Hari ini adalah hari yang bersejarah bagi Britania Raya (UK). Pasalnya ada dua kubu yang sedang merayakan keputusan Brexit dan ada juga kubu yang sedang bersedih dengan keputusan Brexit. Menurut perhitungan data dari voting, tercatat 17.410.742 warga menyetujui Brexit, dan 16.141.241 memilih agar UK tetap dalam kesatuan Uni Eropa.
Publik sepakbola kini juga harus cemas atas dampak Brexit terhadap dunia sepakbola UK (terutama Inggris). Pasalnya dengan keputusan Brexit tersebut dikabarkan akan berdampak pada pemain non-Britania yang sedang dan akan bermain di Liga Inggris. Seperti kita ketahui bersama, siapa yang akan rela melihat keruntuhan sepakbola Inggris yang kini dianggap semua orang sebagai kiblat sepakbola dunia.
Bagi yang tidak tahu apa itu Brexit, Brexit adalah sebuah referendum yang menuntut agar UK keluar dari Uni Eropa. Brexit berasal dari dua suku kata, yaitu Britain dan Exit. Berikut adalah alasan kenapa UK ngotot ingin tinggalkan Uni Eropa, seperti yang dilansir oleh telegraph:
- Inggris telah bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) sejak tahun 1973. Selama 27 tahun, Inggris telah mengalami defisit perdagangan dengan negara-negara anggota MEE yang dengan rata-rata 30 juta pound per hari. Sebaliknya, neraca perdagangan Inggris mengalami surplus dengan setiap benua di dunia.
- Pada tahun 2010, kontribusi `kotor` Inggris untuk anggaran Uni Eropa mencapai 14 miliar pound sterling. Padahal, Inggris hanya bisa menyimpan 7 miliar pound sterling setahun dengan seluruh pengeluaran pemerintah.
- Angka yang tercatat di Komisi Eropa, biaya tahunan regulasi Uni Eropa lebih besar daripada keuntungan dari pasar tunggal dengan 600 sampai 180 miliar euro.
- Kebijakan Pertanian Bersama` membebankan setiap keluarga biaya sebesar 200 pound sterling per tahun karena tagihan makanan menjadi lebih tinggi sejak Inggris masuk UE.
- Jika berada di luar Kebijakan Perikanan Umum UE, Inggris bisa mengembalikan kendali atas perairan hingga 200 mil dari garis tengah. Inggris pun dapat mengambil sekitar 65 persen saham Laut Utara.
- Analisis mendalam oleh Departemen Kehakiman Federal Jerman menunjukkan bahwa 84 persen dari undang-undang di negara yang berasal dari Uni Eropa, bukan dari domestik Inggris.
- Di luar Uni Eropa, Inggris akan bebas untuk menegosiasikan perjanjian perdagangan yang jauh lebih liberal dengan negara-negara dunia ketiga daripada di Uni Eropa. Selama ini, Inggris harus berdagang di bawah Tarif Eksternal umum.
- Negara-negara dengan PDB per kapita tertinggi di Eropa Norwegia dan Swiss. Keduanya memiliki ekspor yang lebih proporsional ke Uni Eropa lebih besar dengan tingkat ekspor Inggris ke Uni Eropa.
- Di luar Uni Eropa, Inggris bisa menerapkan deregulasi, lebih kompetitif, dan menikmati surga `lepas pantai.`
- Inggris akan lebih demokratis
Dan sekarang, setelah disepakatinya UK keluar dari Uni Eropa, ada beberapa klausul yang akan menjadi tantangan warga Inggris setelah Brexit. Secara garis besar Brexit berdampak pada Perekonomian dan Geopolitik negara tersebut.
Yang pertama adalah dihapusnya kesepakatan MEE antara Inggris dan Uni Eropa. Yang kedua adalah UK harus menyusun ulang hubungan perdagangan dengan para negara Uni Eropa. Yang ke-4, dengan Keluarnya UK dari Uni Eropa, maka Inggris tidak lagi harus membayar 8,5 miliar Euro atau sekitar Rp 158 triliun per-tahun seperti yang terjadi pada tahun 2016. Dan yang terakhir adalah tentang masalah imigrasi, dengan disepakatinya Brexit, maka ketentuan tentang Imigrasi yang sudah disepakati dalam MEE akan terhapuskan. Secara garis besar, hubungan geopolitik antar negara akan didiskusikan ulang dengan satu persatu pejabat negara, bukan lagi dibicarakan dalam wadah Uni Eropa.
Dampak tersebut juga akan dirasakan oleh para publik sepakbola. Pasalnya keputusan perdagangan dan imigrasi antar negara juga akan berubah total. Para pemain sepakbola yang berasal dari negara-negara Uni Eropa tidak bisa lagi bebas bekerja dan keluar-masuk Inggris, mereka harus mendapatkan izin kerja. Selain itu, mereka harus bermain dalam persentase tertentu dalam jumlah total pertandingan tim nasional mereka beberapa tahun terakhir untuk bisa mendapatkan izin kerja.
Terlepas dari dampak yang akan menimpa dunia sepak bola UK, khususnya di liga Inggris, hakikatnya hal tersebut adalah dampak yang menimpa industri sepak bola Inggris. Dampak bagi pesepakbola asli Inggris, bisa dipastikan regenerasi sepakbola akan lebih menarik, dan bisa diramalkan akan banyak talenta baru yang bermunculan.
Liga Inggris masih bisa mengimpor pemain dari negara-negara yang tergabung dalam UK. Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara adalah negara yang tergabung dalam UK (Britania Raya) selain Inggris. Dan tentunya bila Liga Primer Inggris harus mengimpor pemain negara tersebut tidak dpersulit dengan permasalahan imigrasi.
Namun bagi penikmat sepakbola Inggris, Brexit akan menimbulkan "kekecewaan dini" terhadap kualitas Liga Primer Inggris. Dengan problema imigrasi serta kerjasama antar negara yang akan diperbarui, ditakutkan akan melumpuhkan atmosfer Liga Primer Inggris yang selama ini di banjiri oleh bintang sepakbola papan atas dunia. Hal tersebut sangat memungkinkan untuk terjadi, namun rasanya tidak adil bila kita melihat tantangan tanpa melihat peluang.
Dengan disepakatinya Brexit di UK bukan berarti klausul tersebut juga sudah harus berlaku untuk negara-negara Uni Eropa. Inggris masih punya waktu dua tahun untuk membuat kesepakatan baru dengan Uni Eropa.
“Dampak itu baru dirasakan secara utuh setidaknya setelah dua tahun,” tutur Ketua Umum Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA), Greg Dyke dalam BBC Sport.
Berdasarkan Traktat Pasal 50 dalam ketentuan Uni Eropa, prosedur keluarnya suatu negara dari Uni Eropa membutuh waktu selama dua tahun. Dan setelah dua tahun, baru-lah Inggris dinyatakan benar-benar keluar secara resmi dari Uni Eropa. Keputusan Brexit tersebut akan dikaji ulang oleh UK bersama negara anggota UE lainnya.
Maka bukan tidak mungkin bila permasalahan tentang Industri sepakbola ini juga akan dibicarakan ulang. Pasalnya Inggris adalah surganya sepakbola, baik bagi para pemain sepakbola hingga para investor yang berlomba-lomba menyokong klub-klub di liga Inggris. Inggris yang notabene pendapatan negaranya disokong oleh Industri sepakbola, pastinya tidak akan rela bila kartel industri sepakbola terbesar di dunia tersebut harus terpuruk lesu karena dampak Brexit.
Memang banyak ‘PR’ yang harus diselesaikan UK terkait keputusan Brexit ini, tidak terkecuali permasalahan sepakbola. Namun apapun yang akan terjadi terkait kedaulatan UK dan hubungannya dengan sepakbola, kita masih hanya bisa menerka-nerka saja. Karena sepakbola liga Premier Inggris bukan hanya urusan kompetisi antar kesebelasan tim di lapangan hijau. Lebih jauh, sepakbola Liga Premier Inggris mempunyai keterikatan dengan hal ikhwal politik dan ekonomi UK dan tentunya Uni Eropa sebagai importir pemain.
(@gigihgg)
Sumber gambar : chronicle.com
Komentar