzales misalnya, di dalam sebuah bar, tentang masa indahnya di Chelsea, dan tentang bagaimana akhirnya ia keluar. Mungkin ia akan mengatakan hal yang juga akan diamini oleh Casillas dan Raul. Lalu, tiba-tiba datang Manuel Pellegrini yang juga ikut nimbrung dalam obrolan tersebut karena bertemu secara tidak sengaja, dan juga setuju akan apa yang dikatakan oleh Terry.
“Ya, dari dulu beginilah cinta. Deritanya tiada akhir”.
Antara Jenderal Tian Feng dan John Terry
Ceritaby Redaksi 33 18/04/2016 18:01
Komentar