Sepakbola sekarang ini, menurut saya sudah terlalu berat sebelah. Berat sebelah? Memang ada sebuah ketidakseimbangan yang terjadi di dalam sepakbola? Kalau hal ini ditanyakan kepada saya, maka saya akan menjawab, ya! Ini sudah terjadi sejak 2007 lalu, dan ini bisa dilihat dari salah satu elemen kecil, yaitu penghargaan pemain terbaik.
Saat ini, sudah terlalu sering para insan sepakbola memberikan penghargaan yang berlebih kepada seorang striker sebagai tumpuan utama tim dalam mencetak gol. Sepakbola sudah terlalu mengagungkan striker sehingga di sini saya dapat memberikan pendapat saya bahwa sepakbola sudah menjadi terlalu berat sebelah.
Padahal, sepakbola bukanlah pertunjukan satu orang. Di dalamnya banyak terdapat elemen-elemen yang mendukung kesuksesan sebuah tim. Ada kiper yang menjaga gawang, ada defender yang paling bertugas menjaga area pertahanan, ada gelandang yang mengatur ritme permainan dari tengah, dan ada pemain depan yang bertugas mencetak gol ke gawang lawan. Semua peran itu memiliki porsi dan tingkat kesulitannya sendiri-sendiri.
Maka, sudah sewajarnya-lah kita melihat kembali, bahwa sepakbola semata bukan hanya peran dari striker saja. Pemain-pemain lain, selain striker, juga berhak mendapatkan Ballon d`Or ataupun Penghargaan Pemain Terbaik Dunia, meski jujur, sulit untuk menggusur dominasi CR7 dan LM10 dalam hal trofi Ballon d`Or belakangan ini. Ya, ini terjadi karena itu tadi, pengagungan terhadap striker yang sebenarnya saya anggap berlebihan.
Pemain belakang bukan tak pernah meraih gelar individu paling bergengsi di seantero dunia tersebut. Marilah sejenak memutar mesin waktu dalam ingatan kita dan kembali ke 2006, saat Piala Dunia digelar di tanah Jerman yang menghasilkan seorang juara dunia, Timnas Italia.
Kala itu, yang meraih penghargaan Ballon d`Or dan FIFA Player of the Year adalah seorang bek atas nama Fabio Cannavaro. Gelar Ballon d`Or dan FIFA Player of the Year saat itu masih dipisah, sebelum disatukan menjadi FIFA Ballon d`Or pada 2010.
Tak disangka, ternyata Cannavaro menjadi nama terakhir dari pemain non-striker yang meraih gelar pemain terbaik dunia dan Eropa tersebut. Setelahnya, mulai dari Kaka, Cristiano Ronaldo, dan Lionel Messi, adalah pemain-pemain yang bergantian meraih trofi ini dari waktu ke waktu.
Fabio Cannavaro sendiri bukanlah pemain sembarangan. Ia adalah salah satu pemain berbakat yang dimiliki oleh Italia. Pemain ini juga menjadi pemain yang berhasil mengantarkan Italia meraih gelar juara dunia 2006 dengan mengalahkan Prancis lewat drama adu penalti.
Akibat aksinya yang dengan tangguh menggalang lini pertahanan Italia, yang hanya kebobolan dua gol selama ajang Piala Dunia 2006, dirinya dijuluki sebagai "Tembok Berlin". Kemampuannya dalam membaca permainan, kelugasan, sekaligus ketepatannya dalam melakukan halauan membuat dirinya menjadi bek terbaik Italia bahkan dunia saat itu.
Kemampuannya ini memang sudah terlihat semenjak ia membela Napoli, dan semakin terlihat saat ia membela Parma, klub yang ia bela selama tujuh tahun lamanya. Berkat penampilan cemerlangnya di Parma, ia pun berhasil mendapatkan caps pertamanya bersama tim nasional Italia pada 1997.
Namanya semakin dikenal setelah membela Inter Milan dan Juventus, sekaligus membawa Italia meraih gelar juara dunia 2006. Dalam setiap permainannya, hal itu mencerminkan pentingnya peran seorang bek, dan itu sangat terlihat dalam gelaran Piala Dunia 2006. Hanya saja, penurunan mulai terjadi saat Cannavaro membela Real Madrid, kembali ke Juventus, membela Al-Ahly, untuk kemudian pensiun sebagai pemain pada 2011 lalu.
Dari penampilan-penampilan gemilang Cannavaro, dapat dilihat bahwa peran seorang bek dalam sebuah tim sepakbola bukanlah peran yang sembarangan orang dapat melakukannya. Butuh keluasan pandang yang baik juga kecakapan dalam membaca permainan sekaligus melakukan intercept.
Bagi Anda yang merindukan aksi-aksi dari seorang Fabio Cannavaro dan juga defender berkelas lainnya, Anda dapat melihatnya dalam sebuah acara bernama Grande Evento yang akan diselenggarakan pada Sabtu (21/5) malam, bertempat di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Cannavaro akan menjadi bagian dari Best XI Marcelo Lippi yang akan menghadapi eks Primavera Baretti. Bagi anda para pecinta bek berkelas, aksi Cannavaro ini tentu tidak boleh Anda lewatkan dalam list acara akhir pekan Anda.
foto: kokofeed.com
ed: fva
Komentar