Achtung! Achtung! Tim Nasional Jerman menderita kekalahan! Mereka kalah 1-3 dari Slovakia dalam laga yang digelar di Augsburg, Minggu (29/5) malam. Jelang Piala Eropa yang akan dimulai pada Juni mendatang, tentunya ini adalah sebuah sinyal bahaya bagi tim yang sudah tiga kali memenangkan kompetisi antar negara Eropa ini.
"Yah, namanya juga pertandingan persahabatan, ya wajar aja Jerman sengaja kalah karena mungkin mereka tidak "serius" dalam pertandingan ujicoba ini". Anggapan itu mungkin saja benar adanya karena dalam laga persahabatan yang Jerman lakoni semenjak bulan November 2015 lalu, tercatat hanya satu kemenangan yang Jerman raih, yaitu melawan Italia dengan skor 4-1 pada 29 Maret.
Sisanya, Jerman menderita kekalahan dari Prancis 2-0 (13 November), Inggris 2-3 (26 Maret), dan terakhir kekalahan dari Slovakia 1-3 (29 Mei). Dari total empat pertandingan persahabatan, Jerman hanya meraih kemenangan sekali, dan tiga kali berakhir dengan kekalahan.
Hal ini tentunya mengundang tanya, apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh tim yang menjadi juara dunia pada 2014 ini? Apakah memang Jerman sengaja mengalah atau, ada hal lain yang sedang dilakukan oleh seorang Joachim Loew?
Dalam konferensi pers seusai pertandingan melawan Slovakia, Loew mengungkapkan bahwa dirinya sudah puas dengan penampilan tim, tapi ada beberapa hal yang harus mereka perbaiki, utamanya dari sisi pertahanan yang kerap meninggalkan celah bagi para penyerang lawan.
"Saya senang dengan cara menyerang kami. Namun, saya rasa kami memiliki masalah dengan lini pertahanan kami. Dalam pertandingan tersebut, kami memainkan dua pemain dengan tipel playmaker secara bersamaan, yaitu Mario Goetze dan Julian Draxler. Saya rasa hal itulah yang menciptakan banyak celah dalam lini pertahanan kami yang akhirnya dimanfaatkan oleh Slovakia," ujar Loew seperti dilansir DFB.
Melawan Slovakia, Jerman sebenarnya unggul terlebih dahulu lewat gol Mario Gomez yang mencetak gol lewat titik penalti. Hal sama juga terjadi ketika Jerman bertanding melawan Inggris. Saat itu Die Mannschaft unggul 2-0 terlebih dahulu sebelum akhirnya The Three Lions membalikkan keadaan menjadi 2-3.
Hal ini kembali terjadi di Augsburg. Jerman yang unggul terlebih dahulu tiba-tiba saja tertinggal dan kalah 1-3 dari Slovakia lewat gol-gol dari Marek Hamsik, Michail Duris, dan Juraj Kucka. Tentunya ada sebuah masalah yang harus segera diselesaikan oleh tim nasional Jerman, utamanya seperti yang dikatakan oleh Loew, yaitu masalah di lini pertahanan.
Selama empat pertandingan persahabatan sejak November 2015, total gawang tim nasional Jerman sudah kebobolan sembilan gol dan mencetak tujuh gol. Lini serang Jerman memang sudah tidak diragukan lagi ketajamannya. Berbagai pemain dengan naluri serang yang baik seperti Marco Reus, Mesut Oezil, dan Thomas Mueller, ditambah dengan hadirnya tenaga muda baru Leroy Sane membuat lini serang Jerman tidak perlu dikhawatirkan.
Apalagi, dengan kembalinya sosok striker dalam diri Mario Gomez membuat Loew memiliki banyak opsi serangan yang bisa digunakan, entah itu menggunakan Gomez sebagai pemantul atau finisher. Yang sebenarnya sedikit menjadi masalah adalah lini pertahanan.
Sembilan gol dari empat laga persahabatan jelas merupakan sesuatu yang cukup mengkhawatirkan. Yang membuat menarik adalah, enam dari sembilan gol yang tercipta berawal dari free kick dan juga para pemain yang diberikan space untuk menendang dari area sepertiga akhir lapangan. Hal ini menandakan bahwa ada cover yang kurang dari para gelandang bertahan Jerman sekaligus bek tengah yang kurang sigap dalam menghadapi situasi bola mati.
Untuk posisi gelandang bertahan, ada banyak nama yang bisa mengisi posisi tersebut. Toni Kroos, Julian Weigl, Sami Khedira, atau bahkan seorang Benedikt Howedes dan Mesut Oezil yang bahkan sempat berada pada posisi gelandang bertahan saat melawan Italia (Oezil menjadi seorang deep-lying midfielder ketika itu). Untuk bisa mencegah kebobolan dari area sepertiga lapangan akhir, alias tendangan jarak jauh, maka Jerman harus menempatkan seorang gelandang breaker di posisi tersebut.
Nama Sami Khedira bisa menjadi opsi, juga nama Bastian Schweinsteiger yang dapat menjadi stabilisator di lini tengah Jerman. Namun, terkhusus untuk Sami Khedira, dirinya terlalu banyak mengalami cedera di Juventus. Hal ini berpengaruh kepada jam tampilnya bersama Juve juga kepada fitnya kondisi dirinya untuk Piala Eropa 2016 ini. Pun dengan Schweinsteiger yang digosipkan akan dicoret dari skuad Jerman untuk Piala Eropa 2016.
Untuk stabilisator lini tengah, ada beberapa nama yang dapat Joachim Loew pertimbangkan seperti Emre Can yang tampil baik bersama Liverpool, Joshua Kimmich yang mulai mendapat tempat di Bayern Muenchen, dan juga nama Toni Kroos. Kroos bisa menjadi pilihan utama, asal ia didampingi oleh gelandang bertahan lain yang bertindak sebagai pembagi bola.
Tugas sebagai pembagi bola ini bisa saja diemban oleh seorang Mesut Oezil ataupun Julian Weigl (Weigl dan Kimmich baru mendapatkan caps pertamanya saat lawan Slovakia). Jikalau nanti Oezil turun lebih ke dalam, ada nama Mario Goetze dan Julian Draxler yang mampu bermain di posisi gelandang serang.
Sedangkan untuk bek sendiri, utamanya adalah bek tengah, sosok Mats Hummels sebagai pilot di posisi ini masih sangat dibutuhkan. Saat lawan Slovakia, ketiadaan Hummels begitu terlihat. Para bek Jerman terlihat lemah dalam mengatasi set piece. Jerome Boateng seperti kelihatan tandem saat Hummels tidak bermain.
Sebenarnya ada nama Benedikt Howedes ataupun Holger Badstuber yang bisa dimainkan sebagai tandem Boateng. Terkhusus untuk Badstuber, terlalu riskan memainkannya karena dirinya kerap berkutat dengan cedera. Nama Antonio Ruediger layak dipertimbangkan, apalagi ia menjalani musim yang cukup baik di Roma. Namun, ia masih perlu pengalaman yang banyak dalam menggalang lini pertahanan Jerman.
Pada dasarnya, Jerman membutuhkan seorang pilot di lini pertahanan sekaligus stabilisator di lini tengah. Hal ini demi menetralisir ancaman yang muncul ke lini pertahanan Jerman yang kerap muncul dari tendangan jarak jauh sekaligus set-piece selama laga persahabatan. Loew masih memiliki banyak waktu untuk menentukan skuat final yang rencananya akan diumumkan Selasa (31/5), dan juga memiliki waktu untuk menemukan formula yang pas untuk pertahanan timnya di Piala Eropa nanti.
foto: dfb.de
Komentar