Real Madrid dan Atletico Madrid bagai seorang pekerja dan pemilik modal. Real Madrid dengan keglamoran dan kemewahan yang ia tunjukkan, bahkan dalam logo klubnya pun, Los Blancos memiliki lambang mahkota. Sedangkan Atletico, sama sekali tidak memiliki lambang mahkota di dalam logo klubnya.
Pada Minggu (29/5) dini hari WIB, kedua klub ini akan bertemu dan saling memperebutkan lambang supremasi Eropa, yaitu trofi Liga Champions Eropa. Duel ini akan dilangsungkan di salah satu stadion besar Eropa, yaitu San Siro. Siapa yang akan memenangi laga ini, maka akan ada dua pengukuhan yang besar yang akan terjadi.
Pertemuan ini sendiri adalah pertemuan kedua setelah dalam pertemuan pertama saat 2014 lalu, si pemilik modal, Real Madrid, mengukuhkan diri sebagai juara dan hal itu membuat persaingan di Eropa masih didominasi oleh pemilik modal, meskipun perjalanan si pekerja keras, Atletico Madrid saat itu ke partai final pun lumayan diapresiasi.
Pertemuan kedua ini, maka akan ada pengukuhan ulang yang terjadi. Perang antara si pekerja dan si pemilik modal akan kembali berlangsung dan ketika pertandingan ini selesai, maka bukan tidak mungkin yang namanya keajaiban yang dihasilkan melalui kerja keras akan kembali terulang, seperti halnya kejadian Leicester City di Inggris.
Diego Simeone memang dikenal sebagai pelatih dengan mental pekerja keras. Mental ini sendiri sudah terbentuk saat ia masih aktif menjadi pemain. Selayaknya seorang pekerja, maka ia akan selalu bekerja keras sesuai dengan pekerjaan yang diberikan. Ini terlihat jelas dalam permainan Atletico Madrid yang mencerminkan kerja keras yang tanpa henti dalam bermain.
Pelatih asal Argentina ini sadar bahwa modal yang dimiliki oleh Atletico tidaklah sebanyak modal yang dimiliki oleh tetangganya, yang jelas-jelas merupakan pemilik modal, baik itu di Spanyol maupun di dunia. Oleh karenanya, ia berusaha untuk menarik potensi setiap pemain yang ia miliki, untuk kemudian menyatukannya sebagai sebuah unit yang bermain bersama.
Hal ini tercermin dari setiap komandonya di atas lapangan kepada para pemainnya. Salah satu perintah yang kerap diujarkan oleh seorang Simeone adalah agar setiap pemainnya berlari tanpa henti di lapangan. "Ayo lari, lari, lari," adalah frasa yang sering keluar dari mulut Simeone tiap kali Atletico bertanding.
Hasilnya? Pada musim ini saja (2015/2016), Atletico mampu mengalahkan para pemilik modal dari Spanyol dan negara lain seperti Barcelona ataupun Bayern Muenchen untuk kemudian melaju sampai partai final. Permainan penuh determinasi dan juga rapat menjadi ciri khas yang dimiliki Atletico, plus serangan balik menakutkan yang diaktori oleh pemain berbakat asal Prancis, Antoine Griezmann.
Sedangkan sang pemilik modal, Real Madrid, seperti yang kita ketahui adalah klub yang memiliki mahkota, sehingga setiap keberhasilan yang mereka raih, kalau harus jujur, diraih karena bantuan dana yang cukup berlimpah, yang dimulai sejak era Galacticos pertama pada akhir 90an. Bahkan, Zinedine Zidane, pelatihnya sekarang, adalah mantan Galacticos saat masa-masa aktifnya sebagai pemain.
Menjadi Galacticos, Madrid selalu bernaung dengan kemewahan. Dengan kemewahan itulah, mereka kerap mengusung permainan indah khas para bangsawan yang selalu memakai pakaian berhias permata untuk meraih kemenangan dan trofi. Salah satu trofi yang tentunya akan menjadi berkesan adalah saat mereka meraih La Decima, yang kebetulan mereka raih saat mengalahkan Atletico Madrid pada 2014.
Dalam pertemuan di San Siro nanti, Madrid tentunya ingin mempertahankan status "pemilik modal yang berkuasa" dengan meraih trofi Liga Champions Eropa. Hal ini tercermin dalam pernyataan Sergio Ramos, pahlawan dari para pemilik modal yang mencetak gol pada masa injury time dalam pertandingan di Lisbon 2014 lalu.
"Kami tidak ingin mengingat masa lalu lagi, karena kami akan berusaha untuk meraih apa yang sekarang sudah ada di depan kami. Anggap saja 2014 Lisbon itu seperti film," ujar Ramos.
Untuk 2016 ini, dalam kisah perang antara sang pekerja dan sang pemilik modal jilid kedua, Atletico memiliki kesempatan yang cukup besar untuk naik dan memukul balik si pemilik modal yang kadang sudah terlalu jemawa. Atleti mampu melakukannya di La Liga. Sekarang, kesempatan bagi mereka untuk melakukan hal yang sama di Liga Champions Eropa.
Jika hasil berpihak kepada Atletico, maka setidaknya harapan itu masih akan muncul, yaitu pekerja tak selamanya berada di bawah. Atletico akan meneruskan perjuangan Leicester City, dengan meneruskan "revolusi pekerja" di ranah yang lebih besar, yaitu ranah Eropa.
foto: barcablaugranes.com
Komentar