Dalam satu bulan terakhir, AS Roma diramaikan soal klausul pelepasan gelandangnya, Miralem Pjanic. Kabar tersebut berawal dari Barcelona yang melakukan kontak dengan Michael Becker selaku agen Pjanic. Maklum, Luis Enrique, Pelatih Barcelona, adalah orang yang membawa Pjanic ke Roma sewaktu masih menjadi pelatih di sana pada 2011 lalu.
Kemudian klub-klub besar lain mengikuti jejak Barcelona. Chelsea, Juventus, Manchester United, Paris Saint-Germain (PSG), Real Madrid, sama-sama menginginkan Pjanic. Mereka yakin jika Pjanic akan dilepas Roma. Sebab itulah salah satu jalan agar klub tersebut terhindar dari hukuman Financial Fair Play (FFP).
Tapi rupanya pergerakan Juventus lebih cepat. Mereka langsung menyiapkan uang sebesar 30,2 juta euro ditambah bonus 2 juta euro termasuk potongan 15% untuk memboyong Pjanic. Bahkan Juventus rela melepas gelandang serangnya, Roberto Pereyra, ke Watford untuk menambah dana perekrutan tersebut.
Akhirnya Pjanic pun resmi hijrah ke rival perebutan juara mantan kesebelasannya itu. Ia manandatangani kontrak untuk lima tahun ke depan di Kota Turin. Kepergian Pjanic ke Juventus adalah salah satu transfer terburuk dan menyakitkan dalam sejarah Roma. Sebab Pjanic adalah pemain yang membentuk kemewahan di lini tengah Roma seiring sembuhnya Kevin Strootman.
Hal itulah yang melahirkan asumsi bahwa Roma tidak perlu membeli gelandang baru pada bursa transfer musim panas ini. Mengingat stok di lini tengah memiliki pemain berkualitas lain dari Daniele De Rossi dan Radja Nainggolan. Mereka pun ditopang gelandang bermasa depan cerah seperti Gerson dan Leandro Parades.
Tapi sekarang kepergian Pjanic telah meninggalkan lubang besar di lini tengah Roma. Sebab ialah sumber pencipta gol dan asis kesebelasan berjuluk I Lupi (Si Serigala) tersebut. Sekarang Roma mulai bertanya-tanya, siapa yang akan mengambil tendangan bebas? Siapa yang akan mendikte lawan-lawannya? Siapa yang akan meluncurkan umpan panjang nan matang dari lini tengah?
Yang jelas, teralu dini jika merespons tugas Pjanic itu bisa dibebankan ke pundak Strootman. Gaya permainan kedua pemain itu jelas berbeda. Memang kembalinya Strootman adalah kabar baik, tapi ia masih memiliki jalan panjang agar permainannya kembali cemerlang seperti musim 2013/2014. Apalagi kekosongan Pjanic begitu kentara karena sudah menjadi bagian penting sejak 2011.
Kepindahan pemain asal Bosnia-Herzegovina itu ke Juventus terdengar gila. Roma seperti kembali ke titik nol, di mana mereka mulai membangun kembali tujuan mereka. Tapi pembangunan itu penuh dengan penderitaan dan rasa sakit, sehingga tidak bisa keluar melalui caranya sendiri.
Manajemen Roma seperti seorang mahasiswa yang kecanduan narkotika, yang berleha-leha menjelang ujian esok harinya. Mereka bukannya belajar, beristirahat dan mendapatkan jam tidur yang baik, melainkan menghisap sabu di area parkiran sebuah minimarket.
Soal kepergian Pjanic, apa yang dibutuhkan Roma saat ini tentu pemain pengganti yang sepadan. Kepergian pemain 26 tahun itu juga memperburuk kabar cedera parah Antonio Rudiger, serta Kostas Manolas dan Radja Nainggolan yang terus digoda Chelsea. Ditambah lagi mahalnya Lucas Digne untuk ditebus dari PSG.
Selama masih belum mendapatkan pengganti yang sepadan, Roma diharamkan untuk menjual Paredes. Sebab Parades dikabarkan bakal dijual atau kembali dipinjamkan kepada kesebelasan lain. Walau Roma bisa mengantisipasinya dengan menugaskan Diego Perotti atau Alessandro Florenzi menjadi gelandang tengah.
Harus Diapakan Uang Hasil Penjualan Miralem Pjanic?
Pada intinya Roma harus menjalankan tujuan utama penjualan Pjanic, yaitu mengurangi risiko hukuman FFP. Selain itu uang penjualan Pjanic bisa dipakai untuk meyakinkan pemain penting lainnya berupa perpanjangan kontrak dan kenaikan gaji. Seperti yang diketahui bahwa Nainggolan dan Manolas terus digoda klub-klub besar lainnya.
Tapi untuk perpanjangan kontrak dan kenaikan gaji itu mulai dijajaki Roma. Sebab kedua pemain tersebut akan ditawari perpanjangan kontrak sampai 2020 nanti beserta kenaikan gajinya. Setidaknya itu bisa menjadi jaminan agar mereka berpikir tidak hengkang menuju kesebelasan lain.
Dan seharusnya uang 32 juta euro juga bisa menambah dana Roma untuk mempermanenkan Digne. PSG rela pemainnya itu dipermanenkan Roma asal sanggup membayar 15 juta euro. Seyogianya Roma bisa mengusahakan jumlah itu dari hasil penjualan Pjanic. Namun Roma malah berkeinginan merekrut Mario Rui dari Empoli. Padahal Digne berhasrat ingin dipermanenkan kesebelasan besutan Luciano Spalletti itu.
Di sisi lain, hal yang wajib dilakukan Roma adalah mendatangkan gelandang baru. Beberapa nama bermunculan seperti Axel Witsel, Borja Valero, Christian Eriksen, Georgino Wijnaldum, Hakan Calhanoglu, Mateo Kovacic, hingga Piotr Zielinski. Dari nama-nama tersebut, Valero dan Calhanoglu-lah yang permainannya sedikit mirip dengan Pjanic. Tapi Valero sudah berkepala tiga dan Calhanoglu sulit dilepas Bayer Leverkusen. Selain soal gelandang, Roma juga masih perlu menambah satu bek berkualitas untuk menggantikan Rudiger. Begitu juga dengan penyerang untuk menutupi kemandulan Edin Dzeko selama musim lalu.
Tapi ketahuilah, bahwa kepergian Pjanic adalah mimpi buruk sebenarnya bagi Roma. Tapi dengan tidak atau adanya Pjanic, Roma tidak harus mengalami penurunan tajam dalam ketiadaannya. Sekarang para pendukung Roma tidak harus terlalu lama mengeluh, setidaknya mereka harus mempercayai kecerdasan taktis di tangan Spalletti itu sendiri.
ed: fva
Komentar