Perpindahan pemain dari satu kesebelasan ke kesebelasan lain menjadi hal yang paling ditunggu penggemar sepakbola dalam setiap jeda kompetisi. Di jeda musim panas 2016, kabar kepindahan Paul Pogba dari Juventus ke Manchester United menjadi hal yang paling menyedot perhatian.
Kabar tersebut memang begitu mengagetkan. Betapa tidak, selain karena ia disebut bakal hijrah ke kesebelasannya di masa lalu, Manchester United, kepindahan Pogba ke United juga bakal menembus angka yang fantastis. 100 juta paun disebut sebagai mahar yang harus dibayar oleh United untuk menebus Pogba.
Fantastisnya kabar kepindahan Pogba ke United nyatanya tidak hanya menaikkan nama tiga unsur dalam transfer ini – Pogba, United, dan Juventus – tapi juga pihak-pihak lain. Salah satunya adalah Mino Raiola, yang merupakan agen Pogba.
Pria berdarah Italia ini mulai dikenal sebagai agen Pogba saat pemain timnas Prancis ini akan menerima tawaran kontrak baru dari United pada 2012. Selayaknya agen pemain, Raiola-lah orang yang mengurusi segala tetek bengek transfer Pogba.
Masa Lalu dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Transfer
Mino Raiola lahir di Salerno, Italia selatan, pada 4 November 1967. Ketika Raiola berusia kurang lebih setahun, keluarganya memutuskan hijrah ke Haarlem, Belanda. Di Belanda, keluarganya membuka sebuah restoran yang menjual makanan-makanan Italia bernama Napoli. Dalam perjalanannya menuju dewasa, Raiola pun ditugaskan ayahnya untuk menjadi pelayan di restoran ini.
Raiola kecil tumbuh sebagai penyuka tenis meja dan sepakbola. Seiring berjalannya waktu dan beban mengurus restoran yang semakin berat, Raiola pun mulai meninggalkan tenis meja dan hanya fokus di sepakbola.
Kecintaannya di sepakbola berbuah jabatan manajerial. Pada usia 22 tahun, dia dipercaya menjadi salah satu petinggi di HFC Haarlem, namun karena beberapa alasan, ia hanya berada di kesebelasan tersebut dalam waktu yang sebentar.
Lahir dalam keluarga Italia membuat Raiola mampu mahir berbicara dalam dua bahasa, Italia dan Belanda. Kapasitasnya tersebut membuatnya dilirik oleh salah satu agensi pemain asal Belanda bernama Sports Promotion. Di agensi tersebut, ia dipercaya mengurusi segala transfer yang melibatkan pemain Belanda ke Negeri Pizza.
Menjadi pegawai di dunia agensi pemain ternyata tak membuatnya senang. Pada akhirnya, Raiola memilih untuk keluar dan membentuk agensi pemain sendiri.
Piala Eropa 1996 menjadi kompetisi pertama yang membuka matanya dalam membidik bakat baru. Dan, nama Pavel Nedved menjadi bakat pertama yang ia temukan dalam sepakbola untuk “diasuh”.
Berkat kepiawaiannya berbicara, Pavel Nedved yang dikabarkan oleh Corriere dello Sport sudah menyatakan setuju bergabung dengan PSV Eindhoven nyatanya harus memutar haluan dan pada akhirnya memilih hijrah ke Lazio dengan biaya 3,5 juta Euro.
Tidak hanya jago soal melakukan negosiasi, Raiola juga pandai memanfaatkan situasi. Utang menumpuk Lazio pada 2001, yang saat itu dipimpin Sergio Cragnotti, membuat Raiola memberikan penawaran kepadanya untuk menjual Nedved guna menutup kerugian finansial. Cragnotti setuju, Nedved dijual ke Juventus yang saat itu dipimpin Luciano Moggi, yang disebut telah memiliki kesepakatan dengan Raiola mengenai Nedved.
Transfer Nedved membuka cerita lain transfer pemain, yang mana ternyata agen pemain memiliki peran kunci untuk menentukan kesebelasan mana yang pantas untuk pemain yang mereka asuh.
Super Agen dengan Penampilan Standar
Nama Raiola mendadak tenar beberapa hari terakhir. Hal ini disebabkan oleh kicauannya di akun twitter pribadinya. Pada tweet yang ia tulis 21 Juli tersebut, Raiola menuliskan, “Tidak ada kata sepakat mengenai Paul Pogba, banyak bla bla bla.”
Jika dijabarkan, tweet tersebut memiliki dua makna: belum ada kata sepakat mengenai kepindahan Paul Pogba dari Juventus ke kesebelasan manapun, dan yang kedua dengan menggunakan kata “bla bla bla” Raiola bisa disebut begitu cuek.
Sikap cuek memang mudah disimpulkan jika Anda melihat gambar-gambar di internet yang menunjukkan keseharian Raiola. Dalam beberapa gambar bersama pemain yang ia urus, macam Zlatan Ibrahimovic, Paul Pogba, hingga Mario Balotelli.
https://twitter.com/Mascleta/status/759006104911122434/photo/1
Foto bersama Mario Balotelli pada 2013 jadi salah satu contohnya. Dalam foto tersebut Raiola hanya mengenakan jaket ber-hoodie dan sneakers, jauh lebih “sederhana” berbeda ketimbang Balotelli, yang disebelahnya berpakaian begitu modis.
Melihat kekayaannya saat ini, sosok super agen dengan penampilan biasa harusnya tidak terlihat dari Raiola. Pasalnya, saat ini, perusahaannya diklaim Forbes memiliki kekayaan 285,7 juta USD. Hal tersebut membuatnya kerap dibandingkan dengan Jorge Mendes, super agen lainnya.
Raiola memang berbeda dengan Mendes, yang mengasuh beberapa pemain seperti Cristiano Ronaldo, James Rodriguez, dan Pepe; identik dengan jas, dasi, dan tentu saja jam Rolex. Tak seperti Mendes, Raiola tidak pernah tampak glamor. Dalam beberapa sesi, seperti liburannya dengan Balotelli, ia terlihat begitu sederhana. Apakah ini jadi alasan Ibrahimovic memilihnya?
Tak Lepas dari Kontroversi
Seperti halnya Ibrahimovic, Raiola juga sosok yang gemar melepas kontroversi melalui pernyataan-pernyataannya. Salah satu pernyataannya yang terkenal tentu saja ketika ia menemui Ibrahimovic untuk kali pertama.
“Kau pikir aku bisa menjualmu dengan statistik seperti ini?" ujar Raiola saat itu kepada seraya menunjukkan statistik striker top lain seperti Christian Vieri, Filippo Inzaghi, dan David Trezeguet.
Selain pernyataan tersebut, masih ada pernyataan Raiola lain yang mengundang kontroversi. Berikut dihimpun dari beberapa sumber.
“Everton tidak lagi butuh uang, tapi Romelu Lukaku perlu bermain untuk kesebelasan yang bisa memenangkan banyak trofi” – pendapat Raiola mengenai Lukaku dan pemilik anyar Everton, Farhad Moshiri.
“Saya pikir dia ingin balas dendam kepada Guardiola” – pernyataannya ketika Zlatan Ibrahimovic belum memutuskan hengkang ke Manchester United.
“Pogba lebih berharga ketimbang Gareth Bale. Jika Bale bisa dihargai 100 juta Euro lebih, tentu Pogba harus dihargai dua kali lipat” pernyataan Raiola mengenai harga Pogba.
“Sepp Blatter adalah diktator” – pendapatnya mengenai eks Presiden FIFA, Sepp Blatter.
“Pep Guardiola adalah pelatih yang hebat, tapi di sisi lain ia adalah seorang baj*ngan” – ucapannya mengenai Pep Guardiola.
Komentar