Pertandingan grup F di Liga Champions UEFA antara tuan rumah Borussia Dortmund melawan Real Madrid memang berakhir imbang 2-2 dini hari tadi. Namun, semalam Dortmund benar-benar mendominasi Madrid melalui operan-operan cepat dan pergerakan yang efektif dari seluruh pemainnya.
Die Borussien berhasil menguasai permainan dengan 60% penguasaan bola, 89% operan sukses berbanding 83% milik Real Madrid, dan 10 tembakan tepat sasaran (dari 20 percobaan) berbanding 4 (dari 13) milik Real Madrid.
Dominannya permainan Dortmund ini tidak lepas dari satu sosok pemain yang menjadi kunci, yaitu Julian Weigl. Mantan pemain TSV 1860 Munich ini bermain pada posisi di jantung permainan dalam formasi 4-1-4-1, yaitu di depan empat bek dan di belakang empat gelandang
Pemain yang pernah menjadi kapten termuda di 1860 Munich ini (September 2014, saat usianya baru 18 tahun) mampu memecahkan blok defensif Real Madrid dan dengan cepatnya melakukan sirkulasi penguasaan bola dari sisi lapangan ke sisi lapangan seberangnya.
Kemudian jika ia mendapatkan ruang untuk melakukan penetrasi, ia juga meluncurkan operan ke depan untuk memaksa Real Madrid melakukan transisi ke bertahan, yang mana masa transisi ke bertahan ini merupakan kelemahan utama Real Madrid sejak musim lalu, apalagi setelah Zinedine Zidane kehilangan Casemiro yang cedera.
Grafis operan Borussia Dortmund saat menghadapi Real Madrid (28 September 2016) yang menunjukkan keterlibatan maksimal dari Julian Weigl – sumber: @11tegen11
Untuk memaksimalkan Weigl yang masih berusia 21 tahun, Thomas Tuchel juga menginstruksikan Gonzalo Castro dan Raphaël Guerreiro agar bergerak menuju ruang di belakang trio gelandang Real Madrid, yaitu Toni Kroos, James Rodríguez, dan Luka Modrić.
Hal ini membuat Castro dan Guerreiro mampu mengkreasikan kombinasi operan yang mematikan di depan kotak penalti Real Madrid.
Kemudian bukan hanya kemampuan mengoper Weigl yang menjadi kunci yang membuatnya mencatatkan 92% operan sukses di Bundesliga Jerman musim lalu, pengambilan posisinya yang lebih sering lebih ke dalam juga sangat membantu. Hal ini membuat rekan-rekannya di depan tidak perlu khawatir dan bisa menyerang dengan lebih percaya diri.
Sangat bertolak belakang dengan Real Madrid, permainan cemerlang Weigl adalah yang tidak dimiliki oleh Madrid, di mana mereka kehilangan Casemiro. Zidane pasti sadar jika memiliki pemain yang tepat untuk diletakkan di depan para bek, yaitu gelandang bertahan, adalah kunci sukses sebuah kesebelasan dalam transisi-transisi pada pertandingan.
Untuk Weigl, permainan cemerlangnya ini bukan hanya terjadi semalam saja. Pada kenyataannya, ia sudah menjadi nyawa utama Dortmund bahkan sejak musim lalu di mana pada pertandingan debutnya, melawan Borussia Mönchengladbach di pekan pembuka Bundesliga musim lalu, Weigl berlari sejauh 11,7 km; lebih jauh dari pemain Dortmund manapun.
Pemain pekerja keras
Pemain bernomor punggung 33 ini adalah tipe gelandang pekerja keras. Tingginya yang 1,87 meter membuatnya bisa menguasai pertandingan saat bertahan maupun saat menyerang. Ia memang belum pernah mencetak gol di kompetisi resmi bagi kesebelasannya (meskipun pernah mencetak satu gol untuk tim nasional Jerman U20), tapi kita bisa melihat kontribusi utamanya memang bukan pada gol.
“Tahun lalu adalah tahun pertamaku. Mungkin aku bisa melakukan hal lain selain mengoper, untuk menjadi pemain yang lebih menyerang,” kata Weigl seperti yang kami kutip dari DW.
Pemain kelahiran Bad Aibling ini sudah terkenal sebagai profesional sejati. Ia terus bisa membaik dan ia menyatakan bahwa ia sedang fokus pada dietnya agar badannya lebih berisi. “Jelas jika aku tidak ingin seperti Mats Hummels atau Sokratis [Papastathopoulos], aku mungkin akan kehilangan gaya bermainku jika aku melakukannya. Tapi [untuk menaikkan berat badan sebanyak] satu, dua, atau tiga kilogram pastinya akan membantu,” katanya.
Waktu yang ia habiskan bersama timnas Jerman di musim panas ini juga banyak membantu Weigl. Ia berkata bahwa kualitas operan Kroos (lawannya semalam) dan kerja keras Bastian Schweinsteiger membuatnya terkesima. Di Dortmund, ia meminta bantuan kepada Sokratis untuk urusan tekel dan Pierre-Emerick Aubameyang untuk urusan penyelesaian akhir, dua hal yang ia sedang tingkatkan.
Melihat perkembangan dan niatnya, suporter Dortmund pastinya berharap jika ia akan bertahan lama untuk Dortmund di mana kontraknya akan berakhir pada 2019.
Namun seburuk-buruknya kemungkinan, kita mungkin akan sulit melihat Weigl bergabung dengan Bayern Muncih, seperti yang dilakukan banyak pemain Dortmund di masa lalu. Weigl adalah produk akademi dan suporter masa kecil 1860 Munich, rival Bayern. Ini yang mungkin akan membuatnya berpikir berkali-kali jika ia ingin pindah ke Bayern, meskipun tidak menutup kemungkinan juga untuknya pergi ke luar Jerman.
Tapi untuk saat ini, Weigl sangat bersyukur berada di Dortmund, dan Dortmund-pun sangat bersyukur memiliki pemain seperti Weigl.
Dalam sebuah pertandingan istimewa melawan Real Madrid semalam, meskipun berakhir imbang 2-2, Weigl seperti mempermanenkan statusnya sebagai pemuda pembawa perubahan bagi Dortmund.
Komentar