Kembalinya Middlesbrough di Liga Primer musim depan tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pencinta sepakbola. Pasalnya The Boro pernah menghiasi Liga Primer lebih dari satu dekade. Meskipun belum pernah mencicipi gelar juara divisi teratas Liga Inggris, namun The Boro merupakan salah satu peserta Liga Primer pertama yang mulai bergulir di musim 1992/1993 walau harus terdegradasi di musim pertamanya.
Terhitung dalam lima musim pertama bergulirnya sistem Liga Primer, The Boro telah terdegradasi sebanyak dua kali. Akan tetapi pada musim 1998/1999 mereka mulai menunjukkan konsistensi untuk bertahan di Liga Primer. Selain itu mereka juga pernah memiliki beberapa pemain bintang.
Nama-nama seperti Paul Ince, Ugo Ehiogu, Gaizka Mendieta, Michael Reiziger Reiziger, Christian Ziege, Christian Karembeu, Alen Bokšić, George Boateng, dan Massimo Maccarone adalah deretan para pemain bintang yang pernah berseragam dengan lambang singa terbakar tersebut. Sebelumnya mereka juga pernah mendatangkan Juninho Paulista dan Fabrizio Ravanelli untuk memperkuat tim.
Puncak kesuksesan mereka adalah ketika berhasil menjuarai Piala Liga di musim 2003/2004. Di laga final tersebut mereka berhasil mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor tipis 2-1. Lebih hebatnya lagi, dua musim sesudahnya mereka berhasil melangkah hingga partai final UEFA Cup hingga akhirnya ditekuk oleh Sevilla yang menjadi juara pada saat itu.
Namun kebersamaan mereka di Liga Primer harus diakhiri pada musim 2008/2009. Ironisnya kejadian tersebut terjadi ketika The Boro diarsiteki oleh Gareth Southgate yang merupakan legenda dan mantan kapten dari kesebelasan yang bermarkas di Riverside Stadium tersebut. Mereka hanya finis di urutan ke-19 dan turun ke Divisi Championship.
Setelah tujuh tahun berjuang di level kedua tersebut, kini The Boro berhasil meraih tiket otomatis untuk promosi ke Liga Primer setelah menempati posisi runner up di bawah Burnley. Walau hanya mencetak 63 gol dalam 46 laga dan merupakan jumlah paling sedikit dibandingkan enam peringkat teratas, lini bertahan mereka merupakan yang terbaik di Divisi Championship, setelah hanya kebobolan sebanyak 31 kali.
Bersinarnya The Boro juga tak terlepas dari kontribusi sang arsitek Aitor Karanka. Pelatih berusia 42 tahun tersebut menempuh ilmu kepelatihannya bersama Jose Mourinho ketika ia menangani Real Madrid di tahun 2010. Kala itu Karanka menjabat sebagai asisten pelatih berjuluk The Special One tersebut. Sebelumnya ia juga telah melatih Spanyol U-16 pasca memutuskan untuk pensiun sebagai pemain pada tahun 2006 di Colorado Rapids yang berkompetisi di Major League Soccer.
Penunjukan Karanka sebagai pelatih klub sedikit mengejutkan, pasalnya Karanka merupakan pelatih non Brtiania Raya pertama The Boro. Dalam sejarah berdirinya, The Boro selalu memakai jasa pelatih yang berasal dari Inggris dan Skotlandia.
Karanka mulai memimpin skuat The Boro sebagai pelatih pengganti di musim 2013/2014, ia berhasil mengakhiri musim itu di urutan 12 setelah mengalami start yang buruk di tangan Tony Mowbray. Perlahan tapi pasti, The Boro menunjukkan grafik peningkatan di bawah arahannya.
Semusim berselang ia mampu memberikan asa kepada publik Riverside dengan menembus posisi empat besar dan meraih tiket play-off ke Liga Primer. Akan tetapi mereka harus mengubur impian tersebut setelah dikandaskan oleh Norwich City di babak penentuan.
Akan tetapi kariernya di selama membesut The Boro tidaklah mulus. Ia sempat diberitakan akan hengkang dari tim tersebut setelah meninggalkan markas latihan dengan tiba-tiba. Isu tersebut semakin santer terdengar pasca ia absen untuk memimpin tim asuhannya kala berhadapan dengan Charlton Athletic.
Pada laga yang dihelat di The Valley tersebut mereka dipimpin oleh Steve Agnew yang menjabat sebagai asisten pelatih. Akan tetapi Karanka tetaplah merupakan sosok vital yang tak tergantikan, tanpa kehadirannya, Gaston Ramirez dan rekan-rekan harus takluk 0-2 dari Charlton.
Tak lama kemudian ia memutuskan untuk kembali memimpin The Boro dan berhasil menunaikan tugasnya dengan baik. Ia sukses 10 laga terakhir tanpa mengalami kekalahan, dengan tujuh kemenangan dan tiga kali imbang. Hasil tersebut membuat mereka mengantongi 89 poin, selisih empat angka dari Burnley yang menempati peringkat pertama.
Kini pelatih berkebangsaan Spanyol tersebut dapat tersenyum setelah membawa The Boro ke Liga Primer. Perlahan namun pasti ia berhasil menjadi salah satu aktor dibalik kesuksesan mereka untuk kembali ke Liga Primer.
Liga Primer boleh kehilangan Aston Villa dan Newcastle United yang sarat akan sejarah dan prestasi, akan tetapi jangan khawatir, Middlesbrough akan kembali untuk ke habitat mereka dan bersiap untuk mengenang kembali memori di masa lalu.
Foto: wikimedia
Komentar