AC Milan dikenal sebagai salah satu kesebelasan terkuat di Eropa. Total tujuh gelar Liga Champions Eropa membuktikan bahwa mereka bukanlah sosok figuran di persepakbolaan benua biru. Meskipun begitu, fakta tersebut berubah menjadi sebuah dongeng beberapa tahun terakhir. Bukan hanya gagal bersaing di kompetisi Eropa, meraih tiket ke Liga Champions atau Liga Europa pun tak mampu.
Imbas penurunan prestasi tersebut, Milan berubah dari kesebelasan unggulan menjadi semenjana. Dukungan di Curva Sud tidak seramai dulu. Tiket terusan yang mereka jual juga tidak selaku dulu. Kritik-kritik pada manajemen mulai menguap bersama situasi yang terus tidak berubah.
Menurunnya prestasi tim nyatanya tidak mengubah semangat klan Berlusconi untuk memperbaiki tim. Harapan-harapan dari mereka untuk melihat Il Diavolo kembali menjadi jagoan mereka wujudkan dengan pergantian pelatih rutin setiap musimnya. Tujuh pelatih mereka datangkan dalam waktu kurang dari tiga tahun terakhir.
Vincenzo Montella menjadi nama terakhir yang memegang tongkat kepelatihan tim ini. Kepandaian sosok yang ketika masih bermain disebut dengan L`Aeroplanino atau pesawat kecil ini kala memegang Fiorentina menjadi alasan klan Berlusconi memilihnya.
Dipilihnya Montella menarik perhatian Milanisti. Mereka menganggap Milan hanya menghambur-hamburkan uang dengan menarik pelatih yang tidak punya nama besar. Bagi mereka, alangkah lebih uang tersebut dikeluarkan demi mendatangkan pelatih besar yang diyakini akan memberikan perubahan secara langsung.
Suara-suara minor yang mengiringi kedatangan Montella terdengar di masa pra musim. Tiga kekalahan yang mereka derita membuat Milanisti tak yakin dengan Montella. Apalagi di Trofeo TIM, Milan menjadi juru kunci di bawah Celta Vigo dan Sassuolo.
Perubahan langsung diinginkan oleh Milanisti begitu melihat penampilan Milan di awal kompetisi Serie A musim 2016/17. Dua kekalahan dan satu kemenangan yang diraih membuat mereka sadar bahwa musim ini lagi-lagi bakal menjadi musim yang menyakitkan.
Namun semua stigma akan Montella mendadak mulai berkurang ketika Serie A memasuki pekan kedelapan. Empat kemenangan dan satu hasil imbang atas dua tim tangguh, Lazio dan Sassuolo, membuat kepercayaan terhadap Montella mulai hadir.
Bukan soal kemenangan saja yang membuat Montella kembali dipercaya pendukung Milan. Rapor bagus Montella yang kerap menggunakan jasa pemain muda membuat mereka percaya bahwa era kembalinya Milan tengah dimulai.
Sebanyak tujuh pemain di bawah 23 tahun dipercaya Montella secara bergantian bermain di lapangan. Total empat pemain lulusan akademi sudah menginjakkan kaki di San Siro. Perubahan tersebut tentu saja bermakna besar bagi kesebelasan yang sempat disebut sebagai rumah pemain tua beberapa musim yang lalu.
Peremajaan skuat sejatinya tidak dilakukan oleh Montella. Sejak Milan dilatih oleh Sinisa Mihajlovic musim lalu, skenario tersebut sudah mulai terlihat. Dimainkannya Gianluigi Donnarumma untuk mengisi posisi penjaga gawang yang sebelumnya diisi oleh Diego Lopez membuat Milan diyakini bakal membuat kebijakan baru.
Kebijakan tersebut semakin terlihat saat Davide Calabria diberi kesempatan untuk bermain di Final Coppa Italia musim 2015/16 menghadapi Juventus, (23/5). Calabria yang masih berusia 19 tahun diberi kepercayaan oleh Cristian Brocchi untuk mengisi bek kanan Milan dan harus berhadapan pemain senior Juventus, Patrice Evra.
Upaya Milan untuk mengembangkan pemain muda sebenarnya bukan terjadi di beberapa musim terakhir saja. Sejak dulu, Rossoneri dikenal sebagai kesebelasan yang mau memberikan kesempatan bagi lulusan primavera untuk mendapatkan menit bermain di tim senior.
Nama-nama seperti Franco Baresi, Paolo Maldini, Alessandro Costacurta, Demetrio Albertini, hingga Ignazio Abate menjadi contoh bagaimana Milan tidak ingin membiarkan pemain mudanya hanya menjadi pelengkap susunan daftar pemain.
Musim 2016/17 yang masih akan begitu panjang membuat Montella diprediksi akan lagi-lagi memberikan kesempatan bagi pemain mudanya. Hal tersebut terbukti lewat skuat terakhir kala Milan melawat ke Marc’Antonio Bentegodi, kandang Chievo Verona.
Dari 21 pemain yang dibawa Montella, sembilan peain memiliki usia di bawah 23 tahun. Angka tersebut semakin menegaskan bahwa Milan benar-benar serius menggarap bibit-bibit muda yang mereka miliki di lapangan. Belum lagi Manuel Locatelli yang bermain penuh selama 90 menit pada laga yang berakhir 1-3 untuk Milan tersebut.
Upaya Milan untuk memberi kesempatan para pemain muda pun diapresiasi oleh kesebelasan Serie A lain, tak terkecuali Juventus. Pelatih Juventus, Massimiliano Allegri, bahkan berpendapat bahwa Milan harus diberi perhatian karena pemain mudanya.
“Mereka (Milan) layak untuk dihormati karena mereka berisi banyak pemain muda yang memiliki semangat bermain tinggi. Jika mereka tetap seperti ini (menurunkan banyak pemain muda) posisi kedua di akhir musim akan jadi milik mereka,” ujar Allegri dilansir SportStar.
Milan saat ini berbeda dengan beberapa musim lalu yang identik dengan pemain senior. Jalan yang mereka pilih mungkin berbeda dengan tim Serie A lain yang memilih mendatangkan pemain bintang, namun bukan tidak mungkin jalan ini menuntun mereka ke gelar yang tidak didapatkan oleh tim Serie A lainnya.
Komentar