Satu pemain yang dapat menarik kemampuan seluruh pemain dalam tim. Mungkin itulah yang ada dalam benak seorang Chris Coleman ataupun Fernando Santos saat melihat penampilan Gareth Bale dan Cristiano Ronaldo. Kemampuan olah bola mereka di atas rata-rata, seolah mereka seperti pemain atau malah manusia yang berasal dari planet lain.
Kemampuan super mereka ini mengingatkan kita akan seorang pahlawan dalam anime Jepang bernama One-Punch Man. Dalam anime ini, diceritakan bahwa Saitama, yang dijuluki sebagai One-Punch Man, adalah pahlawan yang sehari-hari kerap menolong warga Jepang yang diserang monster. Ia memiliki kekuatan satu pukulan yang dapat langsung menjatuhkan lawan, sekuat apapun lawan yang dihadapi.
Kekuatan ini, jika bisa disetarakan, mirip dengan kekuatan yang dimiliki oleh Ronaldo ataupun Bale. Ronaldo dan Bale, jika mereka mengeluarkan kekuatan super mereka, akan mengantarkan tim yang mereka bela meraih kemenangan. Real Madrid, klub yang mereka bela sekarang ini baru saja meraih Undecima. Itu adalah salah satu bukti sahih kekuatan Ronaldo dan Bale.
Sekarang, mereka akan membela negara mereka masing-masing dalam ajang Piala Eropa 2016. Bale akan membela Wales, sedangkan Ronaldo akan membela Portugal. Warga di kedua negara tersebut mengharapkan tuah dari kekuatan super Ronaldo dan Bale untuk membawa Wales ataupun Portugal berbicara banyak dalam ajang Piala Eropa 2016.
Wales, terakhir kali mengikuti kompetisi antar negara adalah pada Piala Dunia 1954. Sedangkan Portugal, prestasi terbaik yang mereka raih dalam kompetisi antar negara adalah dengan menjadi peringkat ketiga Piala Dunia 1966, finalis Piala Eropa 2004, dan peringkat keempat Piala Dunia 2006. Mendapatkan prestasi yang lebih adalah hal yang diharapkan.
Namun, perlu juga diingat bahwa dengan memiliki Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale bagai dua sisi mata uang. Kehadiran pemain berbakat tentu akan memberikan nilai plus bagi tim. Namun, ada juga kemungkinan bahwa akan timbul yang namanya one-man show, seperti yang dilakukan Saitama.
Saitama melakukan hal ini ketika ia melawan para monster-monster yang menyerang warga Jepang. Kekuatannya yang luar biasa membuat dirinya tidak membutuhkan bantuan orang lain dalam menghadapi monster-monster tersebut.
Cukup dengan satu pukulan, masalah selesai. Monster pergi, dan kota pun menjadi aman. Terkadang, ketika ada teman sekaligus murid pahlawannya yang ingin menolong, namanya Genos, Genos malah mendapati monster tersebut telah terkapar di tangan Saitama.
Kemungkinan Portugal dan Wales mengandalkan Bale dan Ronaldo seorang diri dalam ajang Piala Eropa 2016 tentu sangatlah besar. Ingat, mereka digadang-gadang memiliki kekuatan super yang membuat lawan-lawannya dapat takluk dengan mudah di tangan mereka. Bale dan Ronaldo dapat menyajikan keajaiban di lapangan seorang diri tanpa harus dibantu oleh rekan-rekannya.
Wales dan Portugal memiliki peluang besar untuk menjadi tim yang disebut sebagai one-man team. Tim yang hanya mengandalkan satu orang. Tim yang, lebih buruknya, hanya tergantung kepada satu orang. Hal ini ditolak mentah-mentah oleh Gareth Bale dan pelatih Portugal, Fernando Santos. Mereka menyebutkan bahwa tidak ada mereka pun, Wales dan Portugal tetaplah tim yang kuat.
"Tim ini (Wales) bukanlah one-man team. Kami adalah satu unit. Bersama kami lebih kuat dan kami sudah berlatih bersama dalam waktu yang lama," ujar Bale.
"Semua pemain saya adalah pemain yang penting. Portugal bukanlah one-man team," ujar Santos.
Tapi, seperti yang sudah-sudah terjadi, pada akhirnya tim yang memiliki satu pemain super akan mengandalkan satu orang saja. Seperti yang terjadi pada Portugal di Piala Dunia 2010 dan 2014, juga Piala Eropa 2012, momen-momen ketika Ronaldo benar-benar berjuang sendiri untuk Portugal.
Dengan mengandalkan satu pemain saja, hal ini tidaklah cukup untuk mengantarkan gelar juara ke genggaman. Bagaimanapun, pemain sepakbola bukanlah seperti pahlawan penyelamat umat manusia. Sebagus atau sedewa apapun kemampuan yang ia miliki, ia tetap membutuhkan dukungan dari pemain sekelilingnya.
Entah dukungan berupa sistem permainan yang disusun sedemikian rupa untuk mengakomodir pemain tersebut, ataupun formasi dan micro tactic yang pada akhirnya dapat memaksimalkan kemampuan pemain berlabel bintang tersebut, pada intinya pelatih dan pemain yang di sekitarnya harus memberikan dukungan kepada pemain itu (dalam hal ini Ronaldo dan Bale) agar ia tidak merasa menanggung semuanya sendirian.
Portugal dan Wales minimal bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh Argentina di Piala Dunia 1986. Ketika itu seorang Maradona boleh jadi melakukan sebuah aksi one-man show. Tapi, pelatih Argentina kala itu, Carlos Billardo, menyajikan dukungan bagi Maradona berupa sistem yang enak untuk dirinya dengan memasukkan pemain berbakat lain, Jorge Valdano, untuk menyokong Maradona.
Hal sama juga dilakukan oleh Alejandro Sabella saat Piala Dunia 2014 ketika ia menerapkan sistem yang mengakomodir kemampuan seorang Lionel Messi. Argentina mampu melaju sampai babak final sebelum ditumbangkan oleh Jerman.
Tidak salah bagi Portugal atau Wales memiliki pemain berbakat. Malah, itu bisa dianggap sebagai sebuah berkah. Namun, yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan berkah itu bagi kebaikan semua, salah satunya adalah tidak menjadikan tim Portugal dan Wales menjadi one-man team karena, Ronaldo dan Bale bukanlah Saitama.
foto: commons.wikimedia.org
ed: fva
Komentar