Ada yang menarik dalam laga AC Milan kontra Carpi dini hari tadi. Kedua tim yang biasanya langsung bersiap di posisi masing-masing, tiba-tiba saling berhadapan di dekat area penalti sisi selatan stadion San Siro.
Kemudian, kejutan muncul. Dari kejauhan, terlihat sejumlah pemain AC Milan bersiap pada posisi seperti kuda-kuda, kemudian mulai menari!
Tarian tersebut, langsung mengingatkan saya kepada ritual yang biasa dipakai oleh timnas rugby Selandia Baru, yaitu tarian Haka. Namun tampaknya tarian ini telah dimodifikasi dan diganti namanya menjadi ‘La Tekitanka’.
Setelah dilihat secara seksama, pria-pria yang menari tesebut bukan pemain AC Milan. Mereka sepertinya ditugaskan untuk memakai perlengkapan seperti yang dikenakan pemain Rossoneri, lalu melakukan tarian tersebut.
Setelah mendapat konfirmasi dari beberapa akun twitter, barulah saya yakin kalau itu memang dilakukan oleh penari profesional.
Josh Butler, editor Hufftington Post Australia, melalui akun twitternya mengkonfirmasi bahwa tarian Haka tersebut dilakukan dalam rangka kampanye iklan produk kecantikan Nivea. Saat tarian ini diperagakan, terlihat juga slogan komersil di papan iklan di pinggir lapangan yang bertuliskan “Oumini, Questo E Il Vostro Rituale!” yang artinya dalam bahasa Indonesia: `Pria, Inilah Ritualmu!`
Haka merupakan tarian tradisional suku Maori di Selandia Baru yang biasa digunakan sebagai tarian perang. Selain itu Haka juga biasa dipertunjukkan untuk menyambut tamu istimewa, atau sebuah penghargaan.
Timnas rugby Selandia Baru menjadi yang bertanggung jawab atas kepopuleran Haka di dunia olahraga. Mereka pertama kali memperagakan tarian ini sejak tahun 1905. Sebelumnya, tim rugby Selandia Baru yang bernggotakan kebanyakan warga kulit putih Inggris dan beberapa orang pribumi Selandia Baru membawa tarian ini kedalam laga tur ke Negara-negara Britania Raya sejak tahun 1899.
Sejak saat itu hubungan antara Haka dan Selandia Baru seperti tidak bisa terpisahkan di olahraga. Puncaknya saat Piala Dunia Rugby 2011 yang dihelat di negeri Kiwi tersebut. Berbagai aksi flash-mob di tiap kota membuat sorotan media dan popularitas Haka meningkat tajam.
Di cabang olahraga rugby dan american football Haka menjadi sesuatu yang sering dijumpai. Karena mungkin rugby dan american football populer di negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru membuat interaksi mereka menjadi lebih mudah.
Berbeda dengan rugby, masih jarang non-Selandia Baru yang memperagakan Haka di sepakbola, selain AC Milan di laga kontra Carpi (22/4). Walaupun, itu tidak bisa dibilang sebagai tarian Haka. (Ya, anggap saja, mendekati lah) Mungkin ini disebabkan prestasi Selandia Baru di sepakbola yang tidak sehebat di ajang rugby. Sehingga pemandangan publik sepakbola terhadap tarian ini menjadi jarang.
Pertunjukan tarian Haka oleh Selandia Baru di sepakbola yaitu pada Piala Dunia Perempuan 2011. Skuat All Whites yang berhasil menahan imbang Meksiko, kemudian melakukan tarian Haka di sisi lapangan.
Anehnya, sampai saat ini, belum ada dokumentasi yang menunjukkan bahwa timnas sepakbola Selandia Baru melakukan tarian Haka begitupun klub sepakbolanya.
Pada November 2009, timnas rugby Selandia Baru memperagakan tarian Haka didepan timnas rugby Italia di stadion yang sama, San Siro, Milan.
Bukan kali pertama tarian Haka menjadi bagian suatu kampanye. Pada September 2015, dunia rugby sempat digegerkan oleh video ‘Hakarena’ yang diperagakan legenda rugby, Matt Dawson. Dalam video berdurasi hampir 2 menit tersebut, tarian Haka diplesetkan demi mencari dukungan untuk timnas Inggris di Piala Dunia Rugby 2015.
Kala itu kampanye video ‘Hakarena’ di situs youtube mendapat kecaman dari sejumlah orang berpengaruh di Selandia Baru, termasuk juga pemimpin Partai Maori, Sir Pita Sharples.
Tarian ‘Tekitanka’ di AC Milan sekaligus menjawab misteri yang terjadi pekan lalu (15/4). Menurut situs resmi klub, saat itu AC Milan melakukan konferensi pers yang digelar oleh staff baru AC Milan, yang berposisi sebagai mental coach. Nama pria tersebut adalah John Maori. (Kena, deh!)
Pada kesempatan tersebut si ‘pelatih baru’ mengungkapkan bahwa tarian Tekitanka dapat memotivasi pemain AC Milan di laga Carpi.
Mari kita lihat, apakah kampanye AC Milan yang diadaptasi dari tarian Haka ini mendapat kecaman, selain mendapat cacian dari para penggemar dan pecinta sepakbola. Tentunya, dengan masih tak habis pikir mengapa Milan melakukan gimmick seperti ini. Karena terbukti, Tekitenka tidak membuat dampak apa-apa bagi di laga tadi, kecuali membuat pemain Carpi tertawa-tawa di ruangan ganti.
Foto: acmilan
[trs]
Komentar