Didier Deschamps memiliki alasan tersendiri yang membuatnya mencoret nama Karim Benzema, penyerang Real Madrid, dari skuat Piala Eropa 2016 karena masalah di luar lapangan. Meskipun begitu, diduga pencoretan Benzema tersebut terdapat ikut campur Federasi Sepakbola Prancis (FFF) dan petinggi negara pada Deschamps. Padahal Benzema tampil gemilang bersama kesebelasannya selama musim lalu dan berhasil menjuarai Liga Champions 2015/2016.
Kritik kemudian lahir atas dasar kegagalan Prancis menjuarai Piala Eropa 2016 karena dikalahkan Portugal pada partai final terlebih begitu banyak peluang yang diciptakan Andre-Pierre Gignac, Antoine Griezmann dan Olivier Giroud di depan gawang Portugal. Tapi tidak ada satu pun di antara mereka yang mencetak gol selama 120 menit.
Giroud memang mencetak tiga gol di Piala Eropa 2016. Tapi perlu diingat juga ia bermain buruk ketika melawan Rumania dan Islandia. Giroud tidak bisa berkutik di dua laga tersebut dan percobaan tendangannya sering meleset, akurasi tendangan Giroud pada dua laga itu tidak lebih dari rataan 43 persen.
Sementara itu Gignac tidak terlalu menonjol dalam enam penampilannya karena di lima laga ia hanya tampil sebagai pemain pengganti. Kendati tendangannya membentur tiang gawang di menit akhir final, tapi akurasi tembakan Gignac lebih buruk ketimbang Giroud. Akurasi tembakan Gignac pada laga tersebut hanya mencapai 29 persen.
Tidak diragukan lagi jika Benzema adalah pilihan terbaik bagi Prancis setelah mencetak banyak gol dan peluang di setiap pertandingannya bersama Madrid. Ia juga rajin menyumbangkan asis dan presentase dan akurasi tembakannya selama musim lalu bersama klub lebih baik ketimbang Giroud dan Gignac.
Prancis beruntung masih memiliki para pemain tengah seperti Paul Pogba dan Dimitri Payet serta Antoine Griezmann. Tapi Prancis tentunya membutuhkan penyerang tengah yang bisa diandalkan untuk menyelesaikan berbagai peluang yang telah tercipta. Kekalahan di final pun merupakan kedua kalinya bagi Prancis bermain tanpa mencetak gol di Piala Eroa 2016 setelah ditahan imbang Swiss di fase grup.
Sementara itu ditinggalkannya Benzema mendapatkan kritik dari Alvaro Arbeola sesama pemain Madrid. Arbeola sendiri merasa Benzema masih layak memperkuat Prancis walau terlibat skandal yang melibatkan Mathieu Valbuena, "Itulah yang terjadi ketika Anda meninggalkan pemain nomor sembilan terbaik di dunia di rumahnya sendiri. Selamat untuk Portugal, Cristiano Ronaldo dan Pepe," tulis Arbeola yang menyinggung kegagalan Prancis di akun Twitternya.
Beberapa hari menuju laga final pun Benzema tidak ingin ambil pusing. Pemain 28 tahun itu lebih memilih berlibur di Saint Tropez, Prancis. Benzema justru menulis ucapan selamat kepada Portugal melalui akun Twitternya,"Selamat Portugal! Cristiano Ronaldo dan Pepe," tulisnya.
Kegagalan Prancis itu akhirnya membuat sadar FFF dan tim nasionalnya. Presiden FFF, Noel Le Graet, melakukan konferensi pers kemarin untuk membahas Prancis di Piala Eropa 2016. Ia mengatakan jika Benzema diizinkan kembali ke skuat Prancis jika berada di situasi yang tepat.
"Dia tidak dilarang seumur hidupnya. Ini merupakan kasus yang sedang berlangsung dan kami harus melihat bagaimana perkembangannya. Pelatih memiliki pilihan untuk tidak memakainya tapi ia tidak ditangguhkan. Dia (Deschamps) memilih untuk mengeluarkannya untuk kepentingan harmonisasi skuatnya," ujar Le Graet seperti dikutip dari Gazzetta World.
Tipikal Deschamps memang lebih mementingkan harmonisasi skuatnya ketimbang menyertakan pemain yang lebih baik. Tapi ketika bola berada di kaki Gignac pada laga final, bukan tidak mungkin Deschamps justru berharap bahwa Benzema-lah yang seharusnya berada di lapangan saat itu.
Sumber lain: Bein dan Marca.
Komentar