Kemenangan Sunderland atas Everton 3-0, Kamis (12/5) dini hari WIB, membuat usaha Newcastle sepanjang paruh musim kedua Liga Primer Inggris 2015/16 menjadi sia-sia. Pasalnya, keberhasilan Sunderland mengalahkan Everton di laga tersebut membuat Newcastle harus kembali terdegradasi ke Divisi Championship setelah terakhir terdegradasi pada musim 2008/09.
Terdegradasinya Newcastle di musim ini tidak hanya mengakibatkan kesedihan yang mendalam untuk suporter kesebelasan berjuluk The Magpies tersebut, tapi juga bagi Rafael Benitez. Benitez, yang belum genap enam bulan berada di klub tersebut, tidak bisa membawa Newcastle lepas dari jeratan degradasi.
Bagi Benitez, kepastian terdegradasinya Newcastle musim ini bahkan menjadi aib di perjalanan kariernya. Hasil kurang memuaskan ini sekaligus melengkapi catatan buruk manajer asal Spanyol ini di musim 2015/16. Lantaran di paruh pertama, ia dipecat oleh kesebelasan raksasa Spanyol, Real Madrid.
***
Perjalanan karier kepelatihan Benitez di musim 2015/16 bisa dibilang penuh kejutan. Dan kejutan pertama pun muncul dari berita mengenai dilantiknya ia menjadi suksesor Carlo Ancelotti di Real Madrid 3 Juni 2015.
Beban berat pun harus dihadapi oleh Benitez di hari-hari pertamanya di Santiago Bernabeu. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan Ancelotti yang mampu mempersembahkan empat trofi untuk Los Galacticos dalam dua musim masa kepelatihannya di Real.
Hasil yang tidak ia inginkan akhirnya sedikit demi sedikit mulai terjadi. Beberapa bulan duduk di kursi kepelatihan Madrid, setir Benitez akhirnya mulai sedikit goyang.
Permasalahan pertama Benitez di Madrid muncul dari internal tim pemilik 10 trofi Liga Champions tersebut. ESPNFC melansir, beberapa pemain Real seperti Cristiano Ronaldo, Isco, James Rodriguez, dan Marcelo, mengakui bahwa Benitez terlalu fokus pada kemenangan dan melupakan fungsi ruang ganti sebagai sarana perbaikan mental tim.
Tidak hanya itu, pola kepelatihan Benitez juga dikritik oleh beberapa pemain, Ronaldo salah satunya. Eks pemain Manchester United ini disebut Independent kurang menyukai metode melatih a la Benitez yang cenderung membosankan.
Memasuki November tahun lalu, Benitez bahkan makin akrab dengan nasib sial. Persoalan ini muncul lantaran usahanya memperbaiki tim dengan menampilkan pemain bintang dalam laga El Clasico menjadi blunder.
Pilihannya untuk memasukkan James Rodriguez, Gareth Bale, dan Karim Benzema dan membangkucadangkan Isco dan Casemiro, bahkan membuat El Real kalah dari Barcelona empat gol tanpa balas di Bernabeu.
Nasib baik akhirnya semakin menjauhi Benitez. Dalam laga melawan melawan Cadiz di Copa del Rey, Madrid yang sudah unggul 1-3 di pertemuan pertama, harus tersingkir akibat Benitez memasukkan nama Denis Cheryshev, yang seharusnya tidak boleh tampil karena larangan bermain.
Meski Real mampu tetap stabil di peringkat tiga La Liga, Benitez pada akhirnya mau tidak mau harus angkat kaki. Laga melawan Valencia di Mestalla pada pekan ke-33 pun menjadi laga perpisahan Benitez dengan Real.
Hampir menganggur selama 10 pekan, pada 11 Maret 2016, Benitez akhirnya mendapat pekerjaan baru, yakni mengangkat Newcastle dari jurang degradasi.
Berbicara soal mengangkat tim, Benitez bisa dibilang berpengalaman. Extremadura dan Tenerife bahkan bisa naik ke kompetisi teratas Spanyol karena kerja keras Benitez. Tapi, apakah Benitez bisa menyelamatkan Newcastle dari degradasi?
Pertanyaan tersebut pun serentak muncul di media-media sepakbola Inggris. Bahkan beberapa media sampai membuat polling untuk mengetahui apakah para pecinta sepakbola Inggris merasa bahwa Benitez mampu menjadi dewa penyelamat Newcastle atau tidak.
Polling ini pun terus berjalan beriringan dengan perjuangan Benitez yang hanya memiliki waktu 10 pekan. Leicester City yang saat itu tengah menjadi pemuncak klasemen akan menjadi lawan Benitez, selain waktu tentunya.
Berbekal nama-nama baru seperti Jonjo Shelvey dan Andros Townsend, Benitez pada akhirnya gagal menghadiahi laga pertamanya sebagai Manajer The Magpies dengan kemenangan. Gol salto Shinji Okazaki membuat Newcastle harus pulang dengan tangan hampa.
Setelah melakoni empat laga tanpa kemenangan, Benitez akhirnya mampu tersenyum. St. James Park memberikan hadiah bagi Benitez setelah anak asuhannya berhasil mengalahkan Swansea City 3-0.
Hasil tersebut tidak membawa Newcastle United lolos dari jeratan degradasi, tapi justru malah membuat jantung Benitez berdetak lebih kencang. Laga ke-37 Newcastle melawan Aston Villa pekan lalu bahkan bisa menjadi contoh.
Meski timnya mampu menahan imbang tuan rumah, Aston Villa, yang sudah dipastikan terdegradasi namun bukan berarti mereka bisa senang. Hal ini dikarenakan nyawa Newcastle digantungkan pada tim lain, Everton, yang harus mengalahkan rival sekota Newcastle, Sunderland, yang juga sama-sama harus berusaha menang untuk lolos dari degradasi.
Detak jantung Benitez akhirnya benar-benar semakin tenang mana kala ia tahu laga tersebut berakhir 3-0 untuk kemenangan Sunderland. Kemenangan ini pun otomatis membuat Newcastle harus angkat koper dari Liga Primer Inggris musim depan.
Semua doa dan harapan yang dipanjatkan oleh pendukung Newcastle pada Benitez akhirnya tidak terwujud. Karena meski Benitez mampu membuat tren lima laga tanpa kekalahan (tren paling bagus Newcastle pada musim ini) ia tidak mampu menghindarkan Newcastle dari lubang degradasi.
Masa depan Benitez sendiri belum begitu jelas. Lantaran ada beberapa media yang menyebut bahwa kontraknya otomatis berakhir jika Newcastle terdegradasi. Jika ia pergi, tentu hal ini akan membuat namanya sedikit tercoreng lantaran ia meninggalkan tim yang telah ia buat terluka.
Kata “degradasi” pun menambah daftar kesialan Benitez pada musim ini, yang sebelumnya ia sudah memiliki gelar “dipecat”. Dengan “mengoleksi” dua kata yang mungkin saja paling dihindari oleh seluruh dunia, apakah ini akan jadi akhir dari perjalanan karier Benitez?
Komentar