Sekitar 31 juta paun dikeluarkan Manchester City untuk merekrut Gabriel Jesus dari Palmeiras pada bursa transfer musim panas lalu. City sendiri merekrutnya setelah Jesus lebih sering dikaitkan dengan Barcelona, Internazionale Milan, Juventus dan Real Madrid. Setelah resmi dimiliki City dan baru bergabung pada Januari 2017, Jesus pun banyak belajar klub tersebut dari Fernandinho. Sebab Fernandinho adalah rekannya di Tim Nasional (timnas) Brasil dan merupakan gelandang andalan City.
Selain menjadi ajang konsultasi, Jesus juga memanfaatkan keberadaannya di timnas Brasil untuk menunjukan kontribusinya. Seperti yang diketahui bahwa Brasil memiliki banyak masalah selama era Neymar. Contohnya adalah kegagalan sampai semifinal sebanyak tiga kali berturut-turut Copa America. Belum lagi dengan dipermalukannya Brasil oleh Jerman pada Piala Dunia 2014 sebagai tuan rumah.
Salah satu penyebab masalah serius itu adalah mencari pemain yang melengkapi Neymar. Dipilihnya Tite sebagai Pelatih Brasil, membawa ide-ide segar untuk membangun skuatnya. Salah satunya dengan mengenalkan Jesus ke dalam skuat besutannya. Jesus menunjukkan prospeknya dengan kemampuan menguasai bola dan fisiknya. Dan pemain 19 tahun itu berhasil menjadi fasilitator bagi permainan terbaik Neymar di lapangan.
Hal itu mulai terlihat ketika ia mencetak gol keempat Brasil menghadapi Bolivia di Arena das Dunas, Brasil, Jumat (7/10). Jesus tidak hanya mencetak gol, tapi ia bergerak cepat sekitar 40 yard dari tengah ke depan gawang lawan. Lari cepatnya itu dilakukan karena melakukan kombinasi dengan Neymar. Kombinasi itu diakhiri oleh gol yang dicetak Jesus. Pergerakan yang dilakukan Jesus itu pun seolah membuatnya percaya bahwa Neymar akan memberikan umpan balik kepadanya dan itu benar terjadi.
Gol tersebut menunjukkan kebaikan yang dibawa Jesus ke Brasil. Neymar sendiri belum menemukan tandem kerja sama seperti Jesus setelah cedera yang menghancurkan Alexandre Pato. Sementara Fred masih belajar untuk menjadi pemburu yang lebih agresif lagi. Begitu pun dengan Diego Tardelli dan Ricardo Oliveira. Tapi Jesus justru membawa sedikit dari segala sesuatunya melalui kecepatan, kinerja serta kreativitasnya. Dan yang paling penting adalah pemahamannya tentang apa yang diinginkan Neymar di lapangan.
Jesus kembali tampil cemerlang pada laga berikutnya melawan Venezuela di Stadion Olimpico, Venezuela, Rabu (12/10). Ia mencetak gol pertama ketika laga baru berjalan delapan menit. Bahkan timnas berjuluk Selecao itu tampil tanpa Neymar. Namun Brasil berhasil memenangkan laga dengan skor 2-0 atas gol tambahan dari Willian. Alhasil Brasil berhasil mengkudeta posisi Uruguay di puncak klasemen sementara Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Amerika Selatan. Koleksi 21 poin Brasil mengungguli Uruguay yang mengkoleksi 20 poin.
Sekali lagi, Jesus melangkah dengan menunjukan kerja individu terbaik untuk skuatnya. Gol itu merupakan yang ke-empat dalam empat pertandingan internasional Brasil. Dua gol sebelumnya diborong ketika menjalani debutnya di timnas Brasil menghadapi Ekuador pada 1 September lalu. Sementara gol ke-empat Jesus dipersembahkan kepada ibu yang selalu mendukungnya. Ia merayakan golnya tersebut dengan tangan membentuk gestur telepon dan berkata "Hello, mama".
Rencananya pun Jesus akan membawa ibunya tinggal di Kota Manchester sejak Januari 2017, "Ibuku akan datang. Ya, itu benar ibu saya selalu pergi dengan saya. Kami sangat dekat, sangat dan dia menuntut banyak hal-hal besar dari saya. Dia hanya memuji saya jika melakukan sesuatu yang terpuji. Saya senang memiliki ibu seperti itu yang benar-benar peduli. Dia selalu mengatakan kebenaran kepada saya dan tulus banyak membantu saya," papar Jesus seperti dikutip Triball Football.
Jesus telah tumbuh dalam perannya sebagai pemain nomor 9 dan terus menunjukkan lebih banyak lagi tanda kematangannya, baik secara teknis dan mental. Mental baik yang ditunjukkannya dengan tidak terlihat frustasi di lini depan. Ia jarang membalas ancaman-ancaman permainan kasar dari bek lawan.
Setelah dua tahun yang mengecewakan, Brasil telah menemukan kembali kohesi dari kolektivitas kesebelasannya. Mereka terus berkembang di setiap pertandingan di bawah arahan Tite. Intensitas permainan lebih baik dengan serangan yang dibangun dari berbagai arah.
Pertanyaan "apakah Brasil bisa bermain tanpa Neymar?" telah terjawab. Sebuah kelemahan yang tidak bisa diperbaiki oleh Dunga. Tapi ini bukan kejelasan bahwa Brasil bisa bersaing untuk meraih gelar Piala Dunia 2018 Rusia. Masih banyak lika-liku yang harus dihadapi. Lini tengah mereka pun masih dipertanyakan dan pertahanan mereka masih mengecewakan. Tapi yang sudah terpasang di lubang besar Brasil adalah mendapatkan Neymar seperti era 2011. Dan ia telah diterangi oleh kemunculan Jesus, si Anak Mamih.
Sumber lain: ESPN FC, Goal, SB Nation.
Komentar