Cristian Brocchi menerima panggilan Silvio Berlusconi, Presiden AC Milan. Ia ditarik menjadi pelatih klub utamanya dan langsung diberikan tantangan, yaitu membawa Milan kembali berkompetisi di sepakbola Eropa musim depan. Sebelumnya, Berlusconi sangat bahagia ketika Sinisa Mihajlovic melatih klubnya sejak musim panas lalu. Tapi Mihajlovic justru dipecat pada bulan lalu dan Brocchi-lah yang terkena imbas dari sisa-sisa kepelatihannya.
Memang Brocchi langsung memberikan kemenangan yang sedang dibutuhkan Milan. Saat itu, Milan bisa mengalahkan Sampdoria dengan skor tipis 1-0, dan membuat Brocchi mengakhiri laga itu dengan senyuman. Ia memang memulai dengan kemenangan, tapi Milan berhadapan dengan masalah yang sama.
Terlepas dari pandangan yang berbeda tentang cara memecahkan masalah itu, faktor mendasarnya bisa dilihat dari bagaimana Milan ditahan imbang 3-3 oleh Frosinone. Lawannya itu adalah kesebelasan yang terancam degradasi. Bahkan, Milan sempat tertinggal terlebih dahulu dengan skor 1-3. Pada partai terakhir, Milan sempat mengalahkan Bologna, salah satu kesebelasan kuda hitam Serie-A 2015/2016. Tapi skor kemenangan 1-0 itu bisa diraih karena eksekusi penalti Carlos Bacca.
Kesebelasan berjuluk I Rossoneri itu sedang melalui masa-masa sulitnya. Mereka terbebani nama besar atas perjuangan di sepakbola Italia pada masa silam dan perjuangan-perjuangan untuk stabilitas di luar lapangan. Bahkan Milan selalu disakiti Sassuolo berkali-kali dalam beberapa pertemuan di Serie-A. Mungkin menonton bagaimana Torino menghancurkan Udinese dengan skor 5-1 lebih menarik daripada pertempuran Milan. Jejak rekam beberapa pertandingan sebelumnya itu bisa menjadi penilaian keputusan Berlusconi, apakah memilih Brocchi bisa dibilang tepat atau tidak?
Pemecatan Mihajlovic masih sangat disayangkan. Sebab ialah satu-satunya orang yang bisa membawa Milan ke final Coppa Italia dalam beberapa waktu terakhir ini. Ia juga orang yang sempat membuka kesempatan untuk Milan bisa melangkah ke sepakbola Eropa sejauh ini.
Oleh karena itu, Brocchi ada karena untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai Mihajlovic. Dalam sisa waktu musim ini, pekerjaan seperti itu semestinya bisa ditangani hampir seluruh pelatih muda. Tapi konsesusnya adalah soal pemecatan pelatih ini, apakah tujuannya untuk memberikan pelayanan yang jelas atau tidak. Mihajlovic memang tidak punya taktik terbaik, tapi ia bisa mendapatkan yang terbaik dari sekelompok pemain yang biasa-biasa saja.
Tentu pelatih asal Serbia itu bisa melakukannya lebih baik. Tapi jangan berharap lebih kepadanya jika hanya bergantung kepada Alessio Romagnoli yang memimpin lini belakang, atau lini tengah yang dipimpin Riccardo Montolivo, atau hanya bergantung kepada konsistennya Bacca di lini serang; dan kemudian berharap bisa bersaing untuk tiga besar di klasemen Serie-A 2015/2016.
Sementara Milan sendiri membutuhkan komposisi pemain baru yang lebih banyak. Brocchi pun mencoba mengakalinya, yaitu dengan cara mengubah formasi 4-4-2 menjadi 4-3-1-2. Perubahan taktik memang terkadang mulus. Contohnya, lihat saja sistem yang dibuat Maurizio Sarri telah bekerja dengan baik setelah mengubah formasi 4-3-1-2 menjadi 4-3-3. Tapi perbedaannya adalah, Napoli memiliki pemain yang lebih berkualitas di setiap posisinya. Lihat saja bagaimana mereka menghancurkan Bologna dengan enam gol tanpa balas, tanpa adanya Gonzalo Higuain dan Lorenzo Insigne di lapangan. Tapi apa yang terjadi dengan serangan Milan seandainya Bacca dan Giacomo Bonaventura tidak bermain?
Beberapa orang pun mengatakan, "Lihat saja seberapa cepat Juventus kembali!" padahal mereka baru kehilangan tiga pemain kuncinya musim lalu, Andrea Pirlo, Arturo Vidal dan Carlos Tevez. Tapi di sisi lain, orang-orang lupa Juventus pernah mengakhiri musim di peringkat ketujuh selama dua musim berturut-turut sesudah kembali ke Serie-A. Tapi seterusnya, mereka bisa meraih Scudetto secara beruntun. Tentunya raihan Juventus itu adalah hasil dari investasi yang cerdas dan pelatihnya yang hebat.
Sementara Berlusconi mencoba melakukan itu. Ia menghabiskan dananya untuk pemain seperti Romagnoli, Bacca, dan Andrea Bertolacci; dan itu terbayar jika melihat secara statistik. Milan lebih banyak menciptakan peluang, kebobolan lebih sedikit, memenangkan duel antar lini lebih sering dan memenangi penguasaan bola. Tapi kemudian, Sang Presiden justru menghancurkan fondasi itu, untuk menunjukkan siapa "pria sesungguhnya" di San Siro.
Brocchi adalah pelatih Milan keempat setelah Massimiliano Allegri dipecat pada 2014 lalu. Sebelumnya ada Mihajlovic, Filippo Inzaghi, dan Clarence Seedorf, dalam dua tahun terakhir.
Silakan tertawa dengan Palermo dan Maruzio Zamparini seperti yang kau inginkan Berlusconi, dan Milan akan tetap menjadi tempat pelatihan sirkus!
Membangun kembali sebuah klub sepakbola membutuhkan kesabaran dan langkah yang cerdas. Milan memang kembali melompat lebih maju ketimbang musim lalu dan akan mengarah lebih baik. Tapi dengan pembinaan yang tidak mendukung, Berlusconi telah mendorong mundur klubnya pada waktu yang sama.
Melepas Saham AC Milan Serumit Oligarki Silvio Berlusconi
Brocchi sendiri sedang mencoba menghentikan kebusukan dari bangku kepelatihan Milan. Saat ini kesebelasan itu sangat berisiko kehilangan peluang tampil Eropa, tapi masalah mereka di luar lapangan jauh lebih buruk. Mantan pemain Milan seperti Zvonimir Boban mengatakan jika klub itu harus dijual sesegera mungkin, dan Paolo Maldini harus banyak terlibat dalam Milan era baru. Milan mempunyai banyak alasan untuk revolusi.
"Silvio Berlusconi meyakini Milan tidak kalah inferior dari siapapun di Italia? Sayangnya Sang Presiden kehilangan visi yang terjadi dan telah menjadi hari ini. Apakah Berlusconi melakukan sesuatu, apa yang dia lakukan sekarang adalah hal lain. Sama seperti Milan. Dari kejeniusannya dalam komunikasi, mereka membuat deklarasi yang nyata, tapi pada akhirnya kebenaran selalu menang," ujar Boban seperti dikutip dari Rossoneri Blog.
Setelah musim yang mengecewakan, fokus utama yang harus dilakukan klub ini adalah membenahi situasi di luar lapangan, yaitu rumor tentang pengambil alihan potensi Milan dari Tiongkok. Sebelumnya, dilaporkan bahwa Berlusconi setuju menjual 51% sahamnya kepada Jack Ma, investor Tiongkok yang memiliki Grup Alibaba.
Milan sendiri tetap menjadi salah satu nama termegah dalam dunia sepakbola, walau realitasnya memiliki utang yang cukup signifikan. Milan jelas merugi, ditambah belum menjuarai kompetisi apapun dalam beberapa tahun terakhir. Namun daya tarik tradisi dan sejarah klub itu tetap kuat. Dan jika rumor tersebut bisa dipercaya, orang terkaya Tiongkok pun bisa terlibat dalam pembelian potensi klub itu.
Kelompok investasi Tiongkok itu dikatakan ingin menyelesaikan pembelian pada bulan Juni ini. Mereka berpikir bahwa kucuran modal yang dikeluarkan untuk memboyong pemain baru, bukan untuk melayani utang klub. Tapi sampai sebelum konfirmasi tiba, kegembiraan pendukung Milan soal itu telah tertahan, mengingat keengganan Berlusconi untuk menjualnya pada negosiasi-negosiasi sebelumnya.
Setahun yang lalu, kesepakatan penjualan kepada pengusaha Thailand disinyalir sangat dekat dengan kata selesai. Tapi Berlusconi tiba-tiba mengundurkan diri dan kesepakatan pun batal. Sekarang justru dilaporkan bahwa negosiasi lebih maju dengan kelompok Tiongkok, tapi Berlusconi justru merilis video melalui laman Facebook miliknya. Ia malah menyinggung akan menjualnya kepada orang Italia. Tentu saja hal-hal seperti itu membuat gelisah para investor dari luar negeri dan pendukung Milan. Padahal, kepemilikan internasional adalah realitas di sepakbola modern.
Berlusconi sendiri mengakui bahwa ia tidak punya dana untuk menyaingi uang yang diinvestasikan kesebelasan-kesebelasan lain di Eropa, seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan Manchester City. Dan tampaknya Berlusconi akan lebih menghargai penjualan klub dengan nilai yang lebih besar lagi. Jika Milan benar-benar ingin bersaing di tingkat atas Eropa lagi, sebetulnya mereka punya pilihan menjual Milan ke pemodal asing kaya raya.
Tapi tidak bisa segampang itu melepasnya, sebab ini adalah urusan dengan orang yang sudah menguasai klub itu selama 30 tahun. Dan ia telah berhasil menunjukan klubnya tidak mampu bergerak dan maju tanpanya. Padahal klub Italia tidak akan pernah kehilangan identitasnya dalam kasus apapun. Bahkan jika sang pemilik bukan berasal dari Italia sekalipun. Karakteristik skuat Italia bisa dibangun oleh pemain-pemain muda di klub itu sendiri. Milan pun memiliki syarat itu dari Gianluigi Donnarumma, Romagnoli, Davide Calabria, Bonaventura, Jose Mauri, dan lainnya.
Jika suatu hari pemilik baru sudah menginvestasikan uangnya untuk pemain baru, seharusnya itu tidak menjadi masalah jika sang pemilik itu berdarah Italia atau tidak. Pasalnya dunia sepakbola semakin global. Dan jika Berlusconi terus menunda sampai ada pembeli yang sempurna (mungkin orang Italia), Milan akan terus terjatuh jauh di belakang kesebelasan elit yang lainnya di Eropa saat ini.
ed: fva
Komentar