Amerika Serikat kalah 0-4 dari Argentina pada babak semifinal Copa America Centenario 2016. Kekalahan ini terasa begitu menyesakkan karena tinggal selangkah lagi Amerika Serikat untuk pertama kalinya dan menjadi satu-satunya kesebelasan yang menjadi juara Copa America Centenario. Namun, tak perlu ada yang disesalkan.
Amerika Serikat di bawah Juergen Klinsmann sempat membuat gebrakan dengan lolos dari fase grup di Piala Dunia 2014. Amerika sukses menyingkirkan Portugal dan Ghana, untuk lolos bersama Jerman dari Grup G.
Di babak 16 besar, Amerika Serikat kalah 1-2 dari Belgia. Namun, permainan mereka dipuji karena berhasil memberikan perlawanan sengit atas lawan-lawannya. Salah satu yang menjadi sorotan adalah penampilan sang kiper, Tim Howard, yang tampil begitu impresif.
Wajar rasanya kalau publik memiliki ekspektasi yang begitu besar terhadap Amerika Serikat di turnamen-turnamen selanjutnya. Namun, Amerika tak berhasil meraih juara di Piala Concacaf 2015 karena terhenti di babak semifinal, padahal turnamen dilangsungkan di depan publik sendiri. Amerika pun memiliki misi khusus di Copa America Centenario 2016 dengan target mencapai babak semifinal.
"Tujuannya adalah untuk sampai ke final four. Kami ingin sampai ke sana," tutur Klinsmann pada Mei silam.
Banyak yang menganggap Klinsmann takabur karena memberikan target jelang turnamen memiliki risiko besar. Tim akan terbebani dengan segala target tersebut. Di sisi lain, Amerika Serikat punya peluang menghadapi Brasil di babak perempat final, yang mungkin akan menjadi hadangan berat buat Brad Guzan dan kolega. Namun, dalam perjalanannya, Brasil justru tidak lolos dari fase grup. Amerika Serikat pun lolos sebagai juara grup, meski di pertandingan pertama sempat kalah 0-2 dari Kolombia.
Penampilan Amerika di Copa America Centenario tidak bisa dibilang bagus. Klinsmann benar-benar melakukan perubahan dari apa yang mereka tunjukkan di Piala Dunia. Contohnya dari cara bermain. Kini, Amerika lebih lama dengan bola dan mengambil inisiatif melakukan serangan. Cara berbeda ditunjukkan di Piala Dunia di mana Amerika Serikat bermain dengan lima bek dan lebih mengandalkan serangan balik. Dengan cara ini, Amerika terlihat lebih bermain efektif dengan memaksimalkan setiap peluang yang ada.
Amerika memang sempat menang besar 4-0 atas Kosta Rika. Namun, jika melihat dari cara mereka bermain, Amerika masih terasa tidak meyakinkan. Masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan lawan untuk membuka pertahanan Amerika Serikat.
Di babak perempat final, Amerika Serikat menghadapi Ekuador yang terbilang lawan mudah. Clint Dempsey dan kolega menang 2-1. Amerika Serikat memang sedang sial karena di semifinal, mereka sudah diprediksi akan bertemu Argentina, lawan yang jauh lebih berat ketimbang Brasil.
Tanpa diduga dan diharapkan, Amerika Serikat justru dibantai Argentina 0-4. Kekalahan ini menimbulkan beragam komentar negatif dari para penggemar, utamanya soal lini pertahanan Amerika yang mudah ditembus. Selain itu, kekalahan ini begitu disesalkan karena Amerika tinggal selangkah lagi ke final.
"Ini adalah turnamen terbesar sejak Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, dan aku pikir sebagai pemain Anda ingin ada di sana. Anda ingin membuat kesan yang bagus," kata Klinsmann masih dalam wawancara yang sama. "Kami berharap setiap pertandingan adalah partai final."
Tentu tidak perlu ada yang disesali oleh publik Amerika Serikat karena Klinsmann sejatinya sudah memenuhi target untuk mencapai semifinal; sebuah target yang sempat dianggap berlebihan pada awalnya. Namun, menyoroti kata-kata Klinsmann, partai menghadapi Argentina adalah sebuah "partai final" yang memalukan.
(fva)
Komentar