PSM Makassar mengawali TSC 2016 dalam situasi yang tidak mengenakkan. Mereka dibebani target tinggi dari para suporternya, yaitu menjuarai TSC 2016. Hal tersebutlah yang membuat posisi pelatihnya, Luciano Leandro, berada di bawah beban yang sangat besar.
Situasi tidak mengenakan tersebut tercipta bukan tanpa alasan. Sebelum Luciano resmi menjadi pelatih PSM, para suporter dan klub tidak puas terhadap pencapaian kesebelasannya pada Jenderal Sudirman Cup 2015. Saat itu PSM tidak berhasil lolos dari grup B yang dilaksanakan di Bali. PSM pun harus puas di posisi empat klasemen grup B. Bahkan PSM hanya mencetak satu gol pada kompetisi tersebut, itu pun melalui gol bunuh diri Zulkifli Syukur pada partai perdana menghadapi Mitra Kukar.
Kemudian kiprah PSM di Trofeo Persija 2016 pun jauh dari memuaskan. Hasil maksimal mereka cuma menahan imbang Persija, sampai akhirnya kalah adu penalti. Lalu PSM ditaklukan Bali United dengan skor 2-0 (ralat). Dan sejak kompetisi inilah PSM sudah ditangani Luciano. Tapi nyatanya, Luciano dianggap masih belum bisa mengubah permainan PSM lebih baik pasca Piala Jenderal Sudirman 2015. (Ralat)
Luciano sendiri memang jempolan ketika masih menjadi pemain di Liga Indonesia. Ia pujaan bagi suporter PSM dan Persija. Tapi sayangnya kegemilangan itu belum bisa diteruskan di dunia kepelatihan. Bahkan Luciano pernah dipecat sebagai Direktur Teknik PSMS pada 2009 silam. Maka, bukan tanpa alasan jika klub dan suporter agak pesimis terhadap kepemimpinan Luciano.
Tapi Luciano diberikan kesempatan untuk membuktikan keraguan para suporter dan klub. Tapi sayangnya waktu yang diberikan kepada Luciano sangatlah sedikit. Pihak klub hanya memberikan kesempatan pada lawa awal TSC 2016 saja. Jika PSM kalah ketika menghadapi Semen Padang di laga pertama TSC 2016, bukan tak mungkin Luciano langsung didepak.
Jika mengintip skuat PSM saat ini, memang agak berat bagi Luciano. Sektor yang paling dikhawatirkan adalah lini belakang. Pelatih asal Brasil itu cuma memiliki stok tujuh pemain belakang. Dan empat pemain di antaranya adalah pemain baru, yaitu Jajang Maulana, Valentino Telaubun, Erik Setiawan dan Achmad Sumardi.
Seharusnya, keterbatasan stok ini bisa diakali oleh Luciano setelah Piala Jenderal Sudirman yang berakhir pada Januari lalu. Setidaknya waktu tiga bulan bisa ia manfaatkan mencari bek baru yang berkualitas. PSM tidak memiliki bek tengah yang menjadi tandem Boman Irie Aime. Sementara Hendra Wijaya masih belum menunjukan kapasitasnya. Wasyiat Hasbullah pun masih hijau di sepakbola Indonesia papan atas ini.
Maka yang bisa diharapkan Luciano adalah cepat beradaptasinya Jajang Maulana atau Achmad Sumardi, sebagai tandem yang baik bagi Boman. Sayangnya kedua pemain tersebut tidak terlalu signifikan pada kompetisi sepakbola beberapa waktu terakhir ini. Kendati demikian, Luciano punya opsi lain, yaitu menempatkan Ardan Aras sebagai bek tengah. Walau posisi aslinya adalah seorang gelandang bertahan, tapi ia sempat bermain sebagai bek tengah atau terkadang bek kiri dalam beberapa laga bersama PSM. Ardan pun sempat bermain sebagai bek sewaktu memperkuat Mitra Kukar dan Pelita Jaya.
Pekerjaan rumah lain Luciano yaitu mempertajam lini depan. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan nama yang ada di stok ujung tombak itu. Di sektor itu, PSM memiliki Ferdinand Alfred Sinaga dan Muchlis Hadi Ning Syaifulloh, yang notabene jebolan Kesebelasan Negara Indonesia U-19. Bahkan mereka memiliki penyerang asing berkebangsaan Pantai Gading, Lamine Diarrassouba.
Tapi sayangnya para penyerang kesebelasan berjuluk Juku Eja ini begitu mandul. Seperti yang diceritakan tadi bahwa dua kompetisi terakhir tidak satu pun gol yang diciptakan mereka. Para penyerang PSM itu nampak kehilangan sentuhannya dalam penyelesaian akhir. Begitu banyak peluang yang disia-siakan mereka di depan mulut gawang.
Padahal, lini tengah PSM selalu menyuplai bola semaksimal mungkin untuk lini depan. Keberadaan Ardan, Rasyid Bakri, Syamsul Chaeruddin, Hasan Basri Louhy dan Maldini Pali, bisa dibilang tampil cukup baik sejauh ini. Apalagi lini tengah PSM mendapatkan tenaga baru dari Rizky Pellu yang sebelumnya membela Mitra Kukar. Pemain asingnya, Alex da Silva, pun menunjukan permainan yang bagus dalam beberapa laga uji coba. Hanya saja ia sempat terbentur dengan cedera. Selain itu, Alex dikabarkan tidak harmonis di dalam skuat karena soal tingkah lakunya. Alex sempat absen latihan dengan alasan cedera. Selain itu, ia terlibat cekcok mulut dengan Maldini Pali pada sesi latihan.
Untuk Formasi, Luciano sendiri mengandalkan formasi 4-3-2-1. Dengan formasi itu, ia menginginkan para pemainnya memenangkan penguasaan bola. Ya, sejauh ini lini tengah PSM mampu beberapa kali memenangkan penguasaan bola. Apalagi mereka didukung oleh para gelandang pekerja keras di dalam skuatnya. Hanya saja hal itu terasa percuma jika lini belakang kropos ketika para gelandangnya berhasil dikalahkan. Begitu juga dengan mandulnya lini depan.
Maka Luciano perlu berputar otak lebih keras lagi. Yaitu bagaimana ia mengakali krisis di lini belakangnya. Memikirkan bagaimana agar Ferdinand, Muchlis Hadi dan Lamine, lebih ajaib pada sentuhan terakhirnya. Dan yang perlu diingat bagi Luciano adalah, bahwasanya menjadi pelatih di Indonesia tidak seindah ketika menjadi pemain. Jika ia berhasil mengatasi situasi sulit ini. Barulah Luciano bisa berpikir bagaimana ia bisa menjadi seperti Jacksen F Tiago, yang sukses menjadi pemain dan pelatih di sepakbola Indonesia.
Intip Skuat PSM di TSC 2016: Jalan Terjal Luciano Leandro
Analisisby Randy Aprialdi 29/04/2016 15:08
Komentar