N’Golo Kante resmi berseragam Chelsea. Mahar sebesar 32 juta pounds membuat pemain yang pada perhelatan Piala Eropa 2016 ini membela timnas Prancis resmi mendarat di Stamford Bridge. Ia menjadi salah satu rekrutan penting musim ini setelah The Blues berhasil menggaet striker muda asal Belgia, Michy Batshuayi.
Kedatangan Kante ini tentunya disambut dengan penuh antusias oleh manajemen Chelsea. Kante yang pada musim lalu menjadi salah satu gelandang tengah yang cukup berpengaruh di Leicester City ini diharapkan mampu kembali membuat lini tengah Chelsea kuat lagi seperti ketika mereka menjuarai Liga Primer Inggris 2014/2015.
Chelsea memang sempat dikenal sebagai tim dengan lini tengah yang cukup kuat. Ketika ditangani oleh Jose Mourinho pada musim 2014/2015, lini tengah Chelsea menjadi lini tengah yang tangguh dengan dua nama yang berpengaruh di dalamnya sebagai double pivot, yaitu Cesc Fabregas dan Nemanja Matic.
Saat itu, kedua pemain ini membentuk sebuah kombinasi yang mematikan di lini tengah Chelsea. Gelandang asal Serbia, Nemanja Matic menjadi seorang gelandang yang sifatnya the right man in the right place. Staminanya yang baik membuat dirinya mampu menjadi gelandang box-to-box yang tangguh, melapis empat bek Chelsea sekaligus membantu penyerangan kala penyerangan Chelsea menemui jalan buntu.
Sedangkan Fabregas, dengan posisinya sebagai seorang deep-lying midfielder seringkali membuat pertahanan lawan terbagi konsentrasinya dengan umpan-umpan memanjakan yang ia lepaskan ke lini depan. Ia juga berperan sebagai seorang playmaker dan kreativitasnya begitu diandalkan dalam memodifikasi serangan Chelsea.
Namun, entah kenapa pada musim 2015/2016, kedua pemain ini seolah-olah menjadi pesakitan di tim Chelsea. Matic tidak sekuat pada musim 2014/2015 ketika harus bertarung dengan gelandang-gelandang tengah lawan, ia juga kerap malas turun untuk membantu pertahanan ketika naik menyerang.
Sementara itu, Fabregas seolah hilang kreativitasnya dalam membangun serangan. Suplai-suplai bola apik yang ia perlihatkan pada musim 2014/2015, sekaligus juga yang membantu Diego Costa dalam mencetak gol, tidak terlihat lagi pada musim 2015/2016. Bahkan, saking frustasinya, ia sempat curhat kepada ESPN FC. Ia berujar bahwa ia sempat lupa bagaimana caranya bermain sepakbola.
“Setiap malam, saya pulang ke rumah, dan saya mengatakan kepada istri saya bahwa saya seperti lupa caranya bermain sepakbola,” ujarnya.
Akibat dari buruknya permainan kedua gelandang ini, Chelsea akhirnya tidak mampu bersaing dalam perebutan gelar juara Liga Primer Inggris. Hasilnya, The Blues harus puas duduk di peringkat ke-10 musim lalu.
Kedatangan Kante yang Diharapkan Memperkuat Lini Tengah
Antonio Conte tampaknya membuka matanya akan masalah ini. Ia sadar bahwa lini tengah Chelsea adalah salah satu sumber masalah buruknya penampilan Chelsea musim lalu. Oleh karenanya, merekrut Kante, meski harus bersaing dengan klub-klub lain, adalah sebuah kebutuhan bagi Chelsea.
Beruntungnya, seperti yang pernah diungkapkan oleh Daily Telegraph, Kante pun sudah memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya di Leicester dan memilih untuk pindah ke Chelsea, meski The Foxes sudah memberikan kontrak yang cukup menggiurkan bagi dirinya, dengan gaji sebesar 100.000 pounds per pekan.
Keinginan Kante dan Chelsea yang saling bertemu inilah yang membuat proses transfer Kant eke Stamford Bridge berjalan dengan lancar. Dengan mahar 32 juta pounds – lebih murah tiga juta pounds dari tawaran yang dilepaskan oleh Jiangsu Suning – Kante resmi mendarat di Chelsea dan akan menjadi bagian dari skuad Antonio Conte musim depan.
Lalu, apa yang dapat Kante berikan untuk Chelsea? Dengan catatan yang cukup mengagumkan di Leicester musim lalu, yaitu dengan total 281 tekel dan intersep, lebih besar dari total tekel dan intersep Matic dan Fabregas yang dikombinasikan musim lalu, yaitu 221, Kante menjanjikan sebuah lini tengah yang kuat bagi Chelsea.
Kante yang sedang berfoto bersama trofi Player of The Year untuk Leicester di King Power Stadium. Sumber: @NUFC_Banter
Kante, yang pada musim 2015/2016 juga menjalin duet lini tengah yang kuat di Leicester City bersama dengan seorang Danny Drinkwater, memiliki catatan umpan yang cukup apik. Berdasarkan catatan dari Squawka, persentase umpan sukses Kante musim lalu sebesar 82%, salah satu persentasi umpan sukses tertinggi di Leicester. Selain itu, ia juga masuk jajaran sepuluh gelandang terbaik Liga Primer Inggris musim 2015/2016 bersama dengan Riyad Mahrez, Dimitri Payet, dan Mesut Ozil.
Catatan-catatan di atas memperlihatkan apiknya permainan Kante di lini tengah. Ia bisa berperan sebagai petarung di lini tengah, dengan angka rataan tekel dan intersep nya yang tinggi, dan di sisi lain ia juga bisa menjadi pembagi bola yang baik di lini tengah dengan catatan 82% umpan akuratnya. Kedatangannya tentu memberikan sebuah angin segar bagi lini tengah The Blues yang begitu loyo pada musim 2015/2016.
Bagaimana Kante dengan Gelandang Lain?
Meski memiliki kemampuan yang terbilang kumplit sebagai gelandang tengah, sebagaimana ketika ia bermain di Leicester, Kante akan lebih berfungsi jika ia ditempatkan sebagai double pivot, dengan satu gelandang lain yang tipikalnya berbeda dengan dirinya.
Ketika di Leicester, ia ditempatkan bersama dengan seorang Drinkwater. Drinkwater, yang merupakan gelandang akan berduel dengan lini tengah lawan. Ini membuat kerja seorang Kante menjadi lebih efektif sebagai pembagi bola ataupun gelandang box-to-box.
Conte pun dapat melakukan hal yang sama. Ia bisa menempatkan seorang Obi Mikel dan Matic yang bertipe hampir sama dengan seorang Drinkwater dan memerankan Kante sebagai gelandang box-to-box, dan menempatkan Fabregas sebagai seorang gelandang serang no. 10, memanfaatkan kreativitas gelandang asal Spanyol ini dalam membongkar pertahanan lawan.
Dalam kemungkinan formasi-formasi dasar yang akan diterapkan Conte, entah itu 3-5-2 atau 3-4-3, ataupun formasi dasar yang menggunakan empat bek, seperti 4-3-3, Kante akan menjadi alternatif yang baik bagi pelatih asal Italia ini. Kemampuannya yang lengkap sebagai seorang gelandang tengah akan membuat lini tengah Chelsea kuat kembali.
Sisanya, tinggal Kante yang menentukan, apakah ia akan cepat beradaptasi dengan sepakbola Conte yang tentunya akan cukup keras, seperti yang pernah Conte katakan bahwa ia akan menularkan semangat kerjanya kepada pemain, atau tidak. Namun, melihat etos kerja yang ia perlihatkan kala berseragam Leictester, tampaknya Kante memiliki peluang untuk mengisi satu posisi sebagai pemain tengah utama dalam skuat The Blues musim ini.
Komentar