Oleh: Dzikry Lazuardi
Mungkin bagi kebanyakan orang, tanggal lahir hanya sebatas hari dimana usia bertambah. Hari yang dihiasi dengan kue, kado, hingga kedatangan orang kesayangan yang membawa sebuah kejutan. Tidak ada pengaruh yang penting dari tanggal lahir tersebut, karena kapan pun seseorang lahir, sewajarnya orang akan berbahagia pada hari ulang tahunnya.
Namun jika pernyataan tersebut diubah menjadi pertanyaan, menjadi: Apakah ada pengaruh tanggal lahir? Apakah ada pengaruhnya terhadap kehidupan? Apakah ada pengaruhnya terhadap kesuksesan? Entah bagaimana, tapi faktanya adalah 57% dari pemain Piala Eropa 2016 kemarin dilahirkan pada paruh pertama tahun.
Umumnya, kesuksesan hanya akan dikaitkan dengan kerja keras, usaha tak kenal menyerah, bangkit dari kegagalan, keseharian yang produktif, hingga bakat yang terpendam. Tapi, sebuah pohon menjadi pohon yang tertinggi pada suatu hutan bukan hanya karena ia tumbuh dari bibit terbaik, tapi juga karena tidak ada pepohonan lain yang menghalangi sinar matahari, tidak ada tukang kayu yang menebangnya sebelum dewasa, dan tanah di sekitarnya yang subur.
Banyak orang tidak tahu banyaknya sinar matahari yang mencapai pohon tersebut, tanah yang menjadi tempat tinggalnya, dan berapa tukang kayu yang berhasil dihindarinya. Banyak juga orang yang tidak tahu bahwa hanya lima orang dari total 21 pemain skuat timnas Ceko di FIFA U-20 World Cup pada 2007 lalu yang lahir setelah bulan April.
Lalu, jika hipotesis ini disetujui, apakah sebenarnya makna di balik ini semua? Apakah ada hubungannya dengan horoskop atau ramalan? Jawabannya jauh lebih scientific dari hal-hal tersebut. Mungkin bagi yang sudah pernah membaca buku Outliers karangan Malcolm Gladwell, isu ini tidak asing di telinga.
Pada Piala Eropa 2016 kemarin, 160 pemain dilahirkan antara bulan Januari hingga Maret. Sementara itu hanya 110 pemain yang dilahirkan antara bulan Oktober hingga November.
Sixto González-Víllora, Juan C. Pastor-Vicedo, dan David Cordente meneliti persebaran bulan lahir pemain yang berpartisipasi pada kompetisi Eropa pada berbagai kategori umur. Dalam jurnalnya yang berjudul “Relative Age Effect in UEFA Championship Soccer Players”, mereka meneliti pemain senior yang berkompetisi di Piala Eropa 2012, pemain U-21 di Piala Eropa U-21 2011, pemain U-19 di Piala Eropa U-19 2012, dan pemain U-17 di Piala Eropa U-17 2012. Berikut adalah salah satu tabel hasil penelitiannya.
Lalu ada juga Juan J. Salinero, Benito Pérez, Pablo Burillo, dan María L. Lesma dari Institute of Sports Science, Universitas Camilo José Cela yang meneliti pemain di lima liga papan atas Eropa pada musim 2009-2010. Ada total 2763 pemain yang dianalisa dari liga Inggris, Spanyol, Jerman, Italia, dan Prancis. Pemain-pemain tersebut dibagi menjadi empat kategori berdasarkan bulan lahirnya. Quarter 1 merujuk pada pemain yang lahir antara bulan Januari hingga Maret dan seterusnya.
Penjelasan dari ini data di atas sebenarnya tidak rumit. Sistem pengambilan bakat sebagian besar olahraga di dunia adalah dengan menyediakan kompetisi untuk tiap jenjang usia. Pada usia dini, anak-anak akan disaring dan dievaluasi. Pemain yang lebih baik akan dipindahkan ke kelompok usia yang lebih tinggi dan mendapatkan pelatihan yang lebih baik pula. Hingga usia remaja dan dewasa, hal tersebut terus berlanjut.
Lalu, batas umur pendaftaran untuk penerimaan berbagai usia merujuk pada sebuah tanggal, biasanya 1 Januari. Singkatnya, pada 2017 akan dibuka pendaftaran pemain dengan syarat pemain tersebut berusia 10 tahun pada 1 Januari 2017. Sehingga range pemain yang mendaftar pada 2017 tersebut adalah pemain yang lahir antara 1 Januari 2006 hingga 31 Desember 2006. Berarti, anak yang lahir pada 2 Januari bisa bermain dengan anak yang lahir pada 30 Desember.
Pada usia tersebut atau di bawahnya, perbedaan enam bulan saja cukup besar terhadap perbedaan fisik anak. Karena sepakbola adalah olahraga fisik, aspek fisik menjadi sesuatu yang cukup diperhatikan. Jadi, anak 2 Januari tersebut memiliki keunggulan fisik alami terhadap anak 30 Desember dalam aspek fisik.
Hal ini juga ditambah dengan kepercayaan bahwa fisik yang lebih bagus akan menghasilkan performa yang lebih baik dan kurang signifikannya perbedaan bakat pada usia dini, membuat ia dipilih menjadi tim. Efek ini biasa disebut dengan Relative Age Effect (RAE).
Untuk anak 10 tahun yang terpilih masuk tim, ia jelas akan senang dengan pencapaiannya. Orang tua mereka akan bangga dan semakin mendukung. Pelatihnya akan menginvestasikan waktu lebih untuk anak-anak ini. Memberikan lebih banyak kesempatan bermain dan pendekatan yang lebih baik saat latihan. Sesuatu yang tidak didapat oleh anak-anak yang tidak masuk tim hanya karena kalah secara fisik yang disebabkan karena ia tidak lahir lebih dahulu.
Anak tersebut juga akan lebih termotivasi. Ia akan lebih percaya diri dibanding anak yang tidak masuk tim. Karena secara psikologi, “You are likely to persist at something new when you receive some form of early success”. Sementara itu, anak yang tidak masuk tim akan kesulitan secara mental karena bukan hal yang mudah untuk anak berusia 10 tahun jika sudah harus menghadapi kegagalan diawal. Ini disebut dengan Cumulative Effect. Keuntungan-keuntungan kecil diawal yang akhirnya terakumulasi menjadi keuntungan yang sangat besar dalam jangka waktu yang cukup lama.
Gladwell berujar bahwa para outliers adalah penerima berbagai keuntungan yang tidak terlihat, kesempatan yang luar biasa, dan warisan kebudayaan yang membuat mereka bisa belajar dan bekerja keras dalam cara yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Tempat dan kapan seseorang tumbuh besar memiliki peranan dalam kesuksesan.
Tapi juga bukan berarti para outliers adalah mutlak sebagai orang yang terpilih untuk sukses. Akhirnya, ini akan merujuk pada dua persepsi. Pertama adalah memang orang-orang tersebut mendapatkan kesempatan alami yang tidak didapat orang lain atau yang lebih bijak adalah sebenarnya semua orang mendapat kesempatan alami tersebut, hanya saja tidak semua orang mau dan mampu untuk mengubahnya menjadi kesuksesan.
foto: experttabletennis.com
Penulis adalah mahasiswa yang lebih mencintai sepakbola daripada kegiatan kemahasiwaan. Tinggal di Cimahi dan berakun Twitter @dzikrylzs
Komentar