Oleh: Iskandar
Bayangkan rasanya menjadi Zinedine Zidane. Apa pun hasil pertandingan final Piala Eropa 2016 nanti, ia akan berbangga hati. Lebih spesifik dari Portugal melawan Prancis, ini adalah pertarungan antara dua pengguna nomor punggung 7: Cristiano Ronaldo dan Antoine Griezmann. Yang pertama adalah pemain utama di klub yang Zidane tangani, Real Madrid, sementara yang kedua adalah harapan terbesar yang Zidane miliki untuk melihat tim nasional Prancis – yang pernah ia bawa berjaya – menjadi juara.
Ronaldo vs Griezmann sewajarnya lebih besar dari Portugal melawan Prancis itu sendiri. Dalam waktu kurang dari dua bulan setelah Milan, keduanya bertarung lagi. (Pepe juga ambil bagian dalam pertandingan final Liga Champions 2015/16 tersebut, namun kali ini urusannya bukan dengan Griezmann, melainkan Mark Clattenburg. Wasit asal Inggris tersebut sudah tahu kelakuan Pepe, dan ia tak akan ragu memainkan lidah jika Pepe kembali berulah.)
Pada kesempatan pertama, Ronaldo yang juara. Lupakan kegagalan penalti Griezmann yang memengaruhi hasil akhir pertandingan. Kemenangan Real Madrid dan Ronaldo, sangat mungkin, besar kaitannya dengan fakta bahwa pada Liga Champions 2015/16 Ronaldo lebih subur dari Griezmann.
Selain bukti kualitas Ronaldo, 16 gol yang ia cetak sepanjang Liga Champions 2015/16 (Griezmann hanya tujuh gol) dengan sendirinya mengisahkan kerja keras dan kemauan besar Ronaldo untuk menjadi juara. Bukan berarti Griezmann tidak, siapa pula yang tak ingin juara, namun ada ganjaran untuk setiap perjuangan, bukan?
Jika jumlah gol pemain utama adalah jawaban untuk pertanyaan “siapa yang akan juara?” maka pada final kali ini Griezmann yang akan bersuka cita. Ia lebih subur dari Ronaldo (enam gol; Ronaldo tiga). Griezmann juga lebih efektif. Ia mencetak seluruh golnya dari jumlah tembakan tepat sasaran yang sama dengan Ronaldo (12 tembakan tepat sasaran).
Singkatnya, di Piala Eropa 2016, Griezmann lebih baik. Semakin jelas terlihat bahwa Griezmann lebih baik dan lebih pantas juara dari Ronaldo jika kita ingat bagaimana Portugal lolos ke final: hingga mengalahkan Wales 2-0 di semifinal, tak pernah Portugal menang di waktu normal.
Ah, tapi kita tahu bukan seperti itu kerja sepakbola. Menuding Ronaldo tidak bekerja sekeras Griezmann tidak sepenuhnya tepat. Ada bukti statistik untuk ini: Ronaldo secara keseluruhan melepas 29 tembakan, nyaris dua kali lipat Griezmann (15). Tidak lebih baik dari Griezmann bukan berarti Ronaldo tidak bekerja lebih keras. Dan untuk alasan ini saja, Ronaldo pantas berada di final.
Beruntung? Ada enam pertandingan yang dijalani hingga final; masa iya bisa melewati semuanya dengan beruntung saja?
Lain hal, enam pertandingan tersebut tidak ada artinya. Final itu kejam karena membuat yang kalah tampak lebih payah dari mereka yang tidak sampai ke puncak.
Segala yang telah Ronaldo dan Griezmann lakukan untuk mencapai final adalah catatan pribadi mereka, tak ada urusannya dengan satu sama lain. Griezmann tidak lebih baik dari Ronaldo karena efektivitasnya, Ronaldo tak lebih baik dari Griezmann karena kerja kerasnya. Adalah hasil akhir pertandingan final yang menjadi penegas dalam debat siapa yang lebih baik ini.
Penulis adalah regista dari www.bolapedia.co.
Komentar