Pada musim 2015/2016, Arsenal melepaskan kesempatan emas untuk menjuarai Liga Primer Inggris yang belum lagi mereka dapatkan sejak terakhir juara lebih dari 10 tahun yang lalu. Sempat menjadi juara paruh musim, mereka tergelincir pada putaran kedua sehingga akhirnya mampu disalip Leicester City.
Masalah laten kembali dialami Arsenal. Badai cedera yang menjadi hambatan setiap musim kembali melanda kesebelasan berjuluk The Gunners tersebut sehingga puncak klasemen lepas dari genggaman.
Musim lalu, badai cedera terparah dialami pada periode November 2015 hingga Januari 2016. Para pemain andalan terpaksa harus menepi, yang sialnya untuk waktu yang tak sebentar. Francis Coquelin harus absen selama delapan minggu, Alexis Sanchez menepi tujuh pekan, Mikel Arteta mendapatkan perawatan selama lima minggu, sedangkan Santi Cazorla harus istirahat cukup lama yakni empat bulan.
Selain cedera panjang seperti di atas, beberapa pemain pun mengalami cedera ringan. David Ospina, Laurent Koscielny, Kieran Gibbs dan Mesut Ozil bergantian harus diistirahatkan dalam periode berat tersebut.
Yang paling terasa jelas kehilangan Ozil. Tanpanya, Arsenal bermain imbang (0-0) saat menghadapi Stoke City pada pekan ke-22 yang membuat Leicester City menyamakan poin. Pekan berikutnya, Ozil yang belum pulih benar gagal mengantarkan Arsenal pada kemenangan setelah ditaklukkan Chelsea (0-1), di mana Leicester menjungkalkan Stoke (3-0) untuk merebut puncak klasemen.
Situasi di atas tentu saja bisa dihindari jika Arsenal memiliki kedalaman skuat mumpuni. Sementara pada musim lalu, lini tengah Arsenal dihuni pemain yang bermasalah dengan kebugaran bahkan hampir sepanjang musim seperti Mathieu Flamini, Jack Wilshere dan Theo Walcott. Begitu juga dengan pemain senior seperti Mikel Arteta dan Tomas Rosicky.
Hengkangnya Flamini, Arteta dan Rosicky sebenarnya membuat lini tengah Arsenal lebih segar. Hanya Santi Cazorla yang berusia di atas 30 tahun di posisi gelandang. Dengan Mesut Ozil yang berusia 27 tahun sebagai gelandang paling senior kedua, ini cukup menjanjikan bagi Arsenal.
Terlebih Arsenal juga telah mendatangkan Granit Xhaka sebelum Piala Eropa 2016 digelar. Xhaka memang bukan gelandang yang bisa mengirimkan banyak asis seperti Ozil. Namun ia bisa meningkatkan kualitas lini tengah Arsenal.
Ia memiliki peran seperti Cazorla. Hanya saja Xhaka mempunyai kemampuan bertahan yang lebih baik dari Cazorla. Karenanya ia sangat cocok ditempatkan sebagai salah satu dari double pivot Arsenal dalam formasi dasar andalan Wenger, 4-2-3-1.
Kemampuan Xhaka bisa membuat Ozil semakin leluasa dalam melancarkan serangan. Aaron Ramsey yang tampil mengesankan sepanjang Piala Eropa 2016 bersama Wales pun akan mendapatkan keuntungan dengan gaya bermain Xhaka. Tapi duetnya dengan Coquelin tampaknya akan membuat lini tengah Arsenal seimbang dalam bertahan dan menyerang.
Sementara itu dengan kehadiran Xhaka, Wenger juga memiliki alternatif andai ia ingin mengistirahatkan Ozil, tidak bisa memainkan Ozil, atau memainkan Ozil lebih melebar. Memainkan Xhaka dalam formasi 4-3-3 akan membuat lini tengah Arsenal lebih kokoh dalam bertahan.
Hanya saja kualitas kedalaman skuat di lini tengah Arsenal ini tak dibarengi dengan kedalaman skuat di lini belakang dan lini depan. Dua area ini tampaknya memerlukan tambahan amunisi baru agar Arsenal kuat di segala lini.
Di lini belakang, pos bek tengah menjadi yang paling rentan. Gabriel Paulista dan Per Mertesacker mengawali musim dengan cedera. Sementara bek yang tersisa tinggal pemain muda seperti Calum Chambers, Rob Holding dan Krystian Bielik.
Laurent Koscielny memang tetap menjadi pilihan utama Wenger di bek tengah. Hanya saja musim lalu ia mengalami cedera empat kali di mana total ia harus absen di sembilan pertandingan. Koscielny memang cukup rawan mendapatkan cedera di mana menurut Transfermarkt, ia sudah mengalami 14 cedera sejak 2010.
Di lini depan, Olivier Giroud masih akan menjadi tumpuan. Torehan 16 gol dari 36 penampilan Liga Primer tidak terlalu buruk dan menjadi bukti bahwa penyerang asal Prancis ini cukup bisa diandalkan.
Hanya saja tak ada pelapis sepadan andai Giroud absen atau tengah mengalami kebuntuan. Danny Welbeck yang musim lalu bermasalah dengan kebugaran, harus menepi setidaknya hingga awal tahun 2017. Sementara Yaya Sanogo yang kembali dari masa peminjaman belum teruji kualitasnya di Liga Primer.
Karenanya nasib Arsenal bisa jadi bergantung pada tambahan amunisi baru mereka. Santer diberitakan bahwa Arsenal tengah mengincar Skhodran Mustafi dan Alexander Lacazette. Jika Arsenal bisa mendapatkan keduanya, peruntungan Arsenal pada musim ini bisa jadi akan lebih baik.
Terlebih untuk Lacazette, penyerang yang bermain untuk Olympique Lyon ini cukup produktif dengan 21 gol dari 34 penampilan di Ligue 1. Tak hanya itu, ia juga bisa ditempatkan sebagai penyerang sayap untuk mengimbangi kekuatan di sektor sayap Arsenal.
Musim lalu, Wenger secara berkala memasang Joel Campbell, Alex Oxlade-Chamberlain, Walcott, Ramsey hingga Wilshere di pos sayap kanan. Namun para pemain tersebut tampil tak sesuai ekspektasi di mana akhirnya kembali hanya bisa bertumpu pada Giroud atau Sanchez.
Di ajang pramusim, sebenarnya ada dua pemain muda yang cukup menonjol. Mereka adalah Chuba Akpom dan Alex Iwobi. Akpom mencetak empat gol dari lima pertandingan. Sementara Iwobi mencetak tiga gol dari lima pertandingan. Namun dengan keduanya yang masih berusia 20 tahun, pengalamannya jelas belum mumpuni untuk persaingan Liga Primer yang tampaknya akan lebih ketat pada musim ini.
Karena itulah kepastian pembelian pemain baru, khususnya pemain anyar di pos bek tengah dan lini depan, akan menjadi sangat vital bagi Arsenal. Terlebih jika melihat persiapan kesebelasan top lainnya, jika Arsenal tak menambah amunisi atau pemain incaran kualitasnya tak lebih baik dari dua pemain incaran yang sudah beredar saat ini, berjuang di zona Liga Champions pun tampaknya akan sangat berat.
foto: pixabay.com
Komentar