Persib biasanya bermain buruk di Stadion Mandala, Jayapura. Bahkan, pada 2008 silam Persib pernah dihancurkan 6-0 oleh Persipura Jayapura ketika bermain di Stadion Mandala. Maka, tak heran bahwa bobotoh Persib diliputi oleh kekhawatiran jelang laga Persipura yang akan dilangsungkan pada Kamis (21/7) di Stadion Mandala, Jayapura.
Ditambah lagi dengan fakta bahwa Persipura sekarang ini penampilannya sudah semakin membaik dan menjadi salah satu tim papan atas Torabika Soccer Championship A 2016 bersama Arema Cronus, Madura United, dan Sriwijaya FC. Tentunya bayang-bayang pembantaian 6-1 menyeruak di dalam imaji para bobotoh.
Namun, apa yang terjadi di Mandala pada Kamis (21/7) benar-benar sebuah hal yang tak terduga. Dengan disiplin taktik yang baik, Persib mengalahkan Persipura dengan skor 2-0 lewat gol dari Vladimir Vujovic dan Samsul Arif. Kemenangan ini menjadi kemenangan away pertama Persib dalam gelaran TSC A 2016 ini.
Tentunya ada beberapa alasan kenapa Persib mampu memenangkan pertandingan di Jayapura ini. Selain tentunya karena disiplin taktik yang baik, faktor-faktor lain juga cukup berpengaruh.
Pertahanan Disiplin Persib Menjadi Kunci
Para pemain fullback menjadi kunci kemenangan skuat berjuluk Maung Bandung tersebut pada pertandingan kali ini. Mereka bermain dengan sangat disiplin. Maksud dari fullback yang disiplin ini bukan fullback yang tidak rajin membantu serangan. Fullback Persib rajin dalam membantu serangan, utamanya ketika Maung Bandung melakukan serangan balik. Tony Sucipto dan Jajang Sukmara selalu maju ketika Persib sulit dalam membangun serangan. Jajang Sukmara adalah fullback yang rajin maju membantu serangan Persib via sayap kanan.
Nilai plus kedisiplinan fullback di sini, ketika bola terebut dan attacking phase beralih menjadi milik Persipura, fullback Persib melakukan trackback untuk menutup serangan Persipura yang dominan lewat kedua sayap mereka. Inilah yang membuat serangan Persipura kerap terhenti di kaki Boas.
Selain itu, winger Persib, yaitu Tantan dan Zulham Zamrun juga kerap turun membantu pertahanan kala Persib diserang. Ini semakin mempersulit Persipura untuk masuk ke kotak penalti dan menciptakan peluang. Apalagi ketika babak kedua Persipura harus bermain dengan 10 orang pemain pasca Ricardo Salampessy dikeluarkan dari lapangan.
Selain itu, para pemain di lini pertahanan juga bermain apik. Rudolf Yanto Basna dan Vladimir Vujovic kembali diduetkan dalam laga ini. Seperti halnya ketika melawan Persija, duet ini menjadi duet yang sulit ditembus oleh para penyerang Persipura. Selain itu, Hariono dan Kim Kurniawan yang bermain sebagai double pivot mampu menjadi stabilisator area tengah Persib. Praktis, Boaz Salossa yang menjadi supplier bola dan Boakay Eddy Foday yang menjadi striker di depan terisolir.
Tak ada ruang sama sekali bagi Boaz untuk berkreasi. Setelah mematikan pergerakan sayap, plus juga mematikan pergerakan seorang Boaz dan Eddy Foday, Persipura semakin sulit untuk menyerang.
Penyerangan Efektif Persib
Persib, meski dalam statistik penguasaan bola kalah dari Persipura, mereka mampu bermain lebih efektif dengan memainkan serangan yang bersifat direct. Aktornya di sini adalah seorang Robertino Pugliara, Sergio van Dijk, Zulham Zamrun, dan Tantan. Plus dua fullback yang kerap maju, namun, di balik itu keempat pemain inilah yang menjadi motor serangan Persib.
Robertino rajin menyisir area sepertiga lapangan akhir Persipura, malah sampai beberapa kali mundur ke belakang dan bergerak ke sayap untuk menarik perhatian double pivot Persipura. Van Dijk, meski tidak mencetak gol, adalah ball keeper yang baik. Sulit bagi Bio Paulin Pierre ataupun Justinus Pae untuk merebut bola dari kaki van Dijk. Striker yang pernah bermain di Liga Thailand ini juga sering kali menarik perhatian para bek tengah dan memberikan ruang bagi dua winger Persib.
Zulham dan Tantan, plus Samsul Arif yang masuk pada babak kedua, menjadi sosok yang kerap membahayakan pertahanan Persipura. Selain kerap turun, kala harus menyerang mereka akan ada di pos mereka untuk kemudian menusuk ke dalam kotak penalti Persipura. Mereka juga kerap memanfaatkan ruang kosong yang ditinggalkan para fullback Persipura untuk menyusun serangan.
Persipura Kesulitan Bermain dengan 10 Pemain
Sejak babak kedua, Persipura bermain dengan 10 pemain. Ini adalah situasi yang berat, apalagi sepanjang babak pertama pun Persipura sudah kesulitan untuk membangun serangan karena minim sekali ruang di lini pertahanan Persib.
Oleh karenanya, Jafri Sastra memerintahkan Jaelani Arey untuk lebih sering maju ke depan membantu serangan. Isaac Wangai turun ke belakang untuk membantu seorang Bio Paulin. Tinus Pae juga dimaksimalkan untuk membantu pertahanan. Namun, masalah Persipura bukan hanya di situ.
Meski Arey sering maju ke depan dan memberikan tekanan lebih, Persib sudah kadung unggul sehingga mereka bermain lebih rapat. Jajang dan Tony lebih sering berada di areanya sendiri ketimbang maju. Pun Kim dan Hariono yang seolah-olah keduanya menjadi gelandang box-to-box. Boaz sulit untuk berkreasi dan membagikan bola di lini depan.
Ditambah lagi dengan sosok Boakay Eddy Foday yang juga berhasil dimatikan dan tidak rajin bergerak, hal ini semakin menyulitkan Persipura yang bermain dengan 10 pemain. Hasilnya Mutiara Hitam pun minim peluang sepanjang babak kedua karena serangan mereka kerap berhasil dimatikan oleh para pemain Persib.
***
Disiplin secara taktis membuat Persib memenangkan pertandingan kali ini. Namun, ini juga tidak lepas dari tim Persipura yang seolah kehilangan kreativitas. Pujian tentu patut diberikan kepada Djajang Nurjaman yang mampu menerapkan kesadaran taktik kepada pemain Persib dalam laga ini, sekaligus pekerjaan rumah bagi Jafri Sastra untuk menemukan solusi bagaimana membongkar pertahanan yang sama seperti dilakukan oleh Persib. Seandainya nanti bertemu dengan tim dengan pola permainan sama.
Komentar