AS Roma (bersama 18 kesebelasan lainnya) tidak bisa menahan Juventus memenangkan Scudetto yang kelima kalinya secara berturut-turut. Memang pada nyatanya, konsistensi Juventus masih terlalu hebat untuk mendapatkan Scudetto. Tapi jika Roma ingin lebih serius bersaing dengan Juventus pada musim depan, mereka harus habis-habisan di sisa musim ini, tidak peduli seberapa besar kesenjangan poin yang ada. Roma harus memenangkan seluruh sisa laga Serie-A 2015/2016.
Selain soal kesenjangan, kesempatan untuk menyalip Napoli dari posisi dua masih terbuka walau cukup berat. Roma dan Napoli memburu peringkat dua agar mendapatkan tiket otomatis ke babak grup Liga Champions musim depan. Pasalnya, peringkat tiga akan mengeluarkan energi lebih ekstra lagi di musim depan. Selain harus bertarung di babak penyisihan, bisa mengganggu latihan pramusim. Untuk menghindari hal itu dan bisa fokus pada persiapan Serie-A 2016/2017, Roma harus menunjukkan mental yang dimilikinya kepada Napoli. Kesebelasan berjuluk I Lupi (Si Serigala) itu harus bisa menyelesaikan sisa pekerjaannya di musim ini.
Efisiensi memang penting bagi kesebelasan Italia. Pasalnya, bersaing di sepakbola Italia itu membutuhkan banyak kekuatan. Contohnya, bayangkan saja rasa frustasi Napoli ketika dikalahkan Udinese pada awal April lalu. Sementara Juventus menjalani musim dengan cara dramatis dan terus menunjukkan kelasnya.
Sementara hasil imbang lawan Bologna adalah kesalahan Roma yang sangat disayangkan pada tahun 2016 ini. Hasil itu menunjukkan bahwa Roma masih belum mumpuni untuk mendapatkan Scudetto 2015/2016. Tapi di sisi lain, Bologna memang ajaib. Rekor kemenangan Juventus di musim ini pun dihentikan Bologna.
Salah satu masalah Roma adalah banyak peluang mencetak gol yang tersia-siakan. Sorotan itu diberikan kepada Edin Dzeko. Jika terus seperti itu, maka ia tidak akan menjadi penyerang andalan Roma sampai kapan pun, bahkan untuk menjadi seperti Vincenzo Montella atau Gabriel Batistuta.
Bahkan Roma tidak menang secara meyakinkan saat melawan Torino. Kendati demikian, sisi positif pada laga itu adalah dua gol yang dicetak Francesco Totti, mengingat ia sempat mengalami periode sulit karena perselisihan dengan pelatihnya, Luciano Spalletti. Di sisi lain, keretakan hubungannya dengan Totti telah membawa keuntungan jangka pendek, yaitu menjaga fokus skuatnya untuk memenangkan laga sisa musim ini.
Isu perang dingin antara Spalletti dengan Totti berhasil dikesampingkan. Hasilnya, Totti mencetak gol dari dua laga berturut-turut. Kemudian ia mencetak gol lagi ketika mengalahkan Genoa pada di Stadion Luigi Ferraris, pada Selasa (3/5).
"Totti? Kami tahu apa yang telah ia berikan dan ia masih bisa memberikannya. Semua orang mencintai dia, ketika ia datang di stadion menjadi lebih hidup," ujar Radja Nainggolan tentang kebangkitan Totti, dikutip dari Football-Italia.
Tapi sayangnya, Roma yang memastikan diri mengakhiri musim di tiga besar mendapatkan keraguan. Kiprahnya di Liga Champions musim depan, diragukan beberapa media di Italia. Memang kompetisi itu adalah target dari semua klub besar di Eropa. Tapi di sana tidak terlalu banyak kenangan indah bagi Roma. Begitu pun pada Liga Champions musim ini. Lolos dari penyisihan grup hanya karena satu kemenangan tidak terlalu mengesankan. Dan ini bukan pertama kalinya Roma menunjukkan bahwa Liga Champions tidak cocok dengan mereka.
Kendati demikian, Roma telah membuka kesempatan lagi untuk bersaing di tingkat Eropa. Agar menghindari berita buruk bagi sepakbola Italia, Roma bisa saja bermain bertahan dan menang dengan gol seminimum mungkin. Tapi harus dicatat bahwa strategi seperti itu tidak bisa bekerja dengan mudah di Eropa jika bukan Diego Simeone yang memainkannya.
Contohnya adalah filosofi a la Roberto Mancini, Pelatih Internazionale Milan, yang sudah banyak dibahas. Dan banyak yang tidak menyukai gaya permainan kesebelasan besar dengan cara reaktif, meladeni tekanan dengan membiarkan lawan menguasai bola, kemudian balik menyerang lawan-lawan mereka. Terkadang kenaifan taktik memang perlu mendapatkan perjuangan agar memberi dampak yang nyata.
Di sisi lain, prospek di Liga Champions akan sangat bermanfaat bagi tugas Spalletti. Musim ini pun telah memberikan banyak pelajaran agar Roma bisa bersaing dengan Juventus di Serie-A.
"Menjembatani kesenjangan dengan Juventus? Anda harus membeli pemain terbaik. Skuat pasti melakukan pekerjaan besar, tapi kami harus tenang melihat apa yang harus diperbaiki pada akhir musim," ujar Spalletti.
"Saya pikir jika Anda melihat posisi kedua sulit dicapai, jelas itu sulit sejak saya tiba di Roma. Para pemain telah melakukan beberapa hal penting, berjuang untuk tujuan yang luar biasa, bahkan lebih daripada yang saya pikir pada awalnya," sambungnya.
Ya, soal komposisi pemain menjadi faktor terakhir yang penting bagi Roma saat ini. Begitu banyak rumor tentang beberapa pemain bintang yang akan meninggalkan Stadion Olimpico, sebut saja Radja Nainggolan, Miralem Pjanic, Kostas Manolas dan lainnya. Roma sudah seharusnya tidak boleh kehilangan mereka pada bursa transfer musim panas nanti. Pasalnya, kekuatan mereka diperlukan sekali lagi untuk mengejar rival dari Kota Turin itu.
Saat ini Totti dan kolega terlihat begitu hebat, pun dengan masa depannya. Selain Roma, tidak ada kesebelasan yang punya potensi lebih besar untuk menggulingkan kekuasaan Juventus di Serie-A. Tidak juga Napoli dan jelas bukan kesebelasan dari Kota Milan. Jadi sisa pertandingan mendatang seharusnya menjadi keuntungan untuk Roma.
Dan jika Roma bisa meniru kestabilan poin di jelang akhir musim ini pada Serie-A 2016/2017, Scudetto berikutnya akan menjadi pembuktian dari pertempuran dan perjuangan yang keras selama ini. Sementara itu, setelah mengatasi masalahnya dengan Totti, Spalletti membuktikan bahwa ia punya kegigihan untuk tugas yang lebih besar bersama Roma di masa yang akan datang.
AS Roma Tak Perlu Memedulikan Kesenjangan
Ceritaby Randy Aprialdi 04/05/2016 15:18
Komentar