Portugal berhak lolos ke quarter final setelah menghempaskan Kroasia dengan skor 1-0 di di Stade Bollaert-Delelis, Lens, Minggu (26/6). Gol semata wayang Portugal itu dicetak Ricardo Quaresma pada menit 117`. Gol Portugal memanfaatkan serangan balik setelah Ivan Perisic gagal menyelesaikan peluang akhir.
Uniknya gol tersebut dilahirkan dari satu-satunya percobaan tendangan ke arah gawang yang dilakukan Portugal. Sebelumnya, Portugal sama sekali tidak mampu melepaskan tendangan mengarah ke gawang. Bahkan tidak ada tendangan yang mengarah ke gawang selama 90 menit laga berlangsung.
Catatan itu merupakan pertama kalinya di Piala Eropa sejak 1980 silam. Memang berjalannya laga cukup membosankan. Kedua kesebelasan sama-sama memainkan tempo yang lambat, terutama di babak pertama. Sebetulnya Kroasia lebih menguasai pertandingan dengan penguasaan bola sebesar 56 persen. Tapi penguasaan bola mereka tidak mampu mengalir baik karena terjadi perubahan tugas di lini tengah. Dan perubahan tugas itu menyoroti peran seorang Luka Modric.
Gelandang itu kembali dimainkan setelah baru sembuh dari cedera. Ia diturunkan sebagai salah satu poros ganda pada formasi 4-2-3-1. Awalnya Modric bermain seperti biasanya. Ia bergerak di lapangan tengah dan Milan Badelj sebagai rekannya di poros ganda, bermain lebih bertahan. Badelj beroperasi di depan kotak penalti ketika Kroasia melancarkan serangan. Kemudian ia mundur sejajar dengan bek tengah untuk menutupi kekosongan Vedran Corluka.
Sementara Corluka bergerak ke kanan menjadi seorang defensive full-back. Sebab Darijo Srna yang ditempatkan sebagai full-back kanan lebih sering naik membantu serangan ke sepertiga akhir lawan. Strategi itu cukup efektif untuk meredam Ronaldo yang beroperasi di sisi kanan pertahanan Kroasia.
Ronaldo tidak bisa bergerak bebas. Ia cuma bisa melepaskan 33 operan tepat sasaran yang kalah jauh dari Renato Sanches sebagai pemain pengganti. Padahal Renato Sanches baru masuk sejak menit 49`. Bahkan Ronaldo tidak mampu memenangkan empat kali duel udara menghadapi Corluka.
Strategi itu memang efektif untuk meredam serangan Portugal. Apalagi kecenderungan serangan Portugal sering diarahkan kepada Ronaldo. Tapi keefektifan itu tidak berbanding dengan serangannya. Sebab terjadi perubahan peran Modric pada pertengahan babak pertama. Modric yang semula bermain di lapangan tengah, ditarik mundur lebih ke dalam di depan kotak penalti.
Modric menggeluti peran yang dilakoni Badelj saat itu. Sementara Badelj bergerak lebih ke depan. Ia dibantu Ivan Rakitic yang turun jauh ke bawah karena Badelj tidak bisa menguhubungi antara lini sebaik Modric. Kendati demikian, Badelj sangat baik dalam melakukan aksi-aksi bertahannya. Ia pun sempat melakukan dua tekel bersih dan dua kali mencegat operan lawan.
Tapi perubahan tugas Modric itu mengurangi kreativitas di lini tengah Kroasia. Mereka tidak bermain seperti biasanya, terutama ketika mengalahkan Turki pada fase grup. Alhasil Kroasia terus-terusan bermain dengan umpan panjang. Dan hasil umpan panjang itu tidak dikelola baik oleh lini depannya. Sebab Mario Mandzukic harus mendapat kawalan dari dua bek Portugal sekaligus.
Tidak ada aliran bola yang baik dari lini tengah. Rakitic kehilangan tandem di lini tengah karena perubahan tugas Modric. Sehingga tidak ada juga umpan-umpan terobosan untuk penyerangnya, atau menjadi penghubung antara lini dan sisi yang baik. Modric baru mulai kembali bermain ke depan ketika menjelang akhir babak kedua.
Fungsi itu tetap bertahan pada babak pertama tambahan waktu. Kemudian ia kembali beroperasi di depan kotak penalti pada perpanjangan babak kedua. Modric pun bergerak naik kembali ketika sudah tertinggal gol Quaresma. Tapi upaya tersebut sudah terlambat bagi situasi Kroasia saat itu. Dalam hal ini, nampaknya Kroasia terlalu memaksakan Modric bermain dalam waktu penuh.
Komentar