11 Wonderkid Serie-A 2016/2017

Analisis

by Randy Aprialdi 51014

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

11 Wonderkid Serie-A 2016/2017

Serie-A Italia 2016/2017 telah dimulai. Musim baru tentu banyak pemain anyar berdatangan. Selain pembelian-pembelian penting, para wonderkid Serie-A 2016/2017 pun tidak bisa luput dari perhatian. Kami pun memilih 11 pemain muda (di bawah 21 tahun) berbakat yang akan mencuri perhatian pada musim ini.

Dengan berbagai pertimbangan pemain-pemain di dalam daftar inilah yang dipilih. Selain soal kemampuan dan bakat potensialnya, 11 pemain tersebut ditinjau dari peluang menit bermainnya bersama klub yang dibelanya di Serie-A musim ini.

Amadou Diawara (19 Tahun)

Rasanya tidak lengkap jika membahas wonderkid Serie-A tanpa membahas Amadou Diawara. Ia adalah pemain muda yang meramaikan isu-isu bursa transfer musim panas 2016. Aston Villa, AS Roma, Chelsea, Manchester City, Manchester United, Napoli dan Juventus mengincarnya. Hal itu wajar karena Diawara sudah menjadi gelandang bertahan yang penting bagi Bologna sepanjang musim lalu dalam usia 18 tahun.

Diawara pintar mencuri bola dari penguasaan lawan. Selain kuat dalam bertahan, ia mahir mendistribusikan bola kepada rekan-rekannya. Untuk melakukan itu, ia diperkuat dengan akurasi operan pendek dan panjang yang akurat. Permainannya itu membuat tempo permainan Bologna musim lalu sangat mengandalkan Diawara. Ia juga tidak jarang berimprovisasi melepaskan tendangan jarak jauh ke gawang lawan. Gaya permainan Diawara mengingatkan Yaya Toure, gelandang Manchester City.

Tapi improvisasi tendangan jarak jauh yang dilakukan Diawara adalah salah satu kekurangnya. Percobaan tembakannya jarang tepat sasaran, sehingga menjadi peluang yang terbuang. Tapi rasanya wajar untuk pemain seusianya belum terlalu matang melakukan improvisasi itu. Hal itu juga tidak mengurangi minatan dari klub lain. Sebab sampai saat ini pun namanya masih hangat di bursa transfer.

Balde Keita (21 Tahun)

Ada yang ditunggu-tunggu para pendukung Lazio dalam tiga musim terakhir ini, yaitu menanti kematangan Balde Keita. Sudah sejak 2013 pemain berkebangsaan Senegal itu memperkuat Lazio, dan ia sering diturunkan oleh siapapun pelatihnya. Dari 79 laganya bersama Lazio sejauh ini, Keita sudah mencetak 10 gol. Soal mencetak gol, Keita hanya perlu mengasah penyelesaian akhirnya saja. Sebab ia sering terburu-buru ketika mendapatkan peluang di depan gawang lawan.

Selain penyelesaian akhir, Keita lemah ketika duel udara. Ia juga malas untuk membantu pertahanan skuatnya jika melihat seringnya terlambat melakukan transisi bertahan, mengingat Lazio sering bermain dengan pressing ketat ketika masih dilatih Stefano Pioli. Tapi Keita akan hebat jika masalah penyelesaian akhirnya diatasi. Apalagi ia sudah dimodali dengan kemampuan dribel yang mumpuni.

Keita adalah pemain yang tersukses melakukan dribel di Lazio musim lalu. Ia melakukan 2,2 dribel sukses perlaga. Keita sendiri sering bermain lebar untuk melepaskan umpan silang atau melakukan cut inside. Selain second striker, ia juga bisa memainkan peran winger kiri di Lazio. Musim ini pun akan menjadi persaingannya dengan penyerang muda lainnya di kesebelasan lain seperti M`Baye Niang dan Umar Sadiq.

Bryan Cristante (21 Tahun)

Bryan Cristante masih penasaran dengan kariernya di negara kelahirannya. Kali ini ia bergabung dengan Pescara dengan status pinjaman dari Benfica. Cristante masih belum puas ketika dipinjamkan Benfica ke Palermo selama setengah musim lalu. Sebab Cristante cuma empat kali diturunkan dan dirasa kurang untuk mengasah kemampuannya. Padahal Palermo harus sikut-sikutan dengan Bologna dan Empoli untuk mendapatkan jasa Cristante.

Ia sendiri merupakan pemain jebolan Milan yang dibeli Benfica pada 2014 lalu dengan harga 4,8 juta euro. Dilepasnya Cristante ke Benfica sempat membuat para suporter Milan murka. Sebab saat itu Cristante baru satu tahun berselang memenangkan Golden Boy trophy di Piala Veireggio 2013. Cristante juga merupakan pemain andalan Tim Nasional (timnas) Italia U-16, U-17, U-18 dan U-19 kala itu.

Ia pun tidak langsung menjadi pemain reguler di Benfica, sehingga cuma diberi kesempatan bermain tujuh kali. Kendati demikian, klub itu masih percaya kepada talentanya. Maka dari itulah ia coba dipinjamkan ke Palermo dan sekarang Pescara. Bersama Pescara, ia berpeluang mengasah kemampuannya menjadi salah satu gelandang serang masa depan Italia. Tidak menutup kemungkinan juga bagi Cristante menjadi idola baru Pescara setelah kehilangan Gianluca Lapadula ke AC Milan.

Federico Dimarco (18 Tahun)

Persaingan di posisi full-back kiri inter sangat ketat. Di sana ada Caner Erkin, Cristian Ansaldi, Davide Santon dan Yuto Nagatomo. Sesaknya di posisi itu membuat Federico Dimarco mengalah untuk dipinjamkan ke Empoli. Di Empoli, Dimarco ditugaskan mengisi kekosongan posisi full-back sepeninggal Mario Rui yang pindah ke AS Roma.

Peminjamannya kali ini bukanlah yang pertama bagi Dimarco. Setengah musim sebelumnya ia menjalani masa pinjaman di Ascoli dan menjadi pemain utama di kesebelasan tersebut. Total, Dimarco bermain 15 kali bersama Ascoli di Serie-B. Sementara ia cuma bermain satu kali di skuat senior Inter ketika menghadapi Empoli pada Mei lalu.

Dimarco sendiri merupakan pemain berteknik yang baik. Salah satu kelebihannya adalah kecepatan larinya dan sepakan kaki kirinya yang keras. Permainannya pun disebut-sebut mirip dengan David Alaba dan Jordi Alba sebagai full-back kiri jempolan zaman sekarang. Gaya permainannya pun seolah mengingatkan para legenda Inter lain sewaktu muda seperti Giacinto Facchetti, Andreas Brehme dan Roberto Carlos.



Gianluigi Donnarumma (17 Tahun)

Gianluigi Donnarumma sudah bukan menjadi sensasi baru di sepakbola Italia. Namanya sepanjang musim lalu banyak dibicarakan karena penampilannya menjaga gawang Milan. Pembicaraan dimulai ketika ia tampil pertandingan pra musim 2015/2016. Kemudian ia berhasil menyingkirkan Diego Lopez sebagai kiper utama Milan. Sepanjang musim lalu, ia sudah tampil 30 kali dan mencatatkan 10 clean sheet. Rataan kemasukannya adalah 0,88 per laga.

Upayanya itu dilakukan dalam usia 17 tahun. Maka bukan tanpa alasan jika Donnarumma digadang-gadang sebagai kiper masa depan timnas Italia. Ia diperkirakan bakal meneruskan tahta Gianluigi Buffon, kendati kiper Italia segenerasinya ada Simone Scuffet. Milan pun sempat menegaskan jika Donnarumma tidak dijual walau sempat didekati Chelsea.

Ia juga merupakan pahlawan Milan ketika mengalahkan Muenchen pada ajang International Championship Cup (ICC) 2016. Saat itu Donnarumma berhasil menggagalkan eksekusi titik putih Rafinha, sehingga Milan menang adu penalti 5-2. Maka bukan tanpa alasan jika Donnarumma adalah pemain jangka panjang Milan selain Alessio Romagnoli, Davide Calabria, Jose Mauri, Niang dan lainnya.

Komentar